Boom acara kuis/game show sudah lewat sejak pertengahan tahun 2000an, artinya program dengan genre ini sudah bukan acara utama televisi lagi karena penggemarnya sudah jauh berkurang dibandingkan awal tahun 90an saat animo pemirsa dan itu ditunjukkan dalam perolehan rating, acara jenis ini memang menjanjikan.
Sebelum era smart phone , program quiz atau game show di televisi ramai peminatnya karena disamping seru juga menawarkan hadiah yang lumayan besar, anda mungkin masih ingat kuis "Who wants to be A Millionaire (WWTBAM)" yang secara fenomenal memperebutkan hadiah terbesar hingga saat ini yaitu 1 milyar rupiah. Tapi bukan soal hadiah dan pesertanya yang artis terkenal dan yang juga menjadi pendamping kontestan biasa (normal contestant) ,ternyata dilihat dari kualitas penontonnya, saat televisi menjadi salah satu barometer dunia hiburan saat itu, adalah betapa penonton kelas A dan B , yaitu kriteria penonton dengan ekonomi mumpuni, tinggal di perkotaan (urban) dan berpendidikan tinggi menganggap program kuis di televisi adalah acara yang kreatif karena memeras otak dan menaikkan adrenaline sepertinya.
Namun sejak era internet mendominasi kehidupan penonton kelas ini, terlihat hadiah besar dan tampilnya artis tidak membuat program jenis ini menjadi lebih disukai, malah makin berkurang hingga akhirnya mati suri. Program yang ditayangkan back to back seperti yang pernah jadi program unggulan RCTI saat itu seperti Kuis Kontak, dilanjutkan dengan Kuis Kata Berkait dan diakhiri dengan Kuis Piramida yang tayang 5x seminggu (Senin-Jum'at), dari pukul 16:30 hingga 18:00 adalah sejarah yang tidak mungkin terulang. Dengan perolehan share 30-40 persen, ketiga acara light entertainment ini jadi andalan stasiun televisi yang memutarnya.
Program Family 100 dengan berbagai format dan bergantinya host dari Sonny Tulung, Darius Sinatrya , Tukul Arwana dan Ananda Omesh menjadi pertanda, program genre ini sangat diminati dan bergantian stasiun televisi di negeri ini menayangkannya dari ANTV, Indosiar dan Global TV. Format yang kuat dari kuis adalah tentu saja ditentukan dengan banyak elemen selain tingkat kelucuan dan kepopuleran pembawa acaranya, banyaknya peserta yang ekspresif , hadiah yang lumayan besar, dan yang tak bisa dianggap enteng adalah format permainan yang mudah diikuti baik penonton di studio dan maupun di rumah.
Hampir semua program non drama ini yang saya sebutkan diatas muncul di time slot yang banyak penontonnya dan mampu bersaing dengan program lain, katakan sinetron. Namun fakta sekarang menunjukkan acara-acara ini sekarang makin malam ditayangkan, katakan terakhir Family 100 dengan host Ananda Omesh  sempat ditayangkan di Global TV lewat dari jam 21:30. Mengapa?
Fakta menunjukkan program kuis tidak bisa bersaing lagi dengan program drama dan untuk memungkinkan program ini tetap tayang dan mendapatkan cukup iklan adalah ditayangkan setelah jam 21:30, dimana iklan rokok  selalu inovatif,  gres, massive frequensinya serta budget placement iklannya yang tidak ada seri liquidnya bisa ikut nimbrung di commercial break sehingga tayangan ini tidak kering-kering amat dari partisipasi sponsor. Makanya untuk mengekor program kuis sebelumnya, mungkin Global TV, menayangkan program kuis Take it or Leave it di jam tayang yang sama, dan lebih panjang durasinya (90 menit)
Take it or Leave it (Ambil atau Lepas atau Lanjutkan atau Menyerah) terjemahan bebasnya  formatnya berasal dari Jerman dengan judul Himmel oder Hlle atau di dalam terjemahan Bahasa Inggrisnya, Heaven or Hell ( Surga dan Neraka).  Jujur kuis ini aslinya lebih ekstrim dan terbilang kasar seperti X Factor yang lebih mendekati ke arah format reality show. Mungkin format kuis ini lebih bunyi dan secara visual lebih menarik di negeri asalnya bila tantangan yang diberikan lebih "vulgar" dan "extreme" sehingga menjadi tayangan untuk dewasa, beda dengan format lokal yang lebih terlihat "disesuaikan" dengan pakem budaya dan kearifan lokal yang ada.
Melihat kuis Take or Leave it dari jenis format pertanyaan yang disediakan dengan menyajikan 4 (empat) jawaban di layar mengingatkan kuis WWTBAM , Russian Roulette (Trans TV) dan Change of A Life Time (SCTV) , namun tidak seperti WWTBAM dimana bila ada pertanyaan meragukan jawabannya bisa memilih  sejumlah pilihan, yaitu 50:50 (tinggal 2 jawaban) atau  phone a friend (hubungi teman), namun di Take  or Leave it, cukup menyimpan jawaban yang dipilih. Dan untuk menjawab pertanyaan ini,  peserta diharuskan melakukan aktifitas/game fisik yaitu sebuah tantangan yang diberikan sebagai konsekuensi karena tidak bisa menjawab secara instan pertanyaan tadi. Bila berhasil lanjut ke tahapan selanjutnya, dan bila gagal, tentu harus berhenti.
Terkesan seperti "rumit" prosedurnya ya?  nggak bisa dijawab malah disuruh menyimpan jawabannya, terus dikasih tantangan fisik.  Tapi disitulah letak kepatuhan produser (Fremantle) kepada setiap format kuis sehingga tidak boleh sama bahkan menjiplak sehingga kesannya berbeda tidak seperti konsep ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) yang banyak terjadi dengan format lokal sehingga dengan mudah kita bisa menebak kuis ini mirip dengan kuis yang itu.  Kalau peserta dapat pilihan seperti  50:50 atau call a friend  ini jelas akan mirip dengan format kuis yang dipatenkan oleh kuis WWTBAM.
Bila kuis Russian Roulette yang dibawakan Dede Yusuf meminta peserta yang tidak bisa menjawab pertanyaan atau salah menjawab dengan menarik tuas keberuntungan, dan pilihannya untung (lucky) dan tidak (unlucky) dan masuk ke dalam lobang sumur , maka dalam Take or Leave it, dua set panggung digunakan yaitu set atas/surga (kegiatan Q and A  (Question and Answer) yang sifatnya mengandalkan otak) sedangkan set bawah/neraka digunakan untuk kegiatan fisik yang disebut  "Challenge" (tantangan).
Untuk menambah semarak kegiatan "tantangan" di bawah , maka perlu co host sebagai pemanis acara, yang bisa menambah gairah dan semangat peserta dan penontonnya, maka dipilihlah wanita yang cantik dan seksi dengan tampilan menarik, dalam hal ini Maria Vania menjadi penjaga gawangnya.
Variasi kegiatan fisik yang dilakukan di set panggung bawah ini pasti juga terbatas digunakan untuk setiap episodenya. Karena bisa dibayangkan , kalau lebih dari 2 atau 3 mungkin bisa makan waktu produksi untuk melakukan shootingnya. Pemilihan co host yang  "genit" dan host  yang serius  (Robby Purba) pastilah sudah dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Robby dengan pronunciation Bahasa Inggrisnya  yang fasih cocok dengan penonton kelas A yang suka rewel dengan ketidak-sempurnaan host bila kemampuan bahasa Inggrisnya tidak lancar, sehingga terkesan kurang "well educated" dan Maria yang pintar menggoda, diharapkan mampu membuat stamina program ini kuat dalam mencerdaskan otak dan menahan kantuk pemirsa televisi.
Hal lain yang menarik adalah pemberian uang tunai kepada peserta yang berhasil menjawab pertanyaan adalah sesuatu yang "fresh" walau tidak baru, jadi ingat sebuah ungkapan dalam film Jerry Maguire yang dibintangi Tom Cruise, "show me the money" (Perlihatkan uangnya),  yang diucapkan aktor Cuba Codding Jr, lol. Â
Ada 8 (delapan tahapan) yang harus dilewati kedua peserta untuk menjadi pemenang dari kuis ini dan bila satu tahap tidak lolos, tidak bisa naik lagi, dan hadiahnya berkurang. Hadiah utama untuk menjawab 8 pertanyaan tadi adalah 100 juta. Berapa batas aman dan peserta boleh berhenti? Ternyata Rp.5 juta.
Program ini ditayangkan dua kali seminggu setiap Rabu dan Kamis dengan target audiencenya remaja hingga dewasa, diharapkan mampu meraih banyak penonton pria di kalangan urban yang sudah pulang dari aktifitasnya di hari kerja dan sambil menjaga stamina otak dan endurance gairahnya jelang waktu rehat. Sebenarnya perlu survey sedikit sih dengan keterangan penulis diatas , apakah para pria yang menonton Maria Vania di kuis ini dengan lenggok genitnya, membuat istri dan pasangan pria yang menonton di rumah tidak "terganggu" sehingga lebih memilih mematikan remote controlnya? Hehehe.  Â
Dalam kuis yang mengkombinasikan kecerdasan otak serta kemampuan fisik yang prima, dua peserta diperlukan yang tentunya secara chemistry harus nyambung dan ekspresif, karena tanpa komunikasi yang hangat dan "tik tok" bercanda antara peserta dan host/co host, maka kuis ini akan garing dan tidak menarik untuk ditonton. Calon peserta yang kurang ekspresif, tidak rame, jaim (jaga image), dingin (pendiam) dan kurang menikmati permainan ini dengan bermain lepas, tentu akan sulit menjadi peserta kuis ini, karena akan buat presentasi dari game yang ada jadi kurang hidup. Jadi pintar saja tidak cukup tapi ekspresif , pecah , dan heboh yang  dicari. Dua pasang peserta yang bisa menghidupkan suasana seperti Fuji dan Thoriq Halilintar serta pasangan host acara "The Comment", Darto dan Danang memang tepat untuk acara yang serius , santai dan kadang "konyol" ini.
Dengan makin memudarnya fungsi televisi sebagai barometer tayangan televisi bagi para milenial yang merupakan potential buyer (pembeli utama produk iklan televisi)  dan penonton televisi masa depan , televisi terus harus eksis di platform terrestrial dan social media dengan presentasi yang juga harus kreatif dan kekinian. Saya bisa merasakan berat tantangan televisi di masa depan  tapi bagaimanapun televisi dan media sosial akan terus ada dengan karakter dan pendekatan yang berbeda dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Selamat para kreator untuk terus berkreasi.
If you were happy every day of your life you wouldn't be a human being, you'd be a game show host (Gabriel Heather) (Seandainya anda selalu senang setiap hari, saya yakin anda pasti bukan manusia, anda pastilah seorang pembawa acara kuis/game show televisi).
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H