Nah, para sarjana Kristen yang bergelar Ph.D. setelah mereka menyelesaikan studi keagamaan doktoral mereka di luar negeri, misalnya di bidang kristologi, tidak disebut sebagai “scientists” (para ilmuwan), tapi sebagai “scholars”, yaitu kalangan yang “terpelajar” karena telah menamatkan sekolah mereka hingga jenjang stratum tiga.
Puncak studi tahunan mereka lazimnya berupa penulisan sebuah disertasi, yaitu sebuah karya tulis (bisa tipis, bisa juga tebal) yang dengan sistematis membeberkan riset orisinal mereka atas satu bidang kajian yang terspesialisasi, yang dilakukan dengan pendekatan lintasilmu. Biasanya, disertasi yang sudah matang akhirnya harus dipertahankan di depan sejumlah mahaguru penguji.
Nah, para pelajar yang telah mendalami kristologi dan berhasil memperoleh gelar Ph.D. ini, yang lazim juga disebut sebagai para kristolog (para ahli kristologi), tentu tahu betul bahwa “kristologi” (dibentuk dari dua kata Yunani khristos dan logos) itu adalah ajaran atau doktrin ideologis tentang Yesus Kristus: siapa Yesus, dan apa makna, arti, tujuan dan maksud kehidupan Yesus, bagaimana hubungan Yesus dengan Allah, manusia dan dunia ini harus diungkap dan dibahasakan, di masa lalu, bagi masa kini dan untuk masa depan, dll.
Kristologi dibangun tidak lewat mikroskop, tidak lewat biologi, tidak lewat test kehamilan, tidak lewat ginekologi, tidak via genetika, tidak lewat tangan dukun beranak atau bidan, tidak memakai ilmu kedokteran, ilmu kandungan dan kebidanan.
Kristologi adalah ungkapan lewat bahasa insani tentang siapa, apa dan bagaimana Yesus Kristus itu, yang berisi cinta, pemujaan, keintiman, keakraban, penyembahan, kepercayaan, keyakinan, pengakuan, kerinduan, harapan, doa-doa, pujian, gelora komitmen, dan tafakur atau refleksi yang tak pernah habis, terhadap Yesus Kristus.
Pada waktu kristologi dirumuskan, rumusannya dapat memakai wadah jenis sastra apapun, misalnya kisah-kisah yang dikenal sebagai injil, kumpulan ucapan-ucapannya, atau himpunan riwayat tindakan dan perbuatannya, metafora linguistik, dan juga lewat berbagai wujud karya senibudaya, dll. Ketika disusun, setiap penyusun kristologi perdana dengan bebas memakai dan meminjam banyak hal, misalnya ide-ide, gambaran-gambaran, ikon-ikon, simbol-simbol, figur-figur, kisah-kisah, pemikiran filosofis, kearifan lokal, dari sastra-sastra lain yang lazim ditemukan dan digunakan di dunia pagan Laut Tengah kuno dalam abad-abad pertama M di berbagai kawasan yang memiliki kekhasan dan persoalan sosiokuktural, sosioantropologis dan sosiopolitis sendiri-sendiri.
Alhasil, kristologi itu tidak satu meskipun sosok Yesus orang Nazareth sebagai sosok sejarah cuma ada satu. Ada banyak kristologi, dan hingga di abad ke-21 ini kristologi-kristologi yang baru terus disusun dan dikiprahkan di sangat banyak tempat dan di era yang berbeda.
Perlu diketahui, renungan-renungan kristologis yang luas dan dalam dari banyak kristolog, dulu dan kini, telah menghasilkan buku-buku tebal multijilid yang bisa melelahkan otak dan tubuh jika mau dibaca lengkap dan runtut dari halaman 1 hingga halaman akhir 2017. Kita tahu, di zaman modern yang diwarnai dengan membanjirnya buku-buku baru dalam satu bulan, orang tidak akan sempat lagi membaca detail satu buku dari halaman 1 sampai tuntas halaman 2017, apalagi jika topik kajiannya membutuhkan buku setebal itu berjilid-jilid.
Itulah kekuatan kristologi-kristologi Kristen sedunia: tidak dikurung di masa kelahiran kekristenan dan tidak dipasung di Timteng kuno dan di kawasan Laut Tengah zaman kuno. Tetapi terus-menerus Yesus Kristus dibuat lahir kembali dalam palungan-palungan masyarakat-masyarakat dan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa yang berbeda-beda dari satu zaman ke zaman lain, dari satu kawasan ke kawasan lain, dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain. Kekristenan dan kebudayaan tidak berkonfrontasi satu sama lain, tapi saling merangkul dan memberi warna.
Ada banyak kristologi, sejak zaman Perjanjian Baru ditulis, hingga abad ke-21. Ketika semua kristologi dibangun, termasuk kristologi Natal, Yesus dari Nazareth yang menjadi subjek kristologi, sudah lama wafat, tidak ada lagi dalam dunia ini. Semua kristologi Natal dalam Perjanjian Baru yang paling awal pun bukan biologi, bukan ginekologi, bukan genetika, bukan sejarah murni. Ada fakta-fakta sejarah, tapi sudah terpadu dengan kepercayaan-kepercayaan, kearifan-kearifan lokal, doktrin-doktrin ideologis, bahasa-bahasa cinta, keintiman-keintiman, sanjungan-sanjungan, pemujaan-pemujaan, harapan-harapan, doa-doa, dan juga propaganda misiologis.