Mohon tunggu...
Priyono Budisuroso
Priyono Budisuroso Mohon Tunggu... Dokter - Dokter SpA di Purwokerto

Pangkat dan Golongan sebagai PNS sudah "mentok" IV E, tidak ada Pangkat dan Golongan yang lebih tinggi lagi, kalo di Ketentaraan berarti " Jendral" ya., Tidak cari musuh dan tidak ingin dimusuhi " Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake"

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan Stunting

30 Mei 2019   22:11 Diperbarui: 30 Mei 2019   22:40 2294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Peran serta masyarakat dalam Pencegahan STUNTING 

Akhir2 ini marak di bicarakan tentang STUNTING

Stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun.

Dikutip dari berbagai sumber berikut 4 dampak dari stunting:
1. Gampang Sakit

Anak yang stunting rata-rata memiliki imunitas lebih buruk dibandingkan dengan anak sebayanya dengan pertumbuhan normal. Ini karena kondisi kurangnya asupan nutrisi dapat secara langsung memengaruhi kebugaran tubuh.

2. Kemampuan otak kurang
Ketika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik, tinggi badan pendek hanya satu dari sekian dampak buruk yang bisa terjadi. Perlu diketahui ketika seorang anak tidak mendapatkan asupan yang baik maka pertumbuhan tubuhnya secara keseluruhan terganggu termasuk organ-organ penting seperti otak.
Anak yang stunting jaringan otaknya tidak berkembang secara optimal sehingga dampaknya pada perkembangan otak akan menyebabkan anak lama mencerna stimulus,

3. Pertumbuhan Ekonomi Terhambat
Seperti lingkaran setan, stunting dalam beberapa penelitian disebut pada akhirnya bisa kembali menjadi penyebab kemiskinan pada suatu populasi. Alasannya karena dengan kemampuan otak yang kurang dan kecenderungan mudah sakit maka daya saing populasi tersebut jadi lebih rendah.

4. Masalah Kesuburan
Dampak terakhir yang bisa terjadi bila anak-anak dibiarkan stunting adalah kelak kemampuan reproduksinya akan terganggu. Pada anak perempuan terutama stunting akan meningkatkan masalah komplikasi kehamilan saat dirinya dewasa.

Dengan kata kunci "kekurangan gizi kronis", maka titik tangkap yang harus di garis bawahi  dalam pencegahan STUNTING adalah pencegahan anak agar tidak jatuh dalam situasi gizi kronik yang pada gilirannya akan berdampak STUNTING 

Sekadar mengingatkan:

Cara paling mudah mengetahui status gizi adalah dengan melihat status berat badan mereka di Kartu Menuju Sehat (KMS). Jika berat badan anak mengikuti garis pertumbuhan (warna yang sama) atau berpindah ke warna yang berada di atasanya, maka status gizi anak tersebut bisa dipastikan dalam kondisi baik. Bisa juga dengan cara melihat Kenaikan Berat Badan Minimal (KBM) anak saban bulannya. Standar KBM itu tercantum di KMS.

Namun, KMS hanya menggambarkan satu dari tiga indikator status gizi pada balita, yaitu hanya indikator berat badan menurut umur (BB/U). Sedangkan indikator lain seperti berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) tidak dapat di-cover KMS. Padahal ketiga indikator itu sangat penting diketahui karena Ibu bisa mengidentifikasi secara mendalam penyebab dari masalah gizi yang dialami sang buah hati.

Untuk membandingkan indikator tersebut dengan baku rujukan WHO -- NCHS dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

Dengan Persen Median yaitu membandingkan antara antara hasil pengukuran dengan    median baku dikalikan 100%. Hasil perbandingan tersebut lalu disesuaikan dengan cut -- off points yang meliputi TB/U  : <   90%  dari median baku digolongkan sebagai stunted/ pendek. BB/TB : <   80%  dari median baku digolongkan sebagai wasted/ kurus.BB/U  : <   80%  dari  median baku digolongkan sebagai underweight.

Sekedar diketahui, tahun 1982 atas inisiatif James Grant, WHO mencanangkan:

The Child Survival and Development  Revolution atau Revolusi kelangsungan hidup anak (juga disebut kelangsungan hidup dan perkembangan anak revolusi ) adalah upaya yang dimulai oleh UNICEF (tapi bergabung dengan orang lain) untuk mengurangi angka kematian anak di negara berkembang. 

Upaya ini berlangsung dari 1982 hingga 1990-an, dan Revolusi kelangsungan hidup anak mencakup berbagai program dan konferensi, termasuk KTT Dunia untuk Anak-anak pada tahun 1990
Program tersebut diberi singkatan GOBI FFF

1 Growth card
2 Oral rehidration
3 Brest Feeding
4 Immunisition
5 Family planning
6 Food suplementary
7 Female Education

Dari Revolusi kelangsungan hidup anak,  di Indonesia di modifikasi dalam program Posyandu

Definisi Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006). 

Pelaksanaan Layanan Posyandu
Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu: 

Meja I : Pendaftaran  
Meja II : Penimbangan  
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
Imunisasi
Pemberian vitamin A dosis tinggi.
Pembagian pil KB atau kondom.
Pengobatan ringan.
Konsultasi KB.

Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan medis. 

Atas dasar kata kunci bahwa STUNTING terjadi akibat gangguan gizi secara kronis , maka dengan lebih menfokuskan  pelayanan posyandu meja 2 sampai 4, adalah titik tangkap dalam pencegahan STUNTING di masyarakat

Walaupun KMS hanya menggambarkan satu dari tiga indikator status gizi pada balita, yaitu hanya indikator berat badan menurut umur (BB/U), sedangkan BB/TB dan TB/U tidak ada, , adalah "lebih dari cukup" untuk pencegahan dan deteksi dini terjadinya STUNTING,
Atas dasar uraian di atas, di samping perlunya penguatan dalam penyuluhan gizi di meja 4, perlu juga di galakkan Pemberian Makanan Tambahan ( PMT)

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan untuk balita dalam bentuk kudapan yang aman dan berkualitas untuk kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyeluhan. Memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh balita.

PMT Pemulihan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran.PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal.Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama.

Kesimpulan :
Peran serta masyarakat dalam pencegahan STUNTING , dapat di lakukan dengan lebih menggalakkan program Posyandu
Pencegahan dapat di optimalkan dengan lebih mengefektifkan peran penyuluhan gizi di meja 4 posyandu  dan pemberian PMT

Selamat malam

Ub

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun