Berikutnya, dalam Savery (2018), PBL mempunyai pendekatan yang berpusat pada siswa serta sanggup mendesak siswa agar mempraktikkan pengetahuan yang dipelajari dalam pemecahan permasalahan. Dengan demikian, keahlian berpikir kritis siswa bisa mulai dinaikkan dengan mempraktikkan model pembelajaran ini di dalam kelas.
Langkah awal dalam mengimplementasikan PBL adalah mengorientasi siswa tentang permasalahan tersebut. Pada sesi ini, guru mengkomunikasikan permasalahan yang hendak dipecahkan secara berkelompok. Permasalahan yang diangkat hendaknya permasalahan kontekstual lewat bahan teks ataupun lembar aktivitas sehingga siswa bisa menciptakan perkaranya sendiri.
Langkah kedua, mengorganisir pembelajaran siswa. Pada sesi ini, guru memastikan kalau tiap anggota menguasai dengan jelas tugasnya.
Fase ketiga, pedoman evaluasi individu serta kolektif. Pada sesi ini guru memantau partisipasi siswa dalam mengumpulkan informasi ataupun modul dalam proses inkuiri.
Sesi keempat, penataan serta presentasi karya. Pada sesi ini, guru memantau dialog serta membimbing tiap kelompok buat menulis laporan sehingga hasil kerja siap untuk dipresentasikan.
Langkah kelima, menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan permasalahan. Pada sesi akhir ini, guru membimbing presentasi kelompok serta mendorongnya dengan membagikan penghargaan serta pendapat kepada kelompok lain. Pada sesi ini pula, guru serta siswa menarik kesimpulan berarti.
Sebagaimana model pembelajaran pada biasanya, PBL pula mempunyai kelebihan serta kekurangan. Adapun kelebihan dari PBL adalah: siswa dilatih supaya bisa berpikir kritis serta terampil dalam menuntaskan permasalahan, meningkatnya kegiatan siswa di kelas, siswa terbiasa belajar dari sumber yang relevan, pembelajaran jadi kondusif serta efisien.
Sementara itu, kelemahan dari PBL yaitu: model ini tidak bisa diterapkan pada seluruh pelajaran, memerlukan waktu belajar yang lebih lama, siswa yang tidak terbiasa menganalisis sesuatu permasalahan kerapkali enggan melaksanakannya, serta bila siswa kelas besar, guru akan kesusahan dalam mengerjakannya dan mengkondisikan latihan.
Tidak gampang untuk pendidik dalam merancang skenario pembelajaran berbasis PBL, serta selaku pendidik, spesialnya di bidang matematika, mengganti paradigma yang sepanjang ini menyangka matematika itu susah serta matematika yang kaku serta membosankan wajib diawali serta diterapkan di sekolah. Salah satu pemecahan yang bisa diterapkan buat perihal tersebut adalah pemakaian modul ajar.
Modul ajar merupakan kumpulan program pembelajaran yang disusun dalam wujud standar tertentu guna melayani kebutuhan belajar serta membentuk modul pembelajaran terpadu yang dijabarkan dalam wujud mandiri sehingga siswa bisa menekuni sendiri modul pembelajaran yang sudah disiapkan dengan dorongan terbatas dari pendidik ataupun orang lain. Modul ajar pula ialah unit aktivitas yang sistematis serta dirancang buat menolong peserta didik menggapai tujuan tertentu, antara lain: isi, tata cara, serta evaluasi. Dengan demikian, modul ajar merupakan kumpulan program pendidikan opsi yang bisa dipelajari sendiri oleh siswa dengan sokongan terbatas dari pendidik ataupun orang lain, sehingga siswa bisa mengalami pembelajaran yang bermakna.
Kelebuihan pembelajaran dengan memakai modul, yaitu bisa membagikan umpan balik sehingga siswa mengenali kekurangannya serta lekas melaksanakan revisi, modul mempunyai tujuan pembelajaran yang valid sehingga kegiatan siswa lebih terencana, modul yang didesain menarik, gampang dimengerti serta bisa penuhi kebutuhan siswa dengan metode yang memunculkan semangat belajar siswa yang besar, modul yang fleksibel, sebab siswa bisa mempelajarinya dengan metode yang berbeda serta dengan kecepatan yang berbeda, terjalin kerjasama dengan kompetisi yang minimun antar siswa, serta ada program tutoring.