Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Konvergensi Media, Ancaman untuk Televisi Tradisional?

26 Desember 2017   09:31 Diperbarui: 26 Desember 2017   12:48 2544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock.

Perpaduan media massa, aplikasi komputer dan teknologi internet adalah inti dari konvergensi media yang suka tidak suka merupakan trend dari pilihan masyarakat saat ini untuk mendapatkan informasi yang bisa diresponnya secara interaktif. 

Gaya masyarakat kekinian jelas berbeda dengan pesan atau flow media tradisional baik radio, koran, dan televisi yang one way communication (satu arah), karena masyarakat zaman now ingin ikut berperan aktif dalam berkomunikasi baik menyalurkan pendapat, menaikkan status dan ikut rembuk dalam pemecahan masalah atau problem baik yang sedang trend maupun masalah pribadinya. 

Untuk menyiasati persaingan mendapatkan perhatian dari penonton, televisi saat ini tidak lagi hanya mengandalkan informasi sepihak dari televisi saja tapi juga melibatkan media massa lain seperti radio dan media cetak di samping memanfaatkan teknologi digital dan internet seperti aplikasi komputer dan media sosial. 

Konvergensi inilah yang membuat "mindset" hanya memproduksi program yang bagus saja namun dengan presentasi yang biasa saja tidak cukup namun harus juga mampu menghidupkan informasi yang berkembang dengan memanfaatkan online media dan aplikasi komputer dan ujungnya diharapkan mendapatkan income lewat online advertising yang bisa menghidupkan dapur produksi suatu program.

Dengan makin berkurangnya orang menonton pesawat televisi tradisional yang  biasanya ada ruang tamu rumah dan saat ini kebanyakan melalui gawai (gadget) telah tampaklah tugas berat menanti kreator televisi untuk mampu menghadirkan program yang lebih kreatif dan "spesial" bagi penonton saat ini yang punya kecenderungan karena didikan media konvergensi ini yang lebih kritis, demokratis (two way communications), sudah ketagihan media sosial-jadi menarik mereka kembali  untuk "hanya" menonton televisi sudah sulit,  pemalas (maunya tinggal pencet, gambar bagus didapat dan mudah mengoperasikannya)-kalau transmisi jelek, sudah malas menonton, apalagi kalau programnya "nggak banget" dan terakhir sudah terbiasa berkomunikasi dengan makhluk superficial(fisik nyata tidak perlu).

Karakter penonton televisi saat ini seperti itu dan info terbaru rata-rata penonton televisi di bawah 15 tahun sudah jarang menonton televisi secara tradisional tapi lewat gawainya (Kompas, 23 Desember 2017) disamping fakta jumlah orang menonton televisi secara umum lebih sedikit dari yang memanfaatkan (melihat) internet dalam kesehariannya. Berdasarkan laporan ini jumlah menonton televisi hampir 4 jam sementara menggunakan internet hampir 9 jam.  

Untuk menyiasatinya kreator televisi harus juga paham konten tayangannya harus bisa menyesuaikan dengan penonton dimanapun karena halangan geografi tidak ada lagi. Hal kedua harus mampu mempersuasif (mempengaruhi dengan halus) dan bukan dengan cara mendorong-dorong paksa (untuk menonton) atau menggurui.  

Ketiga menciptakan banyak program yang lebih variatif  dan lebih interaktif sehingga menciptakan pasar niche baru, seperti tayangan travel atau perjalanan, alangkah baiknya selain info lokasi atau fasilitas juga diberikan informasi berapa ongkosnya, apa akomodasinya, bagaimana mencapai areanya baik lewat transportasi umum atau pribadi,  kalau kurang jelas hubungi siapa, dan cantumkan  websitenya dan sebagai keterangan tambahan dapatkan pengalaman (success story) dari orang yang pernah dan sedang kesana.

Fenomena media konvergensi haruslah diakui bukan hanya perkembangan teknologi saja, namun sebuah perubahan sangat mendasar soal fungsi dari content producer (produser penghasil program televisi) dan content consumer (penonton/konsumen penghasil program televisi). Dengan implikasi ekonomi, sosial dan politik saat ini, ini sebuah paradigma baru yang menggambarkan adanya peralihan penting (significant shift) dalam memproduksi dan mendistribusikan konten informasi buat publik (public information content).

Today we are beginning to notice that the new media are not just mechanical gimmicks for creating worlds of illusion, but new languages with new and unique powers of expression- Marshall McLuhan (Saat ini kita mulai mempedulikan bahwa media baru bukan hanya jadi pencipta gimmick secara mekanis untuk menciptakan ilusi , namun media yang juga bahasa baru dengan kekuatan mengekrepresikanya secara baru dan unik).

Dari sejumlah sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun