Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengemas Acara TV yang "Kering" jadi "Menghibur"

14 Maret 2022   17:05 Diperbarui: 14 Maret 2022   17:09 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Diolah Penulis

Kata kunci "menarik" ini sangat penting buat program televisi karena ini tidak hanya berlaku dengan penampilan host dan nara sumber tapi juga dengan rundown atau show sequence alias jalinan/rajutan antar segmen dari awal hingga akhir. 

 Acara DI biasanya ada footage (cuplikan video)  atau informasi secara verbal sebagai stimulus pembuka atau katakanlah gimmick awal tentang tema yang diangkat; sedangkan GP mengadakan polling atas tema tertentu, tidak lah baru polling karena telah dilakukan seperti di acara Mario Teguh Golden Ways (MTGW) beberapa waktu yang lalu.

Khusus untuk DI yang kadang menghadirkan 2 hingga 3 nara sumber, para kreatif di belakangnya pasti sudah mengatur agar tema yang sama yang diangkat jangan tabrakan kandungan atau kontennya seperti  soal tema Puasa, janganlah diambil dari ayat Al Qur'an dan Hadits yang sama, karena penonton sudah lebih pintar sehingga ingin yang "baru"  dan "approach" (pendekatan) yang baru juga. Disinilah sepertinya untuk DI perlu persiapan lebih banyak untuk memadukan konten dari tema yang diangkat dari masing-masing nara sumber agar tidak serupa dan berlebihan.

Namun agak sedikit beda dengan di GP, sepertinya kontennya sudah diserahkan kepada Ustad Dasad yang fasih bicara dan memberikan joke  yang segar dan menghibur ini , tinggal bagaimana  yang klimaksnya diletakkan sehingga acara 1 jam ini tidak jadi basi karena akan monoton jadinya.

Terus-terang sulit untuk membuat penonton betah nonton program 1 jam (60 menit) , kalaupun bisa mungkin berlaku hanya bagi para pemirsa setia namun buat pemirsa baru tidaklah mudah. Yang bikin rumit terutama ketika acara "live" atau "langsung" host harus membreak (memotong) "ceramah" nara sumber yang lagi  "hot dan aktual" namun terpaksa harus dicut karena ada jeda iklan masuk. Ini juga berlaku di acara -- acara berita yang terpaksa host atau pembawa acara dengan pendekatan persuasif memotongnya.

Hal lain saat commercial break dengan asumsi penonton sudah lari dengan menonton tayangan lain, maka harus dicari cara untuk mempertahankan penonton ini  karena  tayangan iklan, jujur,  bikin penonton jadi terdistorsi dan tidak ingat dengan tayangan segmen sebelumnya. Hal inilah yang akhirnya perlu diberikan cuplikan atau disebut "next on" untuk terus mengikat penonton hingga akhir break ini. Cuplikan musik jugajadi bumbu tayangan jelang bumber out di DI karena bisa menahan sejenak gerakan pencetan remote control penonton.

Kedua program diatas biar tidak kering juga memanfaatkan penonton untuk bisa berinteraksi dengan meminta mereka untuk mengajukan pertanyaan sesuai dengan tema.  

Artinya lewat program televisi yang kering ini, terlihat aktual bahwa ada aksi dan reaksi sehingga penonton di rumah terwakili dengan pertanyaan tersebut.  Ini beda dengan di medsos seperti podcast yang cuma dua orang tampil dan pertanyaan dan jawaban cuma milik orang yang di frame ini.  

Kalau para "talking head" ini menarik seperti selebriti atau artis terkenal, ganteng/cantik dan mereka ekspresif, jaminan akan ditonton, namun bila menghadirkan "talking head saja" di program televisi , menurut saya tidak bunyi dan tidak menjual. Bahkan seorang Hotman Paris Hutapea saja di program talkshownya "harus" tampil dengan "dayang-dayang" perempuan cantik buat pemanis programnya.

Terakhir dalam hal tema dalam kedua program diatas, sesuai dengan pendekatan dari induknya acara DI tema yang diangkat biasanya lebih tajam dan aktual sedangkan GP lebih mementingkan harmoni , umum dan universal.  Kalau DI bisa menampilan Pernikahan menurut Islam, sedangkan GP temanya Memaafkan apa bisa Melupakan katakanlah seperti itu.

Jadi mengemas program kering menjadi menghibur itu tidak mudah dan perlu riset dan kerja keras di belakang layar terutama untuk tayangan televisi. Pilihan OBB (opening billboard), tema topik diangkat, kostum, pencahayaan, design dan look  dari set panggungnya serta pemilihan host dan bintang tamu sangat menentukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun