Mohon tunggu...
Mohammad Irfan Ramly
Mohammad Irfan Ramly Mohon Tunggu... -

yang menyapa dari timur indonesia dengan keyakinan sederhana untuk terus melakukan hal - hal baik yang menyenangkan. selalu bergerak. mena !!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahmad, bocah yang mengepalkan “ tinju ” untuk hidupnya

12 Mei 2011   16:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini malam saya bertemu lagi dengan Ahmad, anak kecil yang sempat beberapa waktu lalu saya upload fotonya ( foto yang sama yang saya gunakan untuk postingan ini ) di Tumblr dengan judul “Anak Indonesia”. Sebagaimana yang nampak dalam gambar tersebut Ahmad terduduk di anak tangga sebuah restoran dalam kondisi belum sadar benar karna sebelumnya saya menemukannya sedang tertidur tepat di anak tangga tersebut dan ketika saya keluar hendak merokok saya menemukan ahmad sudah terbangun dan duduk dalam posisi demikian. Dalam postingan di tumblr saya menulis “ ini adalah satu dari sekian banyak anak Indonesia yang hari ini tidur dijalan “ dan benar saja Ahmad adalah satu dari sekian banyak potret kehidupan anak jalanan yang mungkin bisa kita temukan dimana saja di Indonesia kita tercinta ini. Sehari – hari Ahmad memang selalu berada di sekitar restoran tersebut tapi tidak setiap hari pula saya berhasil merekam jejaknya karena tidak setiap haripula saya menyempatkan diri untuk mampir ke restoran tersebut tapi mala mini saya bertemu lagi dengannya dan memeluknya erat sekali sambil mencium – cium rambutnya setelah mendengar cerita yang sungguh membuat hati miris. Dibalik tawanya, pipinya yang berisi dan tubuhnya yang suka bersembunyi – sembunyi mengintip dari luar kedalam restoran Ahmad bukan anak yang beruntung. Bukan karena Ahmad adalah anak jalanan tapi lebih dari itu Ahmad adalah anak yang menyedihkan. Sejak pertama kali mengenal Ahmad saya tahu orang tua ahmad adalah bapak penarik becak yang setiap hari ngetem didepan restoran tersebut dan ibunya adalah pedagang kaki lima yang juga ngepos ditempat yang sama tapi ternyata bukan, Ahmad tidak lagi punya orang tua. Dari cerita ibu pedagaang rokok dan kacang di emperan pertokoan AY Patti Ambon itu saya mendengarkan kisah tentang Ahmad yang mau tidak mau harus diambilnya, diselaamatkannya, dipeliharanya karna ditinggal kedua orang tuanya. Ayah Ahmad adalah bekas pesuruh di restoran dalam tulisan ini dan kini telah pergi “ kawin lari” lagi dengan perempuan baru, begitu juga ibunya yang tidak jelas ada di mana. Selama berhari – hari Ahmad ditinggalkan didepan Restoran tersebut sampai akhirnya oleh bapak si tukang becak dan ibu si pedagang kaki lima itu dibawa pulang kerumah yang berarti menambah tanggungan keluarga mereka yang secara sangat sederhana dalam satu kali pandangan mata mampu diasumsikan sebagai “orang susah”. Ahmad memang kini seperti tidak peduli, dia berlarian kesana kemari sepanjang jalan utama kota tersebut dengan menyeret – nyeret kardus untuk menutupi jok – jok motor yang parkir dan bergaya seakan – akan menjadi juru parkir beneran untuk dibayar jasanya walaupun sebenarnya tidak seberapa karena mereka (Ahmad dan banyak anak kecil lainnya) masuk dalam kategori tukang parkir liar yang luput dari perhaatian satpol PP. Ahmad akan berkata ceplas ceplos “ su pigi ” yang berarti “sudah pergi “ ketika si ibu angkatnya tersebut menceritakaan tentang orang tuaanya sembari melirik padanya seperti yang terjadi bersama saya malam ini. Ahmad memang kini tidak peduli, tapi bagaimana masa depannya ? apakah orang tuanya, mereka yang melahirkannya lalu kini pergi meninggalkannya memikirkannya hari ini ? saya benar – benar tidak mampu merasionalisasikan hal tersebut karena apa yang terjadi pada Ahmad adalah bentuk yang sangat tidak rasional yang dilakukan orang tua kepada anaknya. Sebelum pulang saya mengusap kepalanya sembari mengajaknya “ tosh “ dan Ahmadpun menyambut saya dengan sangat bersemangat “ tooooosh “. Ahmad adalah satu dari sekian banyak anak kecil yang saya tahu sejak hari ini harus menganggkat kepalan tangannya untuk melawan keras hidupnya sembari berfikir “ mungkin ahmad haarusnya tidaak pernah dilahirkaan “ walaupun saya tetap percaya bahwa tuhan tidak pernah akan menyianyiakan apa yang telah lahir dari perjanjiannya. Semoga hidup berpihak padanya dan semoga Ahmad besar sebagai manusia yang tetap percaya bahwa tuhan bersamanya walaupun hari ini dia kedinginan tidur di emperan toko. Ahmad suatu hari akan bertanya “ dimana bapak dan ibu ? “ tapi semoga tidak dengan amarah dan hujatan. Angkat “ tinju “ untuk Ahmad; hidupmu bukan hidup karbitan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun