Melihat neraca ekspor negeri jiran lainnya, ternyata Malaysia yang juga mengandalkan kelapa sawit ternyata juga mampu membangun industri manufakturnya di bidang elektronik dan permesinan.
Selain hal-hal yang mungkin minor tentang Indonesia, ternyata banyak start up company Indonesia ikut berpartisipasi dengan memberikan pengalaman suka duka berusaha di Indonesia dari yang mengorganisasi warung, toko kelontong, game dan pembuatan boneka oleh napi di penjara dan banyak lainnya sehingga sesuai dengan tema perhelatan ini yaitu menciptakan pekerjaan dan bukannya mencari pekerjaan.
Kegiatan yang pendanaannya disumbangkan oleh Pemerintah Australia ini harusnya juga jadi cermin bagaimana negeri Kangguru ini peduli untuk mengembangkan potensi populasi dan ekonomi Indonesia sesuatu yang seharusnya merupakan iniasi pihak Indonesia.Â
Kepedulian kepada potensi anak bangsa ini juga tercermin betapa Yayasan Cinderella yang merupakan start-up company yang berdomisili di Batam, yang memproduksi boneka buatan narapidana justru mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Amerika Serikat dan Australia setelah memenangkan kompetisi start up (usaha rintisan) , dan ironisnya hingga sukses saat ini malah pemerintah Indonesia tidak membantunya.
Harapannya semua cita-cita mereka yang hadir dalam kegiatan ini, ada output nyata pada penyelenggaraan selanjutnya dan mereka yang sukses akan mempresentasikannya kelak pada ajang IDF berikutnya sehingga ini akan tolok ukur kemajuan perekonomian Indonesia secara umum dan mengurangi pengangguran yang semakin banyak dan menjadi beban negeri ini saat sekarang dan masa depan.Â
Dilihat dari para pemimpin atau CEO usaha rintisan Indonesia, Â mereka kebanyakan para milineal, fasih berbahasa Inggris dan lulusan Amerika Serikat, dan sisi positifnya ini menunjukkan mereka bukanlah kacang yang lupa pada kulitnya. Â
Menteri Airlangga mengakui bahwa adanya transformasi digital akan menghapus sejumlah pekerjaan (menurut penulis akan semakin banyak terjadi terutama yang sifatnya mekanis karena nanti akan diganti oleh robot/mesin yang menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) namun juga akan menciptakan pekerjaan baru.Â
Menurut penulis pekerjaan baru dan keahlian baru itu perlu waktu cukup lama untuk mendidik dan mematangkannya. Disini tugas Kementrian Perindustrian, Kemen PPN/Bappenas dan Kemendikbud melakukan integrasi agar masalah populasi anak muda yang perlu lapangan kerja bisa diatasi.
Sebagai gambaran dunia masa depan, penggunaan smart phone (telpon pintar) akan sangat masif dimanfaatkan dan disitulah letak para pembeli/pelanggan berada, dan inilah saatnya anak muda yang potensial diberikan peluang untuk eksis dan berkembang lewat belajar digital secara gratis seperti belajar coding dan bagi mereka yang terpaksa harus berganti profesi karena tergerus digitalisasi pekerjaan mekanisnya,  Kemenperin dan Kemen PPN Bappenas bisa juga menyelenggarakan kursus singkat yang murah/gratis belajar tentang algoritma, data science, machine learning, bitcoin, blockchain, artificial intelligence, virtual reality, augmented reality dan lain-lain.
Inspire,Imagine,innovate,Initiative are not enough yet, you need also intelligence and intellectuality.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H