"CONTE'S CAM" Reality Show tanpa Settingan

Tugas operator kamera bukan hanya merekam saja namun dengan keahlian menggunakan lensa, para kreator televisi mampu memanipulasinya dengan tayangan yang berbeda. Bukankah form itu content dan content itu form?   

Namun untuk memproduksi Conte’s cam perlu pemikiran mendalam, karena setting kedua bench (bangku) pelatih dan pemain, latar belakang penonton (kalau sudah diperbolehkan) dan properti lainnya harus dalam keadaan yang cukup terang dan jelas, bila gelap dan kurang enak buat ditonton akhirnya jadi tidak menarik. 

Kalau perkara lensanya, pasti Pengarah Acara (Director) dan Technical Director (TD) lebih paham mau gunakan lensa panjang (long lenses) atau lensa sudut lebar (wide angle lenses).

Tayangan Liga 1 yang diproduksi dan ditayangkan di Indosiar juga sebenarnya cukup bagus namun sebelum bicara VAR (Video Assistant Referee/Video Asisten Wasit)  yang mahal dan jadi wewenangnya PSSI, tidak ada salahnya Conte’s cam bisa jadi inspirasi untuk dibuat di Liga 1. 

Seperti kata Shin Tae Yong, pelatih timnas saat ini, kepada pemainnya, dalam kompetisi sepakbola, persahabatan adanya di luar lapangan, tapi saat bertanding adalah “perang”.  

Maka tugas kreator televisi memadu gambarnya dan mengcreatenya menjadi tayangan yang menegangkan dan memukau. Let’s try it and do it better than. 

Sebelum saya akhiri tulisan ini, bicara tentang prestasi sebagai pelatih, bagi yang hobi nonton siaran langsung sepakbola, kita saksikan kiprah Conte nanti malam dengan tim Tottenham Spurs melawan Newcastle United. Bila timnya Conte menang akan masuk ke 4 besar liga Inggris, kalaupun iya, Arsenal yang bertanding sesudahnya juga tidak ingin dilewati Spurs dengan memenangkan pertandingan selanjutnya. Check this out...

The most honest form of filmmaking is to make a film for yourself (Cara yang terjujur membuat film adalah membuat film untuk diri anda sendiri).

Semoga bermanfaat.