Di samping itu juga Bantuan Sosial (Bansos) Covid 19 yang seharusnya bisa menjadi shortcut agar rakyat tetap sejahtera ternyata banyak terkendala dengan data kependudukan yang ambur adul alias data di pusat dan daerah berbeda. Kalau beti (beda tipis) tidak apa-apa tapi banyak juga yang beda jauh sehingga alokasi bansos (bantuan sosial) pusat ke daerah terlihat minus terus karena tidak tepat sasaran.
Kalau pemuktahiran data (DTKS-data terpadu kesejahteraan sosial) tidak dibenahi, sulit untuk mengatur dan menganggarkan dana Bansos yang pas dan terukur yang akhirnya hanya mengaplikasikan ilmu kira-kira dan tidak pasti, padahal pendataan itu ilmu matematika/statistika dan bukan ilmu ramalan bintang atau prakiraan cuaca-Apalagi dana yang dibagikan via Bansos yang ada tujuh macam itu lebih dari 70 trilyun atau 70 ribu milyar rupiah.
Berkaca dari negara-negara yang telah sukses menanggulangi wabah Covid 19, pemerintah dan khususnya, otoritas kesehatan harus secara jeli,cerdas dan tegas untuk tetap tanpa kendor menghimbau masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan, mengedukasi masyarakat dengan pijakan sains dan hanya membatasi pejabat yang berwenang saja yang mengeluarkan statement tentang perkembangan penyakit ini artinya pejabat negara siapapun dia yang tidak punya kualifikasi dan kapasitas dalam penanggulangan penyakit ini sebaiknya lakukan kebijakan “Silent is Gold”.
Hal terakhir juga jangan sampai ada pemerintah, pejabat negara dan tokoh masyarakat yang terkesan menganggap enteng penyakit ini atau malah mempertanyakan apakah virus ini hasil buatan manusia atau konspirasi negara tertentu. Masalah Covid 19 adalah masalah bangsa dan harga diri bangsa ini diletakkan disini , karena citra bangsa dipertaruhkan untuk menanganinya secara prudent (hati-hati) dan bernas serta mengikuti aturan otoritas kesehatan dunia (WHO). Tapi jangan lupa juga peran masyarakat dalam ikut mendisiplinkan diri mematuhi aturan protokol kesehatan sangatlah penting karena tanpa peran serta masyarakat, wabah ini sangat sulit untuk diberantas habis.
Abraham Lincoln, Presiden AS ke 16 pernah mengatakan “cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya”.
Artinya New Normal bisa jadi menciptakan kesempatan-kesempatan baru asal tetap mengikuti prosedur melindungi diri dari terkena Covid 19 atau Corona ini. Stay Save, Don’t be helpless, Keep being productive and creative.
Dari sejumlah sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H