Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

X-Factor 2 Jeblok karena Tidak Ada Anggun?

16 Juli 2015   10:43 Diperbarui: 16 Juli 2015   10:53 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan saya menyangkut X Factor Indonesia 2 beberapa waktu yang lalu mengagumi kerja keras para kru dan terutama editor program 3 jam-an ini mampu menjadikan program ini jadi unggulan RCTI pada saat audisi berlangsung (Episode 1 hingga 4). Mulai dari rating 3.7 hingga 4.4 dengan share 19 hingga 25 persen, jauh diatas rata-rata share rata-rata RCTI yang "cuma" 15 persen. Prestasi saat itu mengukuhkan program karya Simon Cowell ini meraih 2x peringkat pertama RCTI, dan sempat nomor 3 tertinggi dalam 100 program top seluruh channel. 

Namun stamina program ini melorot jauh saat masuk ke Spectacular Show hingga sudah 5 episode ditayangkan dengan rating rata-rata hanya 2-2.5 dengan share 14-16 persen dibawah share rata-rata RCTI saat ini yaitu 15-18 persen. Artinya kalau dibandingkan dengan performa saat audisi, rating menurun 43 persen sementara share menurun 36 persen. Ini jelas something wrong sepertinya. 

Seperti program ajang sejenis seperti Indonesian Idol yang makin menuju grand final dengan melewati panggung Spectacular, dimana peserta makin mengerucut hingga dua finalis, seharusnya perolehan rating dan share makin meningkat. 

Dilihat dari perjalanan X Factor 2 (XF2) saat ini, rating menurun saat episode Boot Camp, lalu sempat naik lagi saat Episode The Chairs, namun merosot jauh saat episode The Judge Home Visit yang hanya mencapai 2.3-2.8 dengan share 12-14 persen. Episode Wild Card hanya menaikkan rating ke 2.6 dan share 17 persen, namun setelah itu saat Spectacular Show menurun lagi. 

Setelah Ajeng dinyatakan sebagai peserta yang lolos dari Episode Wild Card, 13 peserta XF2 terbagi menjadi 4 yaitu kategori Over-age (tua), dengan mentor Ahmad Dani, yaitu Angela July, Sulle Wijaya dan Desy Natalia. Kategori Group (kelompok) dengan mentor Rossa yaitu Jad&Sugy, Classy dan JB&Patty. Kategori Girls (cewek) ada 4 peserta dengan mentor Afghan yaitu Clarisa Dewi, Ismi Riza, Riska Wulandari dan Ajeng Astianti. Sementara terakhir kategori Boys (cowok) ada Ramli Nurhappi, Siera Latupeirisa dan Aldy Saputra. Peserta yang telah tereliminasi Siera Latupeirisa ,Classy, Riska, Jad&Sugy serta Sulle, tinggal 8 peserta tersisa yang akan bersaing di panggung Spektakuler ke 6.

Dilihat dari materi 13 peserta XFI2 tidaklah kalah bersaing dengan peserta XFI1 pada tahun 2013 yaitu: Dicky Adam, Gede Bagus, Mikha Angelo(Boys/Mentor-Anggun C Sasmi); Fatin Shidqia,Shena Malsiana,Yohanna Febrianti(Girls/Mentor-Rossa); Agus Hafiluddin, Isa Raja, Novita Dewi,Alex Rudiart (Overage/Mentor-Bebi Romeo); Dalaqita, Ilusia Girls dan Nu Dimension(Group/Mentor-Ahmad Dani)

Dilihat dari lead in program sebelumnya yang menentukan apakah program sesudahnya mampu menjaga penonton sebelumnya, atau ada penonton baru, terlihat bahwa setelah 7 episode, XF2 mampu mempertahankan penonton program sebelumnya, sinetron laga, 7 Manusia Harimau. Namun memasuki Episode 8 (Judges Home Visit) hingga episode 15 (Spectacular 5), penonton XF2 malah berkurang, dan kemana mereka? Dari head to head program, rupanya penonton sejak setengah jam sebelumnya menyaksikan Sinetron Special Madun, dengan perolehan rating dan share 4.0/17.7. Sinetron ini tayang setiap hari dengan rata-rata rating dan sharenya 3.9/17.4. Dilanjutkan dengan Parsel Ramadan Pantun dan Ganteng Ganteng Srigala yang rating dan sharenya diatas XF2. Sementara ANTV dengan serial drama berbau India, Cinta di langit Taj Mahal tetap dengan rating dan share yang cukup tinggi yaitu 3.7/16.6 persen. Drama serial yang juga setiap hari tayang ini rata-rata rating/sharenya (3.2/14.3).

Pesaing ketat XF2 saat pertama ditayangkan adalah Dangdut Akademi 2, yang punya rating diatas XF2, namun sejak Minggu ke 24 program IVM (Indosiar Visual Mandiri)  sudah tidak ada lagi, artinya XF2 tidak punya pesaing program sejenis. Lantas mengapa XF2 tidak sanggup mempertahankan penontonnya bahkan menarik penonton dari program musik sejenis dari IVM? Apakah ada hubungan dengan chemistry antar jury yang tidak sehangat saat Anggun C Sasmi menjadi salah satu jury? Apakah kualitas Afghan kurang berbobot dibandingkan dengan Anggun? Apakah penonton menganggap Anggun adalah role model X Factor tersebut? Anggun yang membangun karirnya bukan di dalam negeri tapi berpetualang di Eropa (Perancis) adalah idola bagi banyak orang , sedikit orang Indonesia yang mampu melakukannya. Dan sosok heroine ini adalah X Factor asli Indonesia. 

Atau materi yang dibicarakan para jury XF2 terlalu tehnis dan berbau terlalu lelaki karena Rossa tidak punya partner yang bisa mengimbangi dari sudut pandang kewanitaan? Atau figur-figur juri seperti Dani Ahmad sudah sering beredar di televisi sehingga celetukannya nggak "magis" lagi? Ataukah Bebi Romeo sudah melewati masa "kreatif"nya sehingga sebaiknya di belakang layar saja? Kemudian "kedivaan" Rossa perlu lebih "terlihat" lagi dari komentar yang nggak cukup "memaniskan" suasana tapi juga "pedas"? Dari 5 episode spektakuler XF2, terlihat ke 4 juri sepertinya "asyik sendiri" dengan penilaian dan pemahaman tentang program ini. Mudah-mudahan saya salah. Dengan durasi 3 jam program, chit-chat memang jadi bahan yang ditunggu, tapi mengapa penonton program ini makin sedikit atau justru makin tinggi pada segmen penonton tertentu (potential buyer)? Atau bagi penonton pria, yang jarang menonton televisi, kehadiran Anggun yang eksotis itu memang something, sementara bagi penonton wanita, Anggun adalah sosok idola wanita modern yang mandiri dan sukses?

Penonton sudah mafhum presentasi dan performa program ini memang asyik punya, tapi sebagai sebuah program yang tidak melulu menyanyi, unsur komentar jury, profil peserta dan story yang digarap seharusnya menjadi satu kesatuan yang mampu mengangkat program ini. Terus terang tidak adil bila membandingkan XF1 dan XF2, seperti yang dialami Indonesia Idol1 dan Idol2 yang saat itu diproduksi tanpa jeda (2004 dan 2005),tidak seperti XF yang dua tahunan sekali. Atau penonton sudah bosan dengan ajang sejenis baik yang di tayangkan di RCTI atau stasiun televisi lain dengan format nyanyi dan juri kasih komentar?

Ataukah karena program ini dengan mudah ditonton via gadget, dan di social media sehingga nggak perlu ikut menonton secara langsung, karena ada rerunnya? Bila menyasar kalangan muda 15-20 tahun, jelas sulit mereka dipaksa menonton 3 jam tanpa gangguan gadget. Apakah faktor bintang tamu menentukan ?Ternyata Raisa mampu menaikkan  rating dan share Spektakuler 5 dari 2.2 ke 2.3 dan share 14 ke 15 persen pada Spectacular Show 5, walaupun kurang significant. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun