Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

HOTS, Tes Nalar Tingkat Tinggi Calon Mahasiswa Zaman Now

11 Mei 2019   15:25 Diperbarui: 11 Mei 2019   15:41 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari foto dokumentasi pribadi

Hadirnya soal-soal yang punya latar belakang HOTS (Higher Order of Thinking Skills) pada ujian nasional (UN) dan seleksi bersama masuk ke perguruan tinggi negeri (SBMPTN 2019), menjadi hal yang patut kita hargai dalam rangka meningkatkan kemampuan calon mahasiswa agar bisa bersaing dan berprestasi saat kuliah dan lulus kelak.

Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan HOTS? Ternyata ini adalah bahan uji (soal/pertanyaan) yang merangsang penalaran tingkat tinggi karena membutuhkan kemampuan analisis tinggi. Hal Ini semacam proses seleksi bagi calon mahasiswa untuk sudah mulai membiasakan diri memahami betapa atmosfer kehidupan perkuliahan yang benar membutuhkan tingkat nalar yang memadai.

Memang HOTS itu menguji kemampuan apa sebenarnya? Menurut Taxonomy of Educational Objectives:The Classification of Educational Goals  yang jadi panduan, sebuah buku karya dari Benyamin S.Bloom tahun 1956, ada enam tingkat pemikiran yang ada dalam otak manusia yang terbagi dalam enam klasifikasi dimulai dari yang rendah hingga tinggi.  

Menurut Taxonomy Bloom, nama yang biasa dikenal akhirnya,  tingkat pemikiran rendah (LOTS-Low Order of  Thinking Skills) adalah mengingat, memahami dan mengaplikasi, sedangkan yang tergolong tingkat pemikiran tinggi (HOTS) adalah menganalisa,sintesa, mengevaluasi dan mencipta.

Melihat perkembangan dunia digital saat ini yang ditandai dengan penemuan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence), teknologi keuangan Blockchain (Blockchain technology) , Inovasi Disrupsi (Disruptive Innovation), Machine Learning, Data Science, Big Data, Algoritma dan banyak hal lain yang akan tercipta, kalau mengandalkan hanya dengan tingkat kemampuan rendah (menghafal dan memahami), secara umum mahasiswa Indonesia akan sulit bersaing dalam berkompetisi di tingkat internasional.

Bagaimana mungkin hanya dengan kemampuan menghafal saja bisa menciptakan ide-ide out of the box semacam Bitcoin, Big Data, AI dan lainnya? Revolusi berpikir inilah yang menandai hadirnya Revolusi Industri 4.0 yang berawal dari komunikasi nir kabel dan perkembangan dunia komputer yang pesat (machine learning).  

Kembali ke soal HOTS akan mendorong calon mahasiswa untuk menemukan jawaban alternatif dan kaya dan tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban yang didapat dari proses menghafal tanpa memahami konsep ilmunya. Ini ciri dari keterampilan pembelajaran abad 21 yang meliputi berpikir kritis (critical thinking), kreatif/mencipta (creative), mampu mempadu-padankan banyak ilmu yang digunakan (collaborative) dan gaul dan aktif dalam memahami perkembangan teknologi yang sedang trend (communicative)

Lewat konsep ini materi soal meliputi tiga ranah yaitu kognitif (kemampuan dan keterampilan nalar/logika tentang ilmu pengetahuan), afektif (kemampuan secara emosi dan sikap) dan psikomotorik (kemampuan fisik dalam beraktifitas).

HOTS termasuk dalam ranah kognitif yang ada dalam Taxonomy Bloom  yang kemudian diperbaharui oleh Lorin Anderson, David Kartwohl, dkk pada tahun 2001  sehingga urutannya menjadi mengingat, memaham, mengaplikasikan, menganalisa, mengevaluasi dan mencipta.

Jenis-jenis pertanyaan seperti apa yang memungkinkan kita mendapatkan respon nalar dari para siswa ternyata ada beberapa kategori disini. Pertanyaan seperti pilihan berganda (multiple choice), mencocokkan (matching) dan mengisi kolom/kotak yang kosong (fill in the blank) mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kemampuan siswa tingkat rendah pengetahuan/mengingat (knowledge/remembering) dan memahami (comprehension/understanding).  

Sedangkan pertanyaan sejenis essay, eksperimen/penelitian, pemaparan (portfolios), penampilan/pertunjukan (performance) cenderung mengukur kemampuan siswa dalam pemikiran yang lebih tinggi yaitu analisa, sintesa,evaluasi dan mencipta.

Berikut sedikit contoh pertanyaan LOTS hingga HOTS, berdasarkan klasifikasi kata kerja (verb) menurut Taxonomy  Bloom:

1.Mengingat :

a.Dimanakah ibu kota Indonesia saat ini? Jakarta

b.Sebutkan penemu listrik? Thomas Alva Edison

2.Memahami : 

a.Terangkan apa yang dimaksud dengan Gravitasi Bumi!

b.Ceritakan apa makna Lukisan Raden Saleh tentang penangkapan Pangeran Diponegoro.


3.Mengaplikasi

a.Gunakan Teori Gerak Newton (Laws of Motion) bagaimana sebuah roket bisa berfungsi/meluncur?

b.Ramalkan benda manakah  yang terapung lebih baik di air biasa atau air yang mengandung garam?

4.Menganalisa

a.Apa fungsi ginjal dalam tubuh manusia?

b.Coba analisa mengapa Presiden Indonesia ke 1 pada tahun 1959 memutuskan negara kembali ke Pancasila, yang disebut Dekrit Presiden 1959.


5.Mengevaluasi

a.Buat Desain kampanye iklan anti rokok.

b.Rencanakan makanan yang sehat untuk buka puasa dan sahur bagi para pelajar

6.Mencipta

a.Temukan kesalahan kosa kata (vocabulary) pengumuman dalam Bahasa Inggris ini.

b.Pilih langkah efisien dan efektif apa untuk menghindari dan mengurangi perudungan (bully) di sekolah

Disadari ketidak-merataan pendidikan di Indonesia bisa menjadi salah satu faktor proses yang menghambat pembelajaran, namun suka atau tidak suka dunia pendidikan harus cepat menyesuaikan diri dan berpacu dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat sehingga diharapkan output pendidikan saat ini bukanlah hanya jadi penonton malah diharapkan berperan aktif dalam pembangunan bangsa ini di masa kini dan akan datang, apalagi tahun 2030, populasi milineal akan jadi dominan.

Menarik untuk menyimak hasil rata-rataUjian Nasional SMP,SMA dan SMK dari tahun 2016-2018, yang cenderung menurun (lihat tabel).

Dokpri
Dokpri

Parameter lainnya PISA (Programme for International Student Assesment) atau Program Penilaian Pelajar Internasional tahun 2015 yang dilakukan oleh OECD ( Organisasi Untuk Kerja sama dan Pembangunan Ekonomi)  yang mengukur kemampuan dasar siswa berusia 15 tahun, ternyata siswa Indonesia peringkatnya di bidang matematika,membaca dan sains masih rendah. Nilai matematika 386 urutan 66, membaca 397 urutan 67, dan sains 403 urutan 65.

Bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, paling tinggi adalah Singapura bahkan peringkat negeri jiran ini juga paling tinggi di dunia yaitu matematika-(564/1),membaca-(535/1),  sains-(556/1). Sebagai informasi standar internasional untuk ketiga keterampilan tersebut untuk matematika 490, membaca 493 dan sains 493. (Jangankan mengejar Singapura, untuk mencapai standar dunia saja, siswa Indonesia sudah berat).

Ternyata luar biasa berat dan besar pekerjaan rumah bangsa ini untuk membenahi pendidikan akademis sumber daya manusianya agar bisa bersaing di masa kini dan masa depan.

"Education is the most powerful weapon which you can use to change the world" (Nelson Mandela). (Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia-Nelson Mandela).

Semoga Bermanfaat

Dari sejumlah sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun