Mohon tunggu...
Iga Octriana
Iga Octriana Mohon Tunggu... -

Student. SHS3Pbm

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Ibu Yyang Mengajarkan Aku

17 Desember 2014   22:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:06 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku memiliki seorang ibu yang terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Dari kecil, ibuku sudah terbiasa mengerjakan apa yang orang dewasa kerjakan. Mencuci piring, mencuci baju, memasak, bahkan bekerja paruh waktu sebagai tukang cuci di rumah orang yang membutuhkan jasanya. Semua itu dilakukannya untuk membantu meringankan beban orangtuanya.

Ibuku saat itu memiliki 2 saudara (dia anak ke 2 dari 3 bersaudara). Saat itu kakak perempuannya dan dia sendiri harus melanjutkan sekolah sedangkan adiknya belum menginjak usia 2 tahun. Sehingga dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk biaya pendidikan dan asupan gizi untuk adiknya. Meskipun -menurut cerita yang selalu ia tuturkan kepadaku- seringkali teman-teman seusianya mengejek dan mencemooh mengenai kekurangan keluarganya dan pekerjaan yang ia lakukan sebagai tukang cuci, dengan hati yang sabar dan ikhlas ia selalu membantu orangtuanya untuk itu. Bahkan, ibuku rela putus sekolah saat menjelang Sekolah Menengah Atas. Pada akhirnya, dari 3 bersaudara (sekarang sudah 4 bersaudara), hanya ibuku yang tidak tamat Sekolah Menengah Atas.

Dari kisah pilu yang dialami ibuku sejak saat ia kecil, aku selalu berpikir untuk bisa menjadi lebih baik darinya. Ia selalu berkata, "jika ibu dan ayahmu hanya sebatas tamat SMP dan SMA. Maka kau harus lebih dari itu, raihlah S1. S2, bahkan mungkin s3". Aku menganggap semuanya itu adalah doa yang dipanjatkan oleh ibuku kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan aku juga menganggap semua itu adalah ucapan semangat agar aku bisa menjadi apa yang orangtuaku inginkan.

Selain itu, sejak SD aku juga sudah terbiasa mengikuti jejak ibuku dengan cara berdagang. Membantu orangtua adalah juga tugasku. Bukan hanya itu, aku juga berkaca dari apa yang sudah dilalui ibuku. Mungkin yang aku alami dan yang aku lalui sejak SD itu tidak sebanding dengan yang dilalui ibuku di masa kecilnya. Meskipun harus rela putus sekolah, ibuku juga masih terus bersyukur karena setidaknya ada aku dan kakak serta adiknya yang bisa meneruskan perjuangannya dalam bersekolah. Belajar dari rasa syukur yang selalu menyertainya,ketegaran dan kesabaran yang selama ini selalu menjadi gambaran sosok ibuku, aku selalu berniat dan membulatkan tekadku untuk menjadi sosok seperti dia. -Terimakasih ibu-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun