Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Harapan kepada Helmy Yahya sebagai Direktur Utama TVRI

17 Desember 2017   12:48 Diperbarui: 25 Agustus 2018   13:14 8856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok Helmy Yahya bukanlah orang asing dalam dunia pertelevisian tanah air sejak dia menjadi asisten utama Ibu Ani Sumadi dalam memproduksi beberapa tayangan program televisi lokal yang cukup sukses di TVRI pada tahun 70-80an.

Setelah itu kiprahnya dalam mendirikan PT Triwarsana dengan Alm. Liem Siauw Bok dan Alm. Jody Suherman melahirkan banyak karya yang patut kita acungi jempol baik sebagai kreator maupun presenter. Tak Heran puluhan penghargaan Panasonic Awards telah memenuhi etalase biografi pribadinya.

Sebagai lulusan STAN (Sekolah Tinggi Akutansi Negara) tentu Mas Helmy (saya sebut demikian karena saya pernah kerja dengannya di Rumah Produksi (PH) yang dulu lokasinya di Tanah Abang itu) penuh perhitungan agar tetap eksis di dunia hiburan yang dalam kurun waktu 10 tahun belakangan banyak berubah.

Katakan dinamikanya sangat cepat dan banyak membuat banyak kreator lama tarik diri dan ganti profesi karena pasar dunia audio visual saat ini (katakan televisi) banyak dipenuhi para kreator muda milenial yang sangat kreatif, bertenaga, dan efisien. Ditambah dengan stasiun televisi saat ini yang lebih mengunggulkan tayangan produksi sendiri (inhouse) daripada membeli program dari Rumah Produksi lokal.

Dengan sekarang menjabat Direktur Utama (Dirut) TVRI untuk 2017-2022 inilah kesempatan besar dan baik buat Mas Helmy untuk mengendalikan perusahaan yang ibaratnya seperti kapal induk yang berjalan perlahan atau gajah besar yang sulit bergerak; disinilah tantangan nyata ada di depan mata. 

Yang jelas dalam bisnis perhatian ini yang paling pokok adalah mengembalikan kehadiran TVRI sebagai salah satu stasiun televisi yang diperhitungkan tidak hanya soal program tapi juga citranya sebagai pemersatu bangsa.

Memang benar tidak seluruh informasi tentang ratingbenar adanya karena apa yang dilakukan AC Nielsen hanyalah menggunakan sampel penonton namun metodenya (people's meter) sudah teruji secara internasional. Artinya tidak bisa tidak TVRI haruslah berdamai dengan Laporan rating yang dirilis tiap minggunya dimana posisi TVRI berada. Dengan cara ini TVRI tahu dan paham dimana market share berada sehingga ketika membuat program TVRI mengerti kepada siapa ditujukan, mengapa harus memilih produk itu dan bagaimana mempresentasikannya.

Sebagai salah satu penonton TVRI (pada saat siaran TV Swasta nasional belum ada) ada harapan TVRI menghidupkan kembali program-program yang menjadi khas TVRI dengan presentasi yang updated (kekinian). Dan saya yakin Mas Helmy sudah punya setumpuk program lama dan juga yang baru yang bisa menyemarakkan layar kaca. 

Program macam Uang Kaget, Bedah Rumah dan Asal cukup menghibur, dan bisa ditambahkan dengan program lama TVRI seperti Pelajaran Bahasa Inggris, Jerman, Mandarin, Perancis dan lain-lain tentu akan sangat "khas atau tipikal" sehingga membahagiakan penonton TVRI dari Sabang hingga Merauke. 

Program kebudayaan juga kalau bisa dikemas dengan cara yang lebih baik sehingga tidak membosankan. Produksi juga tayangan drama seperti sinetron dan sitkom (Komedi situasi) yang ringan, mencerahkan dan memberdayakan bukan yang penuh tangis dan sumpah serapah.

Memang banyaktantangan dari memproduksi program-program tersebut, namun dengan jangkauan tayangan seluruh Indonesia, saya pikir tidak sulit mendapatkan dana produksi baik lewat CSR (Corporate Social Responsibility) dan lewat BUMN yang ingin memberikan informasi tentang program yang ingin rakyat berpartisipasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun