Matinya seorang wanita penyayang binatang baru-baru ini karena diterkam seekor buaya buas yang ternyata fauna kesayangannya  seperti menjadi inti dari kisah film "The Life of PI" yang sukses dalam perebutan Piala Oscar 2013 dengan menyabet empat penghargaan dari sutradara, sinematografi, musik, dan visual efek terbaik dari total 11 nominasi yang dicalonkan.
The Life of PI atau kisah petualangan seorang pemuda yang harus menyelamatkan hidupnya akibat kapal yang membawanya pecah dan tenggelam dengan menaiki sekoci penyelamat yang ternyata juga dihuni beberapa binatang yang ikut menyelamatkan diri didalamnya seperti jerapah,orang utan,hyena,tikus dan harimau Benggala.
Perjalanan yang sangat menyeramkan melewati Samudra Pacific yang begitu luas hanya dengan rakit dan dihalangi badai yang ganas serta "ditemani" binatang buas sungguh petualangan yang menarik untuk divisualkan.
Benang merah dari film ini adalah harimau Benggala,hewan buas yang sudah dikenalnya sejak kecil saat masih hidup di India,karena sang ayah (dimainkan oleh Adil Hussain) mempunyai kebon binatang kecil, mengajarkannya secara tidak langsung "sejinak" apapun binatang buas akan tetap "liar" dan nalurinya tetap "ganas" jadi sebagai manusia tetap harus waspada  dan menjaga jarak dengannya.
Nama PI sendiri ternyata punya cerita sendiri dimana nama lengkapnya adalah Piscine Molitor Pattel yang meniru nama kolam renang (Piscine Molitor) di Perancis. Saat di sekolah menengah, dia menyebut namanya menjadi Pi yang diambil dari huruf Yunani  untuk menghindari dia dipanggil dengan panggilan Pissing Pattel yang berarti Pattel si Tukang Kencing, Lol.  Â
Pertarungan hidup mati di sekoci antara pemuda 16 tahun (PI)Â yang dimainkan oleh Suraj Sharma dengan harimau Benggala yang bernama Richard Parker menggambarkan keberadaan si harimau ternyata menjadi energi bagi pemuda ini untuk tetap hidup dan menemukan daratan agar bisa selamat.
Film berdurasi dua jam lebih ini tidak terasa melelahkan seperti halnya film Kingkong karya Peter Jackson karena puluhan twist yang mampu mengecoh penonton. Twist yang sangat luar biasa adalah adanya sebuah pulau yang dihuni jutaan binatang meerkat/suricate sejenis luwak dan  floranya yang indah dan ramah pada siang hari tapi berubah menjadi mengerikan ketika malam tiba. PI ketika terbangun dari tidurnya  menemukan sebuah bunga disana ternyata didalamnya terdapat gigi manusia, artinya flora disini berubah jadi carnivora saat malam tiba.
Hal lain dari film ini yang patut diperhatikan adalah toleransi yang ditunjukkan oleh keluarga PI untuk memahami perilaku dari PI ini saat berusia 12 tahun (dimainkan oleh Ayush Tandon) yang mencari Tuhannya dengan mempraktekkan sekaligus tiga agama yang diyakininya yaitu Hindu, Kristen dan Islam.Â
Dan pada intinya PI ini bersyukur atas karunia Tuhan walaupun dia akhirnya sempat berkeluh kesah juga ketika penderitaannya tiada berakhir tentang kehilangan ayah, ibu dan kakaknya yang mati tenggelam di dalam kapal milik perusahaan Jepang.
Karya sutradara Ang Lee asal Taiwan yang juga sutradara Brokeback Mountain dan Crouching Tiger Hidden Dragon mendatangkan pesona sendiri karena begitu luar biasanya penggunaan visual effect yang hampir 80 persen muncul dalam durasi film ini.  Film tanpa bintang besar ini ternyata lebih sukses dari Hugo karya Martin Scorsese yang juga secara visual effect fantastik dan tanpa mengusung bintang mahal. Visual effect saat ribuan ikan terbang, seekor ikan paus beraksi dan jutaan meerkat di pulau fantasi sungguh luar biasa.
Sepanjang film ini kita disungguhi adegan perjuangan si pemuda agar tetap hidup dengan usahanya untuk tinggal di rakit terpisah dari rakit utama yang dihuni harimau. Kehabisan makanan karena kapalnya sempat koyak karena ikan paus besar memaksanya untuk memakan ikan padahal dia seorang vegetarian. Ikan yang menjadi bahan makanan yang juga dibaginya dengan si harimau yang membuatnya bisa aman ada di rakit utama.