Kemudian, Proses (sudut pandang) dalam penyelesaikam harus berangkat dari upaya pencegahan bukan menunggu hingga terjadinya persoalan. Seharusnya PEMDA KAB. ALOR, Aparat Penegakan Hukum, Aparat Sipil dan Tokoh Lembaga Adat setempat serta peran masyarakat harus mau dan hadir bersama-sama ditengah-tengah polemik yang kini sedang berlanjut itu.
Sangat miris sekali, dilihat dari sudut pandang sumber daya manusia, masyarakat Baranusa setiap tahun melahirkan embrio kaum intelek, tetapi upaya dalam membenahi persoalan ditengah tatanan sosial kemasyarakatan sangat minim, bahkan arogan membenahinya, sebagian besar ala kadarnya menengok ke masyarakat, tetapi selebihnya hanya mengerut bahkan mengutuk masyarakat demi kepentingan pribadi.
Terbesit di benak saya, di alam merdeka ini mengapa masih ada rakyat yang merasa ketakutan, ketegangan, was-was dan ancaman keamanan serta kertertiban yang terjadi di masyarakat Baranusa !?
Apa memang.. Negeri Kita (lewo tana Baranusa) memang sarat dan sangat mngundang syahwat. Apa karena pengaruh iklim dan cuacanya serta latar history yang cukup "ngejlimet" atau juga letak geografisnya yang agak unik? hingga mata ini tak pernah mau dan bahkan sudi untuk memejam. Selalu dibuat geleng-geleng kepela sampai tak mampu lagi ber-Onani kata-kata. Ini melahirkan pertanyaan saya secara pribadi.
Kenapa dari rentetan kasus-kasus di atas dan yang sering terjadi selalu terdengar sentimen Agama, Suku dan Ras??
Yang lebih anehnya kenapa melulu harus BAWA-BAWA AGAMA dalam setiap masalah-masalah yang terjadi di masyarakat Baranusa??
Kau yg punya Agama?? Sehingga menafsir agama dalam tatanan sosial sesuka hati dengan kelemahan logika mu, bahkan lupa diri dan sok Agamis lalu kemudian memvonis semua ini soal Agama, mari jihad.!Â
Ummat Islam terancam, Islam selalu dilemahkan dan dibuat begitu. Wah-wah payah otak Kau.. !!!
Mohon dengan harap dalam menyikapi dinamika apa pun itu mari kita hadapi semua masalah dengan arif dan bijaksana..
Sangat Ironi bila saya harus mengatakan disini..
"Mereka yg mengumbar harapan, mereka juga yg melepas senapan.
Puncak bersulam keberanian.
Siaga segala tipu muslihat di gelanggang persabungan.
Saya hanya bermain kata.
Agar bisa memetik rasa yang menikam.
Saya tidak mau terlalu frontal dan fulgar")* ...
Hahaha Cukup lihai dalangnya.
Atau jangan-jangan kita sudah terbiasa dengan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H