Momen saat bulan Ramadan tiba ternyata banyak dimanfaatkan oleh para politikus untuk "hadir" dalam sejumlah tayangan televisi baik sebagai bintang tamu program tertentu dan juga tampil dalam iklan menyambut bulan puasa sekali setahun ini.
Sejumlah quote alias kata-kata bijak dari para tokoh-tokoh ini baik yang sudah punya reputasi atau yang masih biasa-biasa saja muncul, yang penting bagi mereka adalah nongol dan setor muka sekalian promosi biar dikenal masyarakat penonton yang pasti lebih mengenal artis penyanyi dangdut dan bintang sepak bola atau buat kaum milenial kepada idola aktris dan aktor film/sinetron pujaan mereka daripada politikus yang kebanyakan digambarkan media sebagai para tokoh antagonis.
Ketua umum PPP Romihurmuziy, setiap hari muncul jelang buka puasa dengan kata bijaknya "sesungguhnya kita diciptakan bersuku-suku dan beraneka bangsa untuk saling mengenal karena kita diciptakan untuk tidak selalu sama". Tampilan Romi memang tanpa embel-embel  partai yang dipimpinnya  namun tulisan Untuk 1nd0nesia , jelas menunjukkan no 10, nomor urut partai ini dalam Pemilu 2019. Â
Yang mengejutkan bukanlah soal tampilnya Romi yang jago main musik ini namun besarnya dana promosi yang mungkin harus digelontorkan untuk iklan seperti ini mengingat dia selalu muncul di semua televisi nasional setiap hari karena jelang adzan magrib, termasuk prime time. Pertanyaannya darimanakah dana promosinya?
Ketua PKB Muhaimin Iskandar juga muncul di acara Ini Talk Show (Net TV) sebagai bintang tamu yang mengulik soal kebiasaannya naik motor dan tentu saja nyerempet-nyerempet peluangnya untuk jadi Cawapres Jokowi 2019. Entah siapa yang diuntungkan dalam tayangan ini, yang jelas kedua pihak seperti jaim (jaga image) dalam tayangan tersebut agar tidak kelihatan "jualan" atau sebaliknya "promosi" gratis
Sementara Partai Amanat Nasional (PAN) dengan ketuanya Zulkifli Hasan muncul dengan sejumlah tokoh PAN dari kalangan artis saat berbuka puasa bersama seperti dengan Pasha Ungu, Desi Ratnasari, Miing Bagito, Eko Patrio, Denada dan lainnya dalam sebuah iklan politik sebelum berbuka. Yang jadi ciri khas adalah warna biru yang jadi warna minuman yang disajikan bukan matahari yang selama ini jadi ikon.Â
Jenis iklan tersirat ini seperti meniru iklan rokok dengan pendekatan emosinya, ya semoga saja dapat banyak pemilih baru atau kalau tidak minimal PAN sudah sukses jadi Partai Artis Nasional. Lol.
Sementara untuk tausiah ramadan banyak tokoh politik muncul sebagai "dai" yang memberikan wejangan dan nasehat  agar menjalankan puasa dengan benar seperti Mahfud MD, Buya Syafi'i Maarif,KH Ma'ruf Amin, TGB Zainul Majdi (Gubernur NTB),Bambang Brodjonegoro (Ketua Bappenas),dan Bambang Sudibyo, eks Menkeu, dalam iklan Badan Amil Zakat.
Dan yang cukup menarik perhatian adalah tampilnya para petinggi DPRÂ yang muncul juga setiap hari memberikan quotenya agar bisa memaknai ramadan kali ini. Dengan tag line "Indahnya Ramadan"dan inilah pesan mereka:
Utut Adianto (Wakil Ketua DPR-Koodinator BAKN & BURT-Koordinator bidang akuntabilitas keuangan negara dan badan urusan rumah tangga):"Tumbuhkan sikap saling menghormati antar umat beragama".
Fadli Zon (Wakil Ketua DPR-Korpolkam-Koordinator bidang politik dan keamanan) : "Indahnya berpuasa tidak akan terlepas dari khasanah budaya dan memperkaya kehidupan bangsa".
Agus Hermanto (Wakil Ketua DPR-Korinbang-Koordinator bidang industri dan pembangunan):"Bersabar itu memberi energi pada bangsa".
Taufik Kurniawan (Wakil Ketua DPR-Korekku-Koordinator bidang ekonomi dan keuangan) : "Berpuasa belajar mengendalikan diri di setiap lini kehidupan".
Fahri Hamzah (Wakil Ketua DPR-Korkesra-Koordinator bidang kesejahteraan rakyat) : "Puasa dijalankan dengan benar sesuai tuntunan untuk meraih ketaqwaan".
Bambang Soesatyo (Ketua DPR RI) : "Puasa menempa pribadi yang jujur ,ikhlas dan sabar sebagai modal utama membangun bangsa".
Apapun quote dan kesan yang ingin disampaikan para politikus, mereka sadar bahwa kehadiran mereka di layar kaca paling tidak mampu memperkuat identitas mereka dan mengenyahkan stigma buruk yang mungkin saja ada pada diri mereka karena aroma politik saat ini yang dinamis dan bisa dibilang saling menjatuhkan.
Masyarakat penonton pun sudah cukup dewasa dan mudah-mudahan tidak tergiring pada anggapan kalau semua politikus itu buruk seperti halnya citra kepada Kepolisian atau lembaga lainnya seperti Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pusat para koruptor. Â
Data dan Fakta kelak akan tersaji setelah bulan penuh hikmah ini apakah mereka hanya cuap-cuap saja menutupi boroknya atau mereka memang benar-benar intan yang selama ini tertutup lumpur. Ini juga quote lho.
The hardest thing about any political campaign is how to win without proving that you are unworthy of winning. (Adlai E.Stevenson)Â (Hal terberat pada setiap kampanye politik adalah bagaimana memenangkannya tanpa harus (bersusah payah) membuktikan anda memang layak menang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H