Copa America 2015 seolah menjadi pertunjukkan sepak bola bagi tuan rumah Chile kepada dunia dimana bakat-bakat sepak bola akhirnya lahir dan mengkilap saat Chile menjadi tuan rumah. Dari 6x pertandingan dari fase group, perempat final , semi final dan final..hanya di babak final saja mereka melakukan pertarungan hingga adu penalti. Dan tanpa ragu mereka menghempaskan seteru mereka yang sulit mereka kalahkan selama berkali-kali, tim Tango, Argentina.
Talenta-talenta berbakat Chile dari Sanchez(Arsenal), Vidal(Juventus), Vargas(Napoli/QPR/Valencia), Bravo(Barcelona) seolah-olah mampu menenggelamkan tim kaya bintang Argentina yang terdiri dari Messi(Barcelona), Pastore(PSG), Di Maria(MU), Higuain(Napoli), Tevez(Juventus/Boca Juniors), Mascherano(Barcelona), Aguero(Manchester City) dll. Kemenangan 6 : 1, Argentina atas Paraguay pada babak semifinal seolah pudar dengan permainan penuh inspiratif dari Chile. Ya Chile menang bukan karena permainan bertahannya tapi permainan atraktif dan "attacking football" yang mengagumkan. Hampir semua lini padu dan kompak baik menahan dan menggempur lawannya. Salut buat Chile yang akhirnya mendapatkan gelar pertamanya dalam Copa America setelah 4x mencoba sebelumnya dan gagal dalam kurun waktu satu abad kurang satu tahun. Hasil ini tentu juga mendua bagi Jorge Sampaoli yang warga negara Argentina, tapi don't worry kalau profesional, anda harus mengabdi siapa yang membayar anda. Dimana bumi dipijak..disitu langit dijunjung.
Pencapaian terbaik Chile adalah berita buruk buat Lionel Messi yang kembali cuma bisa memberikan gelar runner up kepada negaranya tidak seperti memberikan treble gelar kepada klubnya  Barcelona tahun ini. Lionel Messi gagal di Copa America 2011 dan Piala Dunia 2014. Messi memang belum sebesar Maradona dan juga belum bisa mengikuti jejak Mario Kempes, Osvaldo Ardiles, dan Daniel Passarella yang merebut Piala Dunia 1978. Maradona yang dikenal dengan gol tangan Tuhannya ke gawang Inggris, mampu menjadi inspirator kemenangan Argentina melawan Jerman (saat itu Jerman Barat) dengan skor 3:2 di final Piala Dunia 1986 di Mexico. Dalam Copa America, terakhir Argentina juara tahun 1993, 22 tahun yang lalu dengan bintangnya saat itu Gabriel Batistuta dan Diego Simeone. Tapi ada berita bagus bagi Argentina  keempat tim semifinalis selain Chile dan Argentina, yaitu Peru dan Paraguay semua dilatih oleh pelatih Argentina. Sebuah pencapaian dan pengakuan luar biasa dunia akan perkembangan sepakbola Argentina.Â
Don't cry for Me Argentina, lagu yang ngetop jaman Argentina dipimpin presiden wanita, Evita Peron, membahana sebagai tanda perpisahan akan perjuangan Argentina tahun ini. Bola itu bulat, begitulah hidup kadang kita tidak bisa memprediksi apa yang terjadi di lapangan, tapi yang pasti, katakan Di Maria tidak cedera dan diganti Lavezzi tetap Chile di atas angin, selain tuan rumah dan pemain ke 12 yaitu penonton, Chile memang telah siap jadi juara dengan menghabisi 5 lawan sebelumnya, termasuk saat ditahan seri oleh Mexico, 3:3. Congrats Chile!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!