Mohon tunggu...
Priyono Budisuroso
Priyono Budisuroso Mohon Tunggu... Dokter - Dokter SpA di Purwokerto

Pangkat dan Golongan sebagai PNS sudah "mentok" IV E, tidak ada Pangkat dan Golongan yang lebih tinggi lagi, kalo di Ketentaraan berarti " Jendral" ya., Tidak cari musuh dan tidak ingin dimusuhi " Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tes Keislaman Jokowi oleh Din Syamsuddin

25 Mei 2014   17:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Ajaran Rasullah, intinya pemahaman tentang Islam adalah bertingkat  : Ajari Shahadat, kalau menerima ajari Sholat, kalau menerima ajari Puasa, kalau menerima ajari Zakat…..dst.”

Sekolah saya sampai dengan SMP lebih banyak di sekolah Katholik, hampir setiap Sabtu ,rutinitas sekolah adalah mengikuti ritual ke Gereja  Doa Bapa Kami , lagu2 rohani pun sampai sekarang masih banyak yang hapal. Di keluarga kami, dibiasakan tiap akan tidur malam untuk berdoa “kejawen”, kebiasaan ini tetap saya jalani sampai sekarang, walaupun  mengaku Islam, saat itu tidak ada yang Sholat, tetapi untuk rutinitas Puasa sudah diajarkan sejak kecil. Waktu SMP, jiwa saya bergolak , ingin bisa Sholat, Nenek lah yang mengajarkan saya untuk menghapal bacaan untuk Sholat, disamping membaca buku tentang Sholat yang saya temukan di Rak Buku ayah.

Setelah hafal  bacaan Sholat, yang saya lakukan pertama kali adalah Ikut sholat Jumat di Masjid dekat sekolah. Waktu itu masih SMP, sehingga bila Jumat , saya membawa sarung dimasukkan dalam tas sekolah , pulang sekolah, langsung sholat Jumat di Masjid, saya lah orang pertama di keluarga kami yang menjalankan ibadah Sholat, walaupun masih bolong bolong….hehe

Demikian tadi sekedar pendahuluan artikel ini, katakanlah saya " islam abangan", nah sekarang kita masuk ke menu Artikel.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Pusat Din Syamsuddin mengaku pernah mengetes keislaman calon presiden Joko Widodo dengan meminta Gubernur DKI Jakarta itu menjadi imam shalat zuhur.

"Saya ajak Pak Jokowi untuk shalat Dzhuhur dan beliau imam. Saya sebagai makmum, bayangkan beliau imam, dan saya pimpinan Muhammadiyah makmumnya," kata Din dalam sidang Tanwir Muhammadiyah di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (24/5/2014). ( Kompas.com)

Kalau dicermati, jelas pernyataan Din Syamsuddin bernuansa politis, tentunya hal ini untuk menangkal rumor tentang Jokowi bahwa untuk  cara wudhu saja, Jokowi tidak  bisa.

Lebih tampak lagi nuansa politisnya  argumentasi Din Syamsyuddin dengan pernyataan berikut: "Shalat saya waktu itu sampai tidak khusyuk karena saya perhatikan benar itu shalat Pak Jokowi. Dari niat sampai salam, dan alhamdulillah semua benar dan tidak ada yang salah dengan beliau," kata Din seraya tertawa diiringi tepuk tangan peserta sidang Tanwir.

Shalat berjamaah adalah shalat mengikuti Imam shalat, artinya ketika imam takbir maka ma'mum atau jamaahnya mengikuti dan tidak boleh mendahului gerakan imam.jadi harus mengikuti.
Apabila kita shalat berjamaah waktu  Dzhuhur dan Ashar, maka bacaan dibaca siir (Pelan) berarti ini bacaannya sendiri-sendiri, bacaan boleh dalam hati ataupun dengan ucapan yang hanya terdengar oleh diri kita sendiri, ini berdasarkan sunnah Nabi SAW ketika melaksanakan shalat dzuhur dan ashar baik mufarid atau berjamaah... bacaannya pelan (siir). Sedangkan pada shalat Maghrib, Isa dan Shubuh, bacaan Imam keras (zahar) sampai terdengar ma'mumnya, jadi dalam shalat berjamaah pada waktu shalat tertentu seperti yang disebutkan diatas... Imam biasanya membaca keras terdengar oleh Ma'mum... Mulai Takbir.. Fatihah.. sampai 2 surat Al Qr'an pada rakaat 1 dan 2..

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Jokowi sebagai Capres dari PDI-P dan Din Syamsyuddin, menurut saya pernyataan Din Syamsyuddin di atas, belum bisa meyakinkan tes Keislaman Jokowi, karena saat sholat Dzhuhur, sebagaimana diketahui, imam hanya membaca siir ( lirih) dengan ucapan yang hanya terdengar oleh diri kita sendiri, dalam hal ini Jokowi sebagai Imam.

Selamat siang dan MERDEKA!

Daftar bacaan : 1, 2 dan 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun