Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aksi Bela Palestina Sama dengan Hargai Kemerdekaan Negeri Sendiri

17 Desember 2017   23:24 Diperbarui: 17 Desember 2017   23:36 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat meriahnya Aksi Bela Palestina (ABP) yang digelar di Tugu Monas (Monumen Nasional)Jakarta pada Minggu, 17 Desember 2017, yang diiniasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan diikuti oleh ratusan ribu orang terlihat ada ghirah dan semangat asli bangsa ini untuk membela kaum yang lemah dan tertindas yaitu Negeri Palestina yang jauh di Timur Tengah oleh negeri penjajahnya Israel.

Dilihat dari Pembukaan Undang Undang Dasar 45, yang seingat saya pada jaman saya sekolah di SMP harus dihapalkan pada saat pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila)pada tahun 80an memang sarat dengan kata-kata magis yang tidak begitu saja ditulis oleh para pahlawan negeri ini yang kenyang ditindas oleh penjajah Belanda dan Jepang. 

"Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan adalah Hak Segala Bangsa dan Penjajahan di atas Dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Sungguh luar biasa para pahlawan kita yang menyusun kata-kata diatas, pahlawan yang bisa jadi merupakan mendiang buyut, kakek atau ayah kita yang tidak begitu saja membuat kata-kata yang sangat dahsyat itu karena pastilah mengalami getirnya dijajah dan dijatah kebebasan dan keinginannya untuk berdaulat.  

Penjajahan itu tidak berkemanusiaan dan tidak berkeadilan. Bangsa yang terjajah itu jelas-jelas dilecehkan , dianiaya dan diperkosa kemanusiaannya. Jadi mengingat Palestina saat ini adalah mengingat Indonesia pada jaman dijajah dulu. Sungguh luar biasa pahlawan kita menciptakan kata-kata magis yang masih mampu menggerakkan anak,cucu,cicit,uyut untuk terus mengobarkan betapa kata "Merdeka" itu harus direbut dengan darah dan air mata bukan dikasih seperti beberapa negara jiran yang kemerdekaannya dijatah dan diberikan.

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur". Kalimat selanjutnya dari Pembukaan UUD 45 ini ada rasa cita-cita bersama setelah tercapainya kemerdekaan yaitu bersatu, berdaulat, adil dan makmur. 

Selama kurun waktu 72 tahun bukanlah suatu yang mudah menciptakan keadilan dan kemakmuran terutama ketika melihat banyak pemimpin negeri dan lokal yang sibuk membagi dan mengurangi tapi tidak menjumlahkan dan mengalikan kemakmuran yang seharusnya milik Rakyat. Kalimat ini untuk Bangsa Palestina, mungkin tepatnya setelah meraih Kemerdekaan kelak.

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya". Kalimat ini jelas terlihat aspek religius bangsa kita yang bersyukur atas bantuan dan ridha Allah/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena tanpa bantuan dan kekuasaanNya, Kemerdekaan akan tidak akan didapat.  

Kata berikutnya menyiratkan kebebasan itu harga mati dari kemerdekaan karena belenggu penjajahan membuat negeri ini jadi negeri miskin dan bodoh. Sayangnya Pembukaan UUD 45 ini belum sepenuhnya isinya bisa dinikmati warga Indonesia secara keseluruhannya, dan mudah-mudahan dengan ridho dariNya kelak, bangsa ini bisa segera lepas dari belenggu keterbelakangan dan kemiskinan.

Aksi Bela Palestina kali ini memang selayaknya tidak mengajak partai politik namun hanya beberapa perwakilan sebagai pribadi serta isinya murni pembelaan kepada bangsa terjajah Palestina oleh Israel yang sekarang mendapatkan bantuan dari Presiden AS Donald Trump dengan mengakui Yerusalem sebaga Ibukota Israel yang baru menggantikan Tel Aviv. 

Saya tidak melihat pada acara ini aura kebencian dan dendam kepada Presiden Trump dan Amerika Serikat. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membandingkan sikap Trump yang membuat blunder dengan warga AS beragama Kristen pembela Palestina, Rachel Corrie, yang mati dilindas oleh buldoser Tentara Israel pada tahun 2003.  Sementara itu Sastrawan Taufik Ismail melanjutkan karya Puisinya yang dibacakan Anies sebelumnya tentang Palestina.

Anies pun menambahkan bahwa bangsa ini berhutang budi dengan Palestina saat pemimpin mereka saat ini mengakui Kemerdekaan Indonesia untuk pertama kali bersama dengan Mesir.  Bagi yang bangsa yang merdeka, pengakuan kemerdekaan dari negara lain adalah sebuah kehormatan yang luar biasa setelah lepas dari penjajahan Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun