Pada tahun 2011 atau 6 tahun setelah Manchester United dibeli oleh Malcolm Glazer, klub tersebut melepas saham pertamanya ke publik atau yang lebih dikenal dengan istilah IPO (Initial Public Offering). Pada saat itu, United memiliki valuasi lebih dari USD 2 milyar yang membuatnya menjadi salah satu klub terkaya di dunia. Dengan basis pendukung yang besar, arus kas United semakin meningkat dari merchandise dan penjualan tiket. Belum lagi ditambah pemasukan dari sponsor dan bonus dari berbagai ajang kompetisi serta hak siar televisi.
Dengan prestasi Moyes di musim ini, otomatis pendapatan United bisa dipastikan menurun. Ketidaksertaan di Liga Champions turut menambah derita United yang diperkirakan merugi senilai 200 juta poundsterling. Beruntung, United berhasil mengamankan dana besar dari sponsor. Musim depan, United menjalin kerjasama dengan sponsor baru yaitu Chevrolet dimana perjanjian tersebut bernilai USD 559 juta untuk 7 tahun mendatang. Begitu pula dengan sponsor apparel Nike, yang baru saja memperpanjang kontrak senilai lebih dari 600 juta poundsterling.
Sepakbola sudah bukan lagi hiburan rakyat semata. Ia sudah menjadi lahan bisnis yang menggiurkan. Dimana materi finansial menjadi dasar pengambilan keputusan para pemegang saham. Ibarat perusahaan, seorang CEO yang tidak mampu membawa perusahaan mencapai keuntungan sudah pasti akan kehilangan pekerjaan. Sepakbola saat ini sudah tidak lagi menghargai usaha dan kerja keras. Dimana pemikiran bahwa uang bisa membeli kesuksesan instan. Bagi Glazer, keputusan mendepak Moyes dianggap tepat untuk menyelamatkan keuangan klub di masa depan walaupun bertentangan dengan tradisi klub sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H