Menaiki kereta api jarak jauh sungguh menyenangkan seharusnya karena sebagai penumpang kita telah menyediakan waktu luang untuk melakukan journey bersama untuk mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan.
Begitulah ketika kami menggunakan kereta api eksekutif Malang ke Jakarta dengan menggunakan kereta Gajayana sekitar 10 hari jelang lebaran 2018. Perjalanan di bulan Ramadhan yang dilakukan tepat waktu sekitar pukul 13:30 dari Malang dan tiba di Jakarta (Gambir) pada pukul 04:30 berlangsung lebih baik dan manusiawi dari pengalaman sebelumnya menggunakan bus malam dari Jakarta ke Malang.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) rupanya paham bagaimana menyenangkan penumpangnya dengan menyediakan makanan untuk berbuka dan sahur secara gratis. Dan bagi mereka yang menginginkan menu lain bisa memesan langsung atau makan di gerbong restorasi.
Perjalanan yang melewati stasiun Solo Balapan, Jogjakarta, Purwakerto dan Cirebon ternyata sedikit diisi penumpang pada gerbong nomor tiga yang kami tumpangi. Para staf pendukung kereta ini ramah dan bersahabat, bahkan petugas sekuriti ada di setiap gerbong, seingat saya, untuk menjaga keamanan penumpang.
Selama perjalanan setiap penumpang disiapkan selimut agar badan tetap hangat walaupun untuk minum teh atau kopi panas harus membeli, tapi itu tidak mengapa, yang penting kami aman dalam perjalanan dan mencapai kota tujuan sesuai jadwal.
Setiap tiba di stasiun yang dituju ada pengumuman agar penumpang menyiapkan barang-barang yang dimilikinya untuk dibawa agar tidak ketinggalan atau tertukar dengan penumpang lain. Informasi diberikan juga dalam bahasa Inggris dengan pengucapan orang Indonesia dengan cukup fasih dan mudah mengerti. Di samping itu ada pengumuman menu makanan spesial apa yang disiapkan oleh pihak kereta api sehingga menggugah selera penumpang untuk mencobanya.
Walaupun kereta api eksekutif ini kadang berjalan seperti mesin diesel yang rada ribut alias tidak smooth, kami menerimanya. Mau apa lagi, karena guncangan yang ada masih dalam batas toleransi yang ada, ya nikmati saja. Nanti dibilang tidak bersyukur masih dapat tiket pulang, walaupun gerbong kereta yang saya naiki hanya seperempat kapasitasnya terisi. Â
Kalaupun yang ada kekurangannya, seperti sudah jamak di dunia transportasi Indonesia, apalagi kalau bukan urusan tempat BAB baik kecil dan besar yang kurang memadai dan kurang terawat kebersihannya selama perjalanan. Air dan tisu yang habis sepertinya kurang menjadi perhatian. Jadi ini seperti paradoks dengan bagian food and beverages (FB) yang menyiapkan menu untuk dikonsumsi, tapi tidak didukung oleh bagian sanitasi. Alhasil, sebagian penumpang makan dan minum sedikit, takut nanti malah tersiksa tidak bisa BAB.
Sebagai penumpang saya hanya berpikir bagaimana wisatawan mancanegara yang ingin berwisata di negeri ini dengan pelayanan sanitasi seperti ini? Bukankan pariwisata dan turis bisa menghidupkan ekonomi negeri ini, namun bila pelayanan toilet seperti ini, mereka akan berpikir ratusan kali untuk naik kereta api bahkan untuk kelas eksekutif sekalipun.
Dengan perjalanan lebih dari sepuluh jam paling tidak orang harus mengunjungi toilet minimal satu kali, seharusnya problem ini bisa diatasi oleh PT KAI agar perjalanan panjang ini bisa terasa singkat dan lebih menyenangkan serta tidak hanya mengandalkan tayangan video dan lainnya yang standar. Ya semoga ada peningkatan pelayanan di kereta api untuk selanjutnya. Â Dan bagi penumpang saya sarankan siapkan tisu basah agar perjalanan Anda sedikit terbantu.
"You know an odd feeling? Sitting on the toilet eating a chocolate candy bar." (George Carlin)