Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Muhammad Ali, The Black Superman

7 Juni 2016   00:54 Diperbarui: 7 Juni 2016   15:20 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

This here's the story of Cassius Clay Who changed his name to Muhammad Ali

He knows how to talk and he knows how to fight

And all the contenders were beat out of sight

Sing, Muhammad, Muhammad Ali

He floats like a butterfly and stings like a bee

Mohammed, the black superman

Who calls to the other guy I'm Ali  .... catch me if you can 

-Now all you fight fans, you've got to agree

There ain't no flies on Muhammad Ali

He fills the arena wherever he goes

And everyone gets what they paid for

Muhammad, was known to have said

You watch me shuffle and I'll jab off your head

He moves like the black superman

And calls to the other guy I'm Ali ...catch me if you can

He says I'm the greatest the worlds ever seen

The heavyweight champion who came back again

My face is so pretty you don't see a scar

Which proves I'm the king of the ring by far

Sing, Muhammad, Muhammad AliHe floats like a butterfly and stings like a bee

Mohammed, the black superman

Who calls to the other guy I'm Ali .... catch me if you can

Sing, Muhammad, Muhammad AliHe floats like a butterfly and stings like a bee

Muhammad, the black superman

Who calls to the other guy I'm Ali .... catch me if you can

I'm Ali catch me if you can ...

Lirik lagu diatas sudah cukup menggambarkan siapa Muhammad Ali pada masa jayanya tahun 60an hingga awal 80an berkiprah di ring tinju profesional  dunia. Sudah banyak tulisan tentang almarhum yang wafat beberapa hari lalu dalam usia 74 tahun karena komplikasi penyakit parkinson yang selama kurang ;lebih 30 tahun dideritanya. "Mengayun lembut seperti kupu-kupu ketika bergerak  tapi menyengat seperti lebah ketika memukul" cukup menggambarkan betapa jeniusnya manusia ini yang terlahir bernama Cassius Clay. Lagu yang dinyanyikan Johny Wakelin, seorang artis penyanyi dari Inggris,  pada tahun 1975 ini menjadi top hit nomor 1 di Austalia , nomor 7 di Inggris dan nomor 21 di Amerika Serikat. 

Kenangan saya dengan tokoh idola ini karena pertandingan tinju yang disiarkan secara langsung oleh TVRI pada tahun 70-80an banyak dilakukan pada pagi hari dan di hari masuk sekolah , contoh pertandingan Ali melawan George Foreman, Joe Frazier serta Ken Norton. Pernah saya bolos sekolah atau pura-pura sakit untuk melihat petinju legendaris ini bertanding.

Sisi fisik sudah banyak ditulis dan ditelaah bagaimana hebatnya dia memenangi pertarungan melawan banyak petinju top dunia hingga menjadi petinju pertama yang memenangi 3x Juara Dunia Kelas Berat yang waktu itu hanya dipegang 2 badan tinju dunia WBC dan WBA.  Namun segi menarik dari Ali adalah keberaniannya untuk bersikap berbeda dengan kebanyakan orang. Keberaniannya membuang ke sungai medali Emas Olympiade Roma 1960, menolak ikut perang Vietnam karena dia tidak bermasalah dengan rakyat Vietcong (Vietnam saat ini), tidak masalah gelarnya dicabut dan komentarnya yang kontroversial namun melewati jamannya seperti kenapa di AS semua putih dari Nabi hingga Malaikat. Dan dengan cerdas dia menyindir kenapa saat itu orang hitam (blackman/negro) selalu menjadi warga kelas dua dan dikonotasikan warga jahat dan budak (slave) seperti istilah "hitam" berkonotasi buruk..seperti kenapa mengancam orang harus dibuat kata blackmail? bukankah kata whitemail juga harusnya bisa?

Menurut Tom Jones, Silvester Stallone dan banyak selebritis lawas yang pernah satu frame dengannya antara lain Elvis Presley, The Beatles dan Michael Jackson , Muhammad Ali adalah entertainer (penghibur) yang sangat sukses. Coba lihat tanpa ocehannya yang tidak dikutip wartawan karena terlihat snob/sombong pastilah pertandingan tinjunya akan sepi dari penonton. Tanpa psywar (perang urat syaraf) dan adu psikologis yang juga ditiru Jose Mourinho di sepak bola, pertandingan tinju tidak ada drama dan highlights menarik yang akan menjadi berita. Apalagi saat itu media cetak dan elektronik saja yang berjaya.

Sayangnya warisan kebaikan dan kearifan yang dilakukan Muhammad Ali tidak sejalan dengan generasi masyarakat AS berikutnya yang terlihat makin  rasis dengan naiknya calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.. Tidak ada keberanian dari tokoh olah raga atau showbiz yang mampu menandingi keberanian Muhammad Ali pada jamannya yang mampu menjadi filter dan katalisator bagi nilai-nilai Amerika yang pioner dan demokratis. Contohnya Perak Irak yang sama dengan perang Vietnam, suatu perang yang salah dan terbukti menyengsarakan rakyat Irak dan Timur Tengah saat ini. Ditambah lagi  sejak peristiwa 9/11 tahun 2001, nama Muhammad/Ahmad  selalu mengalami kesulitan ketika masuk ke  AS untuk mendapatkan visa.Rupanya Islam phobia membuat sebagian  rakyat AS lupa akan tokoh dan warganya yang sekelas Nelson Mandela dan Martin Luther King, yaitu Muhammad Ali.

RIP/Innalillahi wa innalillahi rojiun the Champ, Muhammad Ali. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun