Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Ilmuwan - Science and culture observer

Seorang peneliti lintasilmu, terus berlayar, tak pernah tiba di tujuan, pelabuhan selalu samar terlihat, the ever-expanding sky is the limit.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahasa Keagamaan dan Bahasa Keilmuan, Apa Bedanya?

2 Januari 2021   17:02 Diperbarui: 4 Januari 2021   17:05 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image source m.sohu.com

Jika anda bersikap begitu, meskipun agama itu bermodus subjungtif, anda lewat agama anda akan melahirkan karya-karya dan tindakan-tindakan besar. Anda akan menjadi seorang mahatma.

Pantanglah memandang diri sendiri sebagai orang yang paling benar dan berhak menjadi hakim yang bengis terhadap kalangan lain yang berbeda.

Jika anda menjadi hakim yang bengis dan keras demi membela aliran pemikiran keagamaan anda sendiri, nah ketika anda mati (karena terkena Covid-19 misalnya), anda akan langsung dihakimi oleh Tuhan anda dengan cara yang sama yang anda pakai di Bumi. Pernah gak hal ini anda renungi? Jadi? Ya, terserah anda. Mau jadi jadi-jadian juga boleh.

Perhatikan dua kutipan berikut.

"Lihat, orang-orang yang bengis jatuh. Mereka dibanting dan tidak dapat bangun lagi." (Mazmur 36:13)

"Jika seseorang terlihat bengis, jangan campakkan dia. Sadarkan dia lewat kata-katamu. Angkat dia dengan perbuatanmu. Balas luka-luka yang ditimbulkannya dengan kebaikan. Jangan buang dia. Buang kebengisannya." (Lao Tzu)

Teks Mazmur 36:13 yang telah dikutip di atas adalah teks Yahudi-Kristen yang dipercaya sebagai firman Tuhan, kehendak Tuhan Allah. Ya, bisa terjadi, tetapi sulit sekali, lantaran orang yang bengis biasanya sudah menghimpun kekuatan di sekeliling mereka. Harapan hanya bisa ditumpukan pada tindakan Tuhan sendiri, pada intervensi Allah sendiri. Itulah hal yang ada dalam pikiran si penulis teks Mazmur tersebut. Mereka akan "dibanting" oleh Tuhan Allah sendiri.

Nasihat bajik pujangga dan filsuf Lao Tzu (hidup antara abad 6 SM dan abad 4 SM) memang luar biasa, maksudnya luar biasa sulit untuk sukses dijalankan berhubung sifat bengis dan si manusianya sudah menyatu. Sang malaikat kebajikan pun tampaknya juga tak akan berhasil memenuhi harapan si "guru gaek" Lao Tzu.

Lagipula, apakah wejangan baik si filsuf Tiongkok kuno ini perlu dituruti, jika si manusia bengis yang mau diselamatkannya sudah menyebar maut ke mana-mana dan tak lagi memiliki nurani yang hidup. Dalam istilah sekarang,... jika si manusia bengisnya adalah seorang psikopath atau sosiopath. Tetapi siapa pun yang mau mencobanya, jalankanlah nasihat yang agung ini, meski akan dapat menjadi suatu usaha menegakkan sehelai benang yang basah.

Begitu juga, jika anda seorang ilmuwan, rendah hatilah. Ingat, ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak akan menjadikan sombong dan takabur siapapun yang berilmu.

Baktikanlah diri anda untuk--- lewat ilmu anda, lewat iptek yang anda dan teman-teman anda bangun dan kembangkan--- melakukan perbuatan-perbuatan yang agung, terhormat, mulia dan bernilai besar dan abadi buat sesama anda, buat kemanusiaan, buat bentuk-bentuk kehidupan lain, dan buat planet Bumi dan jagat raya kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun