Sebuah sajak dan makna bersatu padu pada setiap elemen tulisan, membuat ia begitu hidup saat dibaca. Bersama selembar kertas sebuah sajak pun tercipta dari pikiran-pikiran kanan, kiri, dan tengah. Sajak dan kata tidak mengenal apa itu ideologi, mereka cuma alat bagaikan perang bermata dua, bisa untuk menyelamatkan orang bisa juga untuk membunuh orang.Â
Namun pengunaan senjata sajak dan kata ini sudah jarang di gunakan oleh orang-orang, sehingga orang-orang gampang untuk di provokasi. Seperti mana kita melihat berapa banyak anak-anak yang tidak pandai menulis dan membaca, berapa banyak anak-anak yang tidak visa membuat sajak dan kata. Mereka seakan-akan melupakan tentang kehebatan senjata sajak dan kata.
Kita selalu di bodoh-bodohi oleh orang yang berilmu, karena pemikiran kita mereka yang berilmu pasti adalah orang yang baik. Namun realita kehidupan mereka yang berilmu itu belum tentu memiliki akhlak yang baik juga. Kita bisa lihat berapa banyak orang pintar di penjara karena kasus korupsi? Apakah mereka orang bodoh atau orang pintar? Ya pastinya mereka adalah orang yang berilmu kawanku. Tidak mungkin mereka yang mengkorupsi duit yang triliunan merupakan orang bodoh. Tetapi sayang kepintaran mereka tidak di barengi dengan akhlak yang baik pula.
Jadi jangan berbangga lah apabila kalian adalah orang yang pintar, karena semua orang bisa menjadi pintar tetapi tidak semua orang bisa menjadi orang yang berilmu dan berperilaku baik kawan. Seperti mana kejadian di masa lampau berapa banyak orang orang yang menjadi Londo ireng (Belanda hitam) sebutan bagi orang-orang nusantara yang berhianat. Coba engkau pikirkan apakah mereka yang berhianat itu orang yang bodoh kawan? Tidak mereka sangat pintar dan cerdik kawan, mereka tau ada peluang dalam kesempitan tersebut. Namun mereka tidak dibekali oleh perilaku yang baik sehingga mereka rela untuk membodohi saudara mereka sendiri.
Mereka yang bodoh hanya bisa pasrah karena mereka tidak bisa berpikir panjang, mereka hanya mengikuti alur dari orang yang pintar. Sungguh ironis sekali keadaan seperti ini. Lalu dizaman sekarang juga tidak kalah berbeda dari zaman dulu, kita sekarang juga di bodoh-bodohi oleh orang-orang yang pintar. Kita gampang kepancing emosinya oleh orang orang pintar, sehingga kerusuhan terjadi dimana-mana dan mereka yang pintar ketawa sampai terbahak-bahak karena menyaksikan orang yang bodoh beraksi?
Lalu apakah kita harus menyalahkan orang pintar tersebut? Jawabannya tidak! Karena mereka tidak salah. Mereka memanfaatkan peluang yang ada, dan yang harus disalahkan atas semua ini adalah diri kita sendiri yang bodoh, yang mau dibodoh-bodohi oleh orang yang pintar. Stop juga untuk menyalahkan orang lain karena mereka tidak berperilaku adil karena sekali lagi mereka memanfaatkan peluang yang ada. Kalau kita tidak ingin di bodoh-bodohi maka kita harus merubah diri kita sendiri untuk menjadi pintar dan juga jangan melupakan untuk berperilaku yang baik, agar kita tidak disamakan oleh orang-orang yang pintar tetapi tidak memiliki perilaku yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H