Hal ini jelas mengurangi porsi waktu kepermirsaan penonton kepada televisi tradisional.Â
Belum lagi perkembangan big data dan algoritma memungkinkan pengiklan paham siapa penonton yang ingin ditargetnya tanpa harus memperhatikan demografi penonton seperti yang dilakukan dalam pemasaran tradisional.
Karena lewat algoritma, setiap data penonton akan terlihat profil pribadi , apa yang ditonton, jam berapa, produk yang akan dibeli jadi ada tiga data yang dengan mudah ditangkap oleh pengiklan yaitu data profil, data berselancar di media sosialnya dan data transaksi.
Hal ini semacam kekayaan yang tidak bisa didapatkan lewat media pemasaran tradisional apalagi lewat rating yang sepertinya sudah menjadi parameter usang karena hanya mementingkan jumlah penonton tapi bukan mutu yang menonton.
Terakhir beriklan di media sosial lebih murah dan lebih akurat mencapai ke target potential buyernya sehingga ini bagi pengiklan merupakan platform yang efektif dan efisien, jadi buat apa tayangkan iklan di program di televisi yang setiap commercial breaknya tidak ditonton.
Kesimpulan akhirnya media televisi tradisional harus sigap dan cepat untuk beralih platform dan mendekati penontonnya yang makin pandai dan cerdas dengan pendekatan yang lebih cerdas dengan memahami platform barunya.
Bahkan di bidang lain seperti ritel di negara maju , setiap pembeli bisa menggunakan perangkat virtual reality dan augmented reality sebelum membeli produk yang diinginkan seperti kostum atau mobil, tanpa harus membuka baju dan tanpa harus naik mobilnya, tapi lewat VR dan AR, pengalaman yang didapat tidak dapat berbohong. Â
Tanpa adanya inovasi nasib Net TV dan lainnya yang pernah happening sama seperti produk handphone Nokia yang tidak mau invest di teknologi internet/android, Kodak yang tidak mau invest di bidang foto digital dan Blockbuster yang ditinggalkan penonton untuk beralih ke Netflix. Â
Disruptive innovations create jobs, efficiency innovations destroy them (Clayton Christensen)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H