1
Menikmati kota Yogya dengan udara dinginnya, minggu ini,  rasanya 3 anak saya makin tergantung dengan  Gopay, Grab Ovo dalam memesan makanan, pembelian secara online, karena enggan keluar rumah. Apalagi  karena otomatisasi dan kemudahan bayar melalui aplikasi, jadi mainan baru bagi keluarga, entah orangtua atau anak-anak. Bagi anak-anak karena tidak perlu meminta uang kertas atau koin kepada orangtua, cukup meminta kepada orang tua untuk mengisikan pembayaran digital, atau meminjam smartphone orangtunya.
Ibarat 2 buah pohon, Gopay dan Ovo, tumbuh di media tanam yang tepat, pupuk yang tepat, dan iklim yang tepat, karen pertumbuhan pengguna internet Indonesia yang meningkat pesat, juga peningkatan pengguna smartphone, menjadikan gaya baru dalam bertransaksi, semakin eksotis. Pengguna pembayaran online, merasa diberikan ruang yang lebih mudah, dan yang terpenting adalah diberikan ruang untuk merasa lebih bergengsi dan lebih modern. Memposisikan kelas sosialnya, dari cara bertransaksi.
Growth Internet Double Digit, istilah ini dilontakarkan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani, saat menanggapi adanya peningkatan pengguna OVO dan Gopay, sebagai bentuk lonjakan fintech. Namun, secara mendasar artinya adalah pertumbuhan pengguna internet Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis, tumbuh 10,12 % Â pada tahun 2018.
Kembali ke  Gopay dan Ovo, yang saat ini sedang bertarung dalam hal mengembangkan multi benefit dan multi utilities, pola ini yang akan menentukan dari sisi mana, keduanya akan mudah diterima di masyararakat.
Multibenefit, merupakan pola yang dikembangkan dalam memenangkan persaingan, dengan memperluas manfaat namun melayani beberapa target pasar sekaligus. Saya merasakan sendiri, ketika menggunakan Gopay da Ovo, maka pelanggan terus mendapatkan penawaran dalam berbagai manfaat yang ada. Manfaat ini tidak cuma melekat pada 1 manfaat produk, tapi bisa menyeberang pada kebutuhan yang lain.Â
Benefit tidak untuk saya saja, namun juga  untuk anak saya, keluarga saya bahkan untuk tempat kerja. Ketika menggunakan Gopay, maka tidak serta merta hanya untuk membayar layanan Go-Jek dan Go-Car, tapi juga untuk kepentingan pembayaran pemesanan makanan, pembayaran jasa terapi dan jasa lainnya.Â
Begitu juga dengan OVO, yang akhirnya merangsek ke pelanggan masive ya Grab dan Tokopedia. Ada pola penggabungan antara benefir berbasis insenfif, ini khas cara membidik konsumen di Indonesia. Kebetulan orang Indonesia, mudah dipacu dengan pola insentif, misal voucer potongan Rp. 10.000, diskon 50%, gratis kirim, bebas antar dan lain sebagainya
Multiutilities, multi utilities ini tampak sekali dari Ovo dan Gopay, di mana konsumen bisa menggunakannya untuk membayar, pinjam uang dulu bayar belakangan, untuk bayar tagihan dalam sekejap, juga dapat menjadikan smartphone mengganti fungsi uang kertas, Â ATM dan buku tabungan. Ibaratnya hari ini dompet ketinggalan di rumah, tapi masih bisa jajan makanan, bisa shoping, bisa beli barang pola e-commerce. Â Nah, kerennya lagi, OVO juga bisa menjadi pengganti sistem escrow dalam pengamanan transasksi barang di online.
Cross selling, ketika Anda membeli minuman, ditawari makanan, ketika memesan makanan, ditawari minuman. Ketika Anda membeli handphone, ditwari kembali micro card. Secara tidak sadar dengan pola seperti itu meningkatkan nilai konsumtif seseorang, karena pada akhirnya, rasa ingin membeli akan terus timbul, dengan model mudah dalam pembayaran.Â
Nah, ini akan berdampak pada pertumbuhan konsumsi Indonesia, saya pribadi memandang, dengan adanya OVO dan GOPAY, maka anak-anak dan remaja bisa bertransaksi semakin mudah, murah dan praktis, apalagi marketplace saat ini makin meluas pilihannya. Selamat bertransaksi di era tanpa dompet kulit lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H