Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Indonesian Idol, "Empower Yourself"!

21 April 2018   22:21 Diperbarui: 22 April 2018   11:51 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesian Idol musim ke 9 tahun ini yang akan segera memasuki babak  "result" grand final pada 23 April 2018 bagaimanapun tetap dianggap reality show yang paling "real/nyata" dalam menggambarkan perjuangan pesertanya untuk meraih impiannya menjadi juara.

Tidak hanya perjuangan di kota audisi yang musim ini ada di lima kota (Medan, Jakarta, Jogjakarta, Surabaya dan Denpasar), tapi juga aroma persaingan di panggung spekta yang dimulai sejak 18  Desember 2017.  Idol tetap punya story image, "You can do it whatever you want if you are serious and consistent to show yourself better than others.

However, every contestant has to consider and realize that the judgment results are not only from the juries but the audience also". (Apapun kamu bisa lakukan bila kamu mempunyai keinginan (jadi juara) asal kamu serius dan konsisten dengan performa kamu yang lebih baik dari peserta lain. Namun setiap peserta harus mempertimbangkan dan menyadari bahwa penilaian akhir bukan dari juri semata (lewat komentar dan pengaruhnya) namun lewat penilaian penonton juga).  

Ajang Indonesian Idol telah membuktikan pesertanya dari nobody jadi somebody dan from zero jadi hero lewat kerja keras , proses latihan yang  berat dan cercaan juri  serta kritikan masyarakat disamping tentu suka cita dalam proses seleksinya yang membuat mereka menjadi terkenal.

Walaupun program ini masuk ke format ajang pencarian bakat penyanyi potensial, namun format program ini reality show yang bukan settingan karena peserta yang tidak layak tidak akan mungkin dikirim ke Jakarta untuk diseleksi para juri terkenal yang sekarang  jumlahnya lima, lebih dari Idol seri sebelumnya yang hanya tiga atau empat orang.

Musim ke sembilan ini ada 12 peserta dari lima kota seleksi terpilih untuk menjadi terbaik, jadi proses audisi itu tidak melibatkan juri utama yang selama ini ada, sehingga "to the point" saja ke panggung spektakuler. Dan faktanya perolehan rating episode pertamanyanya langsung melejit ke 3.3 dan sharenya 19 dan menempati peringkat ke 4 acara terpopuler seluruh stasiun televisi dan peringkat ke 2 terbaik di RCTI.

Walaupun pada perjalanan panggung spektanya ratingnya tidak setinggi awalnya, namun grand final minggu lalu (16 April 2018) rating program ini naik lagi ke 2.3/15.

Di era digital dimana penggunaan gawai sudah hampir 100 persen diantara kalangan milineal yang menjadi target program ini, video streaming dan keterlibatan (engagement) acara ini luar biasa tinggi-gabungan konvensional dan platform digital seperti yang diutarakan Pimpinan Fremantle Indonesia, Rumah Produksi yang mempunyai lisensi Indonesian Idol, Indriena Basarah, yang mencapai satu milyar orang. 

Artinya tagline dari Indonesian Idol saat ini "Idol is back" seperti mengulangi kesuksesan Idol 1 hingga 3 (2004-2006) telah terbukti mampu mengundang keingintahuan (curiousity) dan keterlibatan (involvement) masyarakat kalangan muda.  

Survey yang menyatakan bahwa penonton milenial sudah jarang menonton televisi sebenarnya benar adanya, namun ada alasannya  karena mereka kritis dengan acara-acara yang "nggak banget" namun sebaliknya menjadi pendukung acara yang "oke banget" walaupun mereka kebanyakan menonton lewat gawainya dan bukan lewat layar kaca di ruang keluarga di rumahnya.

Menonton dengan keluarga itu masa lalu bagi mereka, dan inilah era Video On Demand (VOD) dimana mereka tidak ingin diatur menonton baik waktu dan programnya. beda pada jaman dulu (jadul) stasiun televisi menjadi penguasa tunggal dalam menentukan selera masyarakat karena tanpa saingan karena mengandalkan "one way communication".

Indonesian Idol memang mengekor kesuksesan American dan British Idol pada awalnya dengan mengedepankan komentar cerdas, tangkas,lugas dan pedas dari para jurinya ala Simon Cowell dan komentar itu yang menjadi patokan betapa untuk menjadi juara bukan hal yang mudah dan diatur lewat koneksi dan kedekatan.

Dan tidak semua juri yang pernah menjadi penguji dan penilai di ajang ini mendapatkan perhatian masyarakat karena komentarnya yang pedas seperti Indra Lesmana, Meutia Kasim, Ahmad Dani, Anang Hermansyah,  Agnes Monica dan lainnya. Artinya komentar tehnis dan bernyanyi hanyalah sampingan , karena justru komentar nyelekit namun membangun yang ditunggu pemirsa.

Karena ada aspek pendidikan disamping efek reality show dengan tujuan mengambil close up dan bahkan extreme close up sikap tubuh  (gesture) dan raut muka (mimic) kesal dari peserta di dalam panggung dan di luar panggung seperti yang pernah dilakukan dulu pada episose Idol musim awal dimana peserta yang tidak lolos saat audisi punya kesempatan mengeluarkan uneg-unegnya dan "sakit hatinya"karena ditolak para juri karena dianggap tidak masuk standar Idol lewat kamera yang disediakan.

Tapi dibalik visual tersebut, program ajang pencarian bakat ini memberikan contoh positif kepada banyak kalangan muda bagaimana peserta dengan kelebihan dan kekurangannya mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya dengan memberdayakan diri mereka (empower themselves) semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik.  Artinya inilah gambaran realita hidup yang baik untuk dicontoh dan ditiru pemirsa muda, bahwa tidak yang instant dan express untuk menjadi sukses karena semua melewati proses dan prosedur yang ketat dan berwarna.

Pada Grand Final Indonesian Idol seri ke 9 ini tertinggal dua peserta yaitu Maria Simorangkir (Maria) dan Ahmad Abdul (Abdul) dan uniknya keduanya dari dua kota audisi paling awal dan akhir yaitu Medan dan Denpasar, disamping itu Maria usianya sangat muda (16 tahun) sementara Abdul masuk usia paling akhir yang bisa mengikuti ajang ini (27 tahun).

Yang menarik dari Idol musim ini adalah bertemunya salah satu Juri pada Idol 2,Yovie Widianto dengan Judika, yang merupakan Runner up pada musim itu dalam satu panggung dimana Judika sudah "naik kelas" , sementara Yovie Widianto tetap konsisten dengan kreativitasnya dalam penciptaan lagu-lagunya yang laris manis dalam industri musik dari dulu hingga saat ini.   

Sebagai salah satu orang yang terlibat dalam Indonesian Idol pada musim ke dua ini, saya berharap acara ini tetap berlanjut tahun depan apalagi akan memasuki musim ke 10 dan saya yakin program dengan format seperti ini akan tetap happening, hits dan ngetrend di kalangan milineal yang merupakan potential buyer program ini , mengingat masih banyaknya bakat-bakat penyanyi potensial Indonesia yang belum ditemukan. Idol will be back again in 2019?  

Who's judging American Idol? Paula Abdul? Paula Abdul is judging a singing contest is like Christopher Reeve judging a dance contest -- Chris Rock (Siapa yang menjadi juri American Idol? Paula Abdul? Paula Abdul ketika menjadi juri lomba menyanyi seperti Christopher Reeve (pemeran Superman) sedang menjadi juri lomba dansa/tari-Chris Rock)

Ref : Dari sejumlah sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun