Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ya, Pak Kivlan Zen, Mari Kita Perang! Tapi...

25 Mei 2016   09:48 Diperbarui: 3 Juni 2016   18:47 2125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto https://m.tempo.co/read/news/2016/05/23/078773397/kivlan-zein-tak-ada-seminar-lagi-kami-siap-perang.

Dengan cara inilah, ide-ide besar makin mustahil untuk dimusnahkan kendatipun para pencetus ide-ide ini sudah wafat atau buku-buku tradisional yang terbuat dari kertas yang semula menyimpan ide-ide ini di planet Bumi semuanya sudah dibakar dan dimusnahkan.

Kita semua mengakui bahwa genosida itu keji dan biadab. Tetapi librosida atau pemusnahan buku-buku juga tidak kurang biadabnya plus sangat dungu! Hanya orang dungu yang mau memusnahkan sebuah peradaban lewat pemusnahan buku-buku. Alih-alih peradabannya yang lenyap, si pelaku librosida inilah yang akan musnah dari himpunan manusia-manusia besar segala zaman.  Atau, malah kenangan atas dirinya juga sirna selamanya dari antara orang-orang kecil petani, nelayan atau pekerja pabrik kecil di perkampungannya yang kecil di suatu sudut terpencil di suatu kawasan yang tak luas. 

Harus dicatat, di era Internet nyaris mustahil mengurung apa lagi memusnahkan sebuah ide. Jika seseorang mau mengerangkeng ide-ide besar yang sedang bebas menyebar lewat Internet, yang lazim terjadi malah hal sebaliknya: orang itu jadi terkurung, dan dituding telunjuk milyaran netizen global dengan nyelekit.

Pak Kivlan tentu sudah tahu, ide-ide apapun yang sudah dituangkan ke dalam e-books sudah sangat sulit atau bahkan mustahil untuk dimusnahkan, karena tidak lagi berbentuk lembaran-lembaran kertas yang disimpan dalam ruang-ruang papan atau berdinding beton yang mudah sekali dibakar. Sekali lagi saya tekankan, ketika orang membakar atau memusnahkan buku-buku berbahan kertas (atau sejenis kertas, papirus misalnya), yang mereka bakar atau musnahkan adalah tumpukan kertas yang bertimbun-timbun, bukan pikiran-pikiran atau ide-ide besar yang dituangkan dalam buku-buku kertas itu.

Jika halnya demikian dengan ide-ide yang ditulis pada buku-buku kertas, apalagi dengan ide-ide yang sudah dituangkan ke dalam e-books. Kita semua tahu, e-books tidak disimpan dalam ruang real kamar belajar Pak Kivlan, tapi di dunia virtual yang bebas perbatasan fisik bahkan tak lama lagi juga akan mengisi angkasa luar yang jauh dari planet Bumi tanpa tepi. Internet membuka ruang lebih luas lagi untuk ide-ide besar apapun bertahan abadi.

Tapi, saya ulangi, saya sepakat dalam satu hal dengan Pak Kivlan Zen: kita memang harus bersatu untuk berperang sekarang ini!

Tapi musuh-musuh kita yang real sekarang ini jauh lebih berbahaya dan jauh lebih mematikan dibandingkan PKI. Jika kita tidak memerangi musuh-musuh real bersama kita sekarang ini, NKRI nanti bisa hanya tinggal nama yang dikenang. Menjadi almarhum. Begitu juga Pancasila, Pak Kivlan! Tak berlebihan jika saya menyatakan bahwa kini kita sedang berada dalam kondisi “SOB” karena musuh real kita kini sangat banyak, menjalar, pandemik dan mematikan, mengepung kita di mana-mana! 

Kreasi sendiri: kolase 15 realitas mengerikan dalam negeri Indonesia yang harus diatasi, diperangi!.
Kreasi sendiri: kolase 15 realitas mengerikan dalam negeri Indonesia yang harus diatasi, diperangi!.
Nah, foto-foto terlampir di atas ini menampilkan sejumlah realitas yang menjadi musuh bersama kita yang mengerikan dan menginfeksi segala sesuatu, dan sedang mengepung kita di semua sudut dan semua jalan, dari Sabang hingga ke Merauke dan lebih jauuh lagi!

Mari, Pak Kivlan, kita perangi semuanya bersama-sama, bukan dengan bedil atau bambu runcing atau politik devide et impera, atau stigma-stigma ideologis, tapi lewat pembangunan dan penataan kembali kota-kota, desa-desa dan NKRI, dan semua bentuk kehidupan dan aktivitas di dalamnya, dengan menggunakan metode-metode modern yang cerdas, efektif, efisien dan konsisten, serta dilandasi moral dan jiwa yang agung para pemimpin dan guru bangsa dan semua rakyat negeri luas ini. 

Untuk keperluan perang multidimensional ini, Pak Kivlan, kita juga memerlukan, antara lain, mesin-mesin fisik berteknologi tinggi dan juga banyak jenis peralatan fisik berat untuk pembangunan rumah dan gedung dan berbagai kawasan lain. 

Kita butuh bukan hanya palu untuk memantek paku pada papan-papan dan tembok-tembok bangunan-bangunan sekolah yang jauh lebih kuat dari sebelumnya. Juga bukan hanya arit dan ani-ani untuk pengelolaan lahan-lahan persawahan secara tradisional. Tapi juga mesin-mesin modern yang besar-besar dan alat-alat berat untuk mengubah tanah-tanah kering dan tandus untuk menjadi kawasan-kawasan perumahan kokoh bersusun untuk rakyat, sawah-sawah luas yang subur, dan untuk menjadi padang-padang bersungai yang ditumbuhi rerumputan hijau yang rimbun untuk menjadi makanan sapi-sapi yang kita ternak sendiri sehingga kita tidak perlu lagi mengimpor daging sapi puluhan ton setiap bulan dan tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun