Disadari ketidak-merataan pendidikan di Indonesia bisa menjadi salah satu faktor proses yang menghambat pembelajaran, namun suka atau tidak suka dunia pendidikan harus cepat menyesuaikan diri dan berpacu dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat sehingga diharapkan output pendidikan saat ini bukanlah hanya jadi penonton malah diharapkan berperan aktif dalam pembangunan bangsa ini di masa kini dan akan datang, apalagi tahun 2030, populasi milineal akan jadi dominan.
Menarik untuk menyimak hasil rata-rataUjian Nasional SMP,SMA dan SMK dari tahun 2016-2018, yang cenderung menurun (lihat tabel).
Parameter lainnya PISA (Programme for International Student Assesment) atau Program Penilaian Pelajar Internasional tahun 2015 yang dilakukan oleh OECD ( Organisasi Untuk Kerja sama dan Pembangunan Ekonomi) yang mengukur kemampuan dasar siswa berusia 15 tahun, ternyata siswa Indonesia peringkatnya di bidang matematika,membaca dan sains masih rendah. Nilai matematika 386 urutan 66, membaca 397 urutan 67, dan sains 403 urutan 65.
Bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, paling tinggi adalah Singapura bahkan peringkat negeri jiran ini juga paling tinggi di dunia yaitu matematika-(564/1),membaca-(535/1), Â sains-(556/1). Sebagai informasi standar internasional untuk ketiga keterampilan tersebut untuk matematika 490, membaca 493 dan sains 493. (Jangankan mengejar Singapura, untuk mencapai standar dunia saja, siswa Indonesia sudah berat).
Ternyata luar biasa berat dan besar pekerjaan rumah bangsa ini untuk membenahi pendidikan akademis sumber daya manusianya agar bisa bersaing di masa kini dan masa depan.
"Education is the most powerful weapon which you can use to change the world" (Nelson Mandela). (Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia-Nelson Mandela).
Semoga Bermanfaat
Dari sejumlah sumber