Jumat, 9 April 2021, ada 88.500 dosis vaksin yang sudah disuntikkan ke warga Australia (OZ). Alhasil, total orang yang sudah divaksinasi baru 1,16 juta orang. Jumlah ini jauh di bawah target 4 juta orang yang semula ditetapkan PM Scott Morrison akan sudah dicapai 1 April 2021. Diperkirakan, vaksinasi tuntas penduduk OZ belum bisa dicapai sampai 2022.
Kecepatan vaksinasi atau "vaccination rate" (VR) OZ yang rendah ini jauh tertinggal jika dibandingkan banyak negara lain yang maju atau telah berkembang, bahkan lebih buruk jika dibandingkan VR di Rwanda, Indonesia dan Bermuda. VR sekarang di OZ berada pada peringkat ke-102 dunia!
Terdata, OZ kini sudah menyuntikkan vaksin 6,2 dosis per 100 orang, jauh di bawah Inggris dengan VR 67,5 dosis per 100 orang, Amerika 63,3 dosis per 100 orang, dan masih di bawah Jerman yang memiliki VR 26,7 dosis per 100 orang.
Menteri Kesehatan OZ, Greg Hunt, menyatakan bahwa "vaksinasi saja bukan jaminan bahwa anda akan membuka kembali negara anda. Jika seluruh penduduk sudah divaksinasi, anda tidak dapat begitu saja membuka kembali perbatasan-perbatasan."
Pernyataan Greg Hunt tentu benar. Sebab kecepatan penularan virus global yang meningkat, efektivitas vaksin-vaksin, durabilitas antibodi-antibodi yang terbentuk lewat vaksinasi, agresivitas mutan-mutan virus, dan dampak global pandemi yang belum menunjukkan tanda-tanda telah tertanggulangi, semuanya harus ikut diperhitungkan dengan cermat.
Tetapi, pernyataan Greg Hunt itu ikut berkontribusi pada kurang tergeraknya warga OZ untuk menerima vaksinasi dosis lengkap. Alhasil, VR OZ rendah banget.
Selain itu, meski pemerintah OZ telah membuat kesepakatan-kesepakatan tertentu dengan perusahaan-perusahaan pengembang vaksin-vaksin (seperti Pfizer-BioNTech, Oxford-AstraZeneca, NovaVax, program Covax Facility WHO, dan perusahaan vaksin domestik) untuk membeli vaksin-vaksin, ternyata masih banyak kendala dijumpai dalam penyediaan vaksin-vaksin.
Kasus efek samping "blood clots" dari vaksin AstraZeneca yang telah menelan 1 orang korban di OZ (perempuan berusia 40-an tahun) makin meningkatkan keraguan penduduk OZ pada keamanan vaksin-vaksin.
Pada pihak lain, warga juga menyalahkan pemerintah OZ yang dicap tidak memberi informasi yang cepat dan terbuka tentang vaksin-vaksin kepada masyarakat.
Alih-alih dengan cepat meningkatkan VR, pemerintah OZ memilih memberlakukan "national lockdown" atau karantina negara sampai 2024, paling cepat. Kapan lockdown akan berakhir, tidak dapat dipastikan.Â