Tadi siang, Kamis, 6 Oktober 2016, pukul 14.32 WIB, dari sahabat saya Ms. NDA, saya menerima sebuah surat lewat media elektronik WA yang ditulis Marwah Daud Ibrahim yang diberi judul “Izinkan Saya Melanjutkan Perjalanan”.
Surat tersebut lumayan menarik. Saya baca dua kali supaya saya tidak salah menangkap isinya. Saya membacanya dengan perasaaan dan pikiran biasa-biasa saja.
Kita semua sudah tahu serentetan kejadian yang telah dan sedang berlangsung terkait Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang (sejauh ini) melibatkan seorang ilmuwan yang sudah cukup dikenal, Prof. Marwah Daud Ibrahim, Ph.D., yang telah menulis surat WA yang saya telah terima itu. Surat itu ditulis Kamis, 6 Oktober 2016, pukul 07.48 pagi, di Bintaro.
Tidak salah jika saya menyebutnya ilmuwan berhubung Prof. Marwah menyandang gelar akademik tertinggi Ph.D. (Doctor of Philosophy) yang diberikan oleh sebuah universitas di Amerika Serikat. Saya tidak tahu, apakah Prof. Marwah telah menghasilkan temuan-temuan terobosan di dunia sains yang diakui dunia keilmuwan internasional.
Saya tidak berusaha mencari tahu gelar Ph.D. untuk Prof. Marwah berlaku di bidang keilmuwan apa. Yang sudah pasti, Prof. Marwah, Ph.D., menerima gelar sangat bergengsi ini bukan karena beliau seorang ngelmuan. Tentu kita tahu, ngelmuwan klenik atau ngelmuan paranormal tidak pernah mendapat gelar Ph.D. dari universitas-universitas tersohor di Barat. Juga tidak pernah ada satu Nobel Prize pun yang telah diberikan kepada seorang ngelmuan manapun, sejauh saya tahu.
Setelah saya membaca surat WA Prof. Marwah, Ph.D. itu, sebagaimana diharapkan oleh sahabat saya Ms. NDA itu, saya memberi sebuah tanggapan yang sekarang sedang anda baca di Kompasiana ini. Tanggapan saya itu pendek saja, tetapi sangat esensial bagi dunia keilmuwan dan bagi para ilmuwan seperti Prof. Marwah, Ph.D. Berikut ini.
Setiap ilmuwan memegang sebuah kaidah keilmuwan yang dinamakan Occam’s Razor (atau Ockham’s Razor). Dalam terminologi Latin, kaidah ini disebut Lex Parsimoniae, artinya, “kaidah yang paling hemat kata”. Ini prinsip yang selalu ditaati semua ilmuwan besar, dan prinsip itu selalu terbukti berlaku. Saya mau jelaskan kaidah ini sesederhana mungkin lantaran kaidah ini memang menekankan kesederhanaan.
Occam’s Razor adalah sebuah kaidah filosofis saintifik yang diajukan oleh teolog dan filsuf skolastik Inggris William dari Ockham (c. 1287-1347). Kaidah ini mencakup tiga kaidah elementer dalam dunia sains.
- Jangan membuat rumit hal-hal yang sebenarnya tidak rumit.
- Teori yang paling mungkin benar adalah teori yang paling ringkas dan paling sederhana dari antara teori-teori yang ada yang lebih berbelit dan rumit.
- Jika anda mau menjelaskan apapun, mulailah selalu dengan memakai hal-hal yang secara empiris sudah diketahui, jangan membuat lompatan-lompatan iman yang tidak memerlukan bukti-bukti dan teori-teori besar saintifik, tetapi penuh dengan asumsi-asumsi. Makin sedikit asumsi-asumsi dipakai dalam sebuah penjelasan atas suatu fenomena, penjelasan yang hemat dan sederhana ini menjadi sebuah pilihan ilmiah yang didahulukan.
Nah, terkait kaidah Occam’s Razor, saya mau menyatakan satu hal esensial berikut ini. Pendek kata, sebagaimana saya telah dengar dan baca di hari-hari belakangan ini sebagai pendapat umum dan juga pendapat aparat penegak hukum, Taat Setia telah melakukan tindak kriminal. Itu saja. Titik.
Tidak usah dibuat rumit dan sangat berbelit-belit, dengan mempertahankan segala dalih klenik atau dalih paranormal untuk membenarkan dan membela Taat Setia, yang menyeret-nyeret dengan sangat kusut teori relativitas Einstein, forsa gravitasi, mekanika quantum, “go beyond metaphysics”, “Transdimensi” (Apa ini? Sejauh saya tahu, tidak pernah muncul dalam dunia fisika; yang ada “extradimensions” dalam teori superdawai fisika), “ideologi peradaban baru”, komunisme, kapitalisme, “genius local”, “Nusantara Jaya 2045”. Semua hal ini dibetot-betot dengan paksa masuk ke dalam surat WA Prof. Marwah, Ph.D., yang saya telah terima itu.
Jika Prof. Marwah ingin “melanjutkan perjalanan”, ya silakan. Tetapi sebelum terlalu jauh berjalan, baiklah Occam’s Razor yang sudah dibeberkan di atas dibawa sebagai sebuah bekal supaya Prof. Marwah tetap berjalan di jalan keilmuwan, bukan di jalan kengelmuan. Ilmuwan itu menyederhanakan hal-hal yang rumit supaya dunia luas memahami. Para politikus dangkal umumnya membuat segala hal jadi berbelit, kusut dan ingin bikin kepala masyarakat keleyengan lewat disinformasi yang ditebar mereka. Salam hangat buat Prof. Marwah, Ph.D.
Jakarta, 6 Oktober 2016
ioanes rakhmat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H