Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Satu Meja Mafia Beras!

7 Juni 2015   02:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program Satu Meja yang digawangi Ira Koesno pada malam Rabu ini, seperti biasa menampilkan sejumlah tokoh untuk mencoba memecahkan permasalahan dalam hal ini soal kekisruhan tentang maraknya Beras Plastik.

Setelah menyaksikan program talk show menarik selama 1 jam ini ternyata tidak mudah untuk menjadi saksi pelapor tentang kecurigaan Beras Plastik, padahal sample beras itu sudah dinyatakan memang terbuat dari plastik oleh PT Sucofindo (Superintending Company of Indonesia). Persero ternama dan BUMN bertaraf internasional ini tentulah tidak sembarangan mengeluarkan hasil uji laboratoriumnya. Artinya saksi pelapor, Dewi Septiani telah benar dalam menguji laporannya. Tapi apakah masalahnya selesai disini? Ternyata tidak.

Nellys Soekidi, Ketua Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia) mengatakan pihaknya merasa dirugikan karena bukan hanya secara material (berkurangnya pembelian), namun juga immaterial yaitu secara moral banyak pembeli bertanya tentang keaslian beras yang mereka beli. Hal ini tentu sangat memukul reputasi para pedagang karena dianggap sebagai pedagang yang tidak bisa dipercaya alias penipu.

Nellys pun yang sudah berpuluh tahun berdagang beras sangat yakin mempunyai bukti bahwa beras yang disangka plastik/sintetis  itu tidak berdasar, dilihat dari parameter-parameter yang diinformasikan via media. Sejumlah jenis beras malah mempunyai karakter-karakter yang dianggap seperti beras plastik.  Hal lain yang menjadi keberatan Nellys adalah dilihat dari motif ekonomi tidak masuk akal menjual beras plastik karena secara harga lebih mahal dari beras umumnya.

Tulus Abadi, Ketua Harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) tetap mengharapkan konsumen tetap aktif melaporkan temuannya bila ada hal-hal yang mencurigakan kepada yang berwenang, dan berharap mampu melakukannya secara prosedural. Apa yang dilakukan Dewi sudah tepat menghubungi pihak BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)  namun seharusnya Dewi tidak tergopoh-g0poh menyebarkan di social media. Dia bisa cek ricek ke penjual beras tersebut terlebih dulu. Akibat laporannya yang menimbulkan kehebohan ini, Dewi bisa saja dia digunakan oleh Mafia Beras yang memang ingin mendeskreditkan beras lokal sehingga kran impor diberlakukan lagi. Wah rumit juga sepertinya. Apalagi sinyalemen dari angggota DPR, Wakil Keuta Komisi IV,Firman Soebagyo,  bisa saja Dewi memang termasuk kaki tangan Mafia Beras atau bagian dari grand desain para mafia beras. Wah?

Ternyata Mafia ada dimana-mana , setelah ada Petral di industri perminyakan, Mafia di industri perikanan dan Mafia di industri perberasan...entah apa mafia lagi yang muncul di industri lain..dan saya pikir ada. Sinyalemen Firman berdasarkan pengalamannya selama beberapa tahun mengamati perilaku pelaku produk ini, selalu ada masalah dengan "kisruh" beras jelang bulan Ramadan dan Lebaran katanya.

Pengumuman Kapolri Badrodin Haiti hari ini tentang tidak ditemukannya unsur plastik dalam beras yang diuji di BPOM dan juga sudah mengecek sample beras (milik Dewi) yang diuji di laboratorium PT Sucofindo ternyata bukan terbuat dari plastik.

Ternyata permasalahan yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti makanan dan energi sangat rawan terjadinya kekisruhan dan kerawanan dalam masyarakat sehingga mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat. Sebagai negara yang masih mengandalkan investasi dari luar negeri, ketidak nyamanan kondisi keamanan dalam negeri akan berdampak pada masuknya investasi dari luar yang ingin mengembangkan usahanya di Indonesia.

Mungkin yang perlu digarisbawahi disini adalah keputusan Presiden Jokowi yang bersikeras untuk tidak mengimpor beras yang tentu maksudnya baik untuk meningkatkan perekonomian para petani lokal, ternyata disikapi para spekulan dengan membeli beras lokal dan ketika bisa dikontrol pasokannya...akan mudah juga diatur harganya lewat mekanisme impornya dengan cara mengurangi/menghilangkan dari pasar karena langka...dan inilah mafianya. Kadang tujuan baik perlu strategi cerdas juga.

Langkah selanjutnya apakah Sucofindo harus meminta maaf? Kalau ternyata salah dalam laporan uji laboratoriumnya apakah hal ini karena alasan tehnis atau non tehnis? Dan kalau memang Sucofindo bisa memastikan temuannya memang beras plastik, lantas siapa yang memasukkan barang ini? Apakah Bea Cukai terlibat? Semakin menarik...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun