Mayjen (purnawirawan) Kivlan Zen baru saja berkomentar, “Tak akan ada lagi seminar tentang PKI. Kini kami siap memerangi PKI yang sedang tampil gaya baru. Budiman Sudjatmiko, dulu pendiri PRD, memperlihatkan PKI gaya baru lewat program pemberdayaan kawasan pedesaannya. Kita sedang siapkan barisan pembela Pancasila sebagai ideologi garis lurus!” Ada sejumlah sumber berita yang memuat kutipan parafrasis pernyataan KZ itu. Di antaranya, di sini.
Budayawan Goenawan Muhamad lewat akun Twitternya (@gm_gm) menulis kepada Kivlan Zen, “Nasihat untuk Kivlan Zen: berhentilah memakai pikiran yang sudah berkarat untuk melawan ideologi yang sudah berkarat.” (pukul 9.21 AM, 18 Mei 2016). Terhadap GM, respons KZ antara lain berbunyi, “Kalaulah fikiran saya berkarat, tentu masih bisa dibuat mengkilap dengan cara dibraso, namun orang-orang Komunis fikirannya itu seperti batu, tak bisa jika hanya dibraso, tapi masih tetap bisa diubah dengan cara diasah, dipahat, dan digerinda setelah itu baru terbentuklah wujud yang baru. Mudah-mudahan anda tidak termasuk orang yang fikirannya seperti batu.”
Tentu saja, ada berbagai tujuan dan latarbelakang KZ membuat pernyataan-pernyataan semacam itu. Bisa untuk mengalihkan isu besar lain dari perhatian publik, bisa juga untuk menunjukkan KZ tak sejalan dengan pemerintahan Presiden Jokowi yang sedang mencari kebenaran dan mengupayakan rekonsiliasi nasional terkait G30S, alias KZ mau membangkitkan kembali suatu rezim lama yang sudah almarhum, atau bisa juga KZ dkk sedang mulai menjalankan “suatu rencana besar lain” yang masih belum jelas benar. Apapun juga, kali ini saya tidak mau menyoroti motif dan latarbelakangnya; orang lain pasti ada yang akan atau sudah menganalisisnya. Saya hanya mau menyambut dengan positif ajakan KZ untuk kita perang! Total war!
Pak Kivlan, serius loh, ada jauuuh lebih banyak musuh kita bersama, alih-alih PKI yang sudah jadi sebuah mendiang partai. Bukankah Bapak juga tahu kalau komunisme sudah ambruk di sebagian besar kawasan dunia?! Sosialisme (Marxis) bertahan kini paling kuat hanya di Korea Utara, sebuah negara yang terkategori negara gagal jika diukur dari standard keberhasilan sebuah negara di dunia modern sekarang ini.
Meskipun komunisme mungkin akan tetap menjadi ideologi abadi RRC, dalam mengelola kehidupan ekonomi, moneter, bisnis, industri, manufaktur dan perdagangan RRC sudah dan sedang menggabung sejumlah elemen kapitalisme pasar bebas dengan sosialisme dan pemerintahan tangan besi yang progresif. Untuk bisa menang dalam melawan kartel Barat G-7 (Jepang, Kanada, AS, Itali, Prancis, Inggris, Jerman), RRC dengan jitu menyerap unsur-unsur kapitalisme dan berinisiatif membangun kartel non-Barat yang dikenal sebagai BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa). Indonesia kini berada di medan strategis gaya tarik antara magnit G-7 dan magnit BRICS.
Musuh yang Pak Kivlan bayangkan, hemat saya, hanyalah ide-ide yang sedang banyak diwacanakan belakangan ini di negeri kita. Tapi Pak, ide-ide bisa didebat dan dikalahkan hanya lewat ide-ide tandingan yang lebih baik, bukan lewat bedil laras pendek atau bedil laras panjang untuk membunuh manusia sebagai makhluk pemikir.
Orang yang berpikir bisa dimusnahkan, Pak Kivlan, tapi semua pemikiran tidak bisa dibunuh, baik pikiran yang dibangun di zaman kuno atau di masa lalu maupun yang disusun di masa kini, dan terus di masa depan tanpa batas.
Ada pikiran yang bisa lenyap, tentu saja, tapi bukan karena si pemikirnya dibunuh, tetapi karena orang melupakan pikirannya dengan sengaja karena pikirannya salah atau tidak relevan lagi, atau, karena sesuatu hal, terlupakan untuk kurun yang sangat lama, atau karena tidak sempat dipublikasi dan dipelajari dan dirawat dan dibarui, atau karena sumber-sumber utama yang menyimpannya lenyap ditelan berbagai bencana (alam atau buatan) atau perang. Tetapi pikiran sebagai pikiran tidak bisa lenyap. Pikiran yang terbukti salah pun tidak bisa lenyap; bahkan banyak kali membantu para pemikir ulung untuk membangun berbagai pikiran baru bertolak dari pikiran yang salah ini.
Juga kita perlu tahu, jagat raya yang tanpa batas ini memuat pikiran dan ide, atau informasi, yang tidak terbatas yang menunggu kita gali dan temukan dan sinkronisasi dari waktu ke waktu, sampai akhirnya melahirkan sebuah mahateori. Nah, mahateori ini akan bisa menjelaskan interkoneksi segala hal, berbagai wujud materi (padat, cair, gas dan plasma) dan energi, juga puluhan ekstradimensi, yang ada dalam alam semesta kita atau dalam multiverse atau jagat-jagat raya paralel. Mahateori ini dinamakan the theory of everything, yang kini sedang diupayakan disusun para fisikawan lewat sebuah persamaan matematis yang cukup simpel.
Dalam dunia kita, begitu sebuah ide besar terbentuk, ide ini segera berubah menjadi sebuah “meme” kultural yang terus menjadi viral, tersebar tanpa kendali ke seluruh Bumi. Dulu di era pra-Internet persebarannya sangat, sangat lambat. Kini di era Internet, sebuah meme kultural segera saja dalam hitungan detik dan menit menyebar ke seluruh dunia.
Karena ide-ide besar dewasa ini sangat cepat tersebar lewat Internet, ide-ide ini segera saja lepas dari tangan si pemikirnya yang semula, lalu menjadi milik semua orang di dunia ini, menjadi milik dunia, bahkan akan juga pada saatnya di masa depan menjadi milik peradaban Matahari, peradaban galaksi-galaksi, dan peradaban jagat-jagat raya. Tentu saja di dunia modern kita masa kini ada UU hak cipta yang membuat si pencetus ide-ide cemerlang tetap diakui sumbangannya bagi umat manusia dan peradaban, dan namanya tetap dirujuk dan dikenang abadi.