Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ya, Pak Kivlan Zen, Mari Kita Perang! Tapi...

25 Mei 2016   09:48 Diperbarui: 3 Juni 2016   18:47 2125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mayjen (purnawirawan) Kivlan Zen baru saja berkomentar, “Tak akan ada lagi seminar tentang PKI. Kini kami siap memerangi PKI yang sedang tampil gaya baru. Budiman Sudjatmiko, dulu pendiri PRD, memperlihatkan PKI gaya baru lewat program pemberdayaan kawasan pedesaannya. Kita sedang siapkan barisan pembela Pancasila sebagai ideologi garis lurus!” Ada sejumlah sumber berita yang memuat kutipan parafrasis pernyataan KZ itu. Di antaranya, di sini.

Budayawan Goenawan Muhamad lewat akun Twitternya (@gm_gm) menulis kepada Kivlan Zen, “Nasihat untuk Kivlan Zen: berhentilah memakai pikiran yang sudah berkarat untuk melawan ideologi yang sudah berkarat.” (pukul 9.21 AM, 18 Mei 2016). Terhadap GM, respons KZ antara lain berbunyi, “Kalaulah fikiran saya berkarat, tentu masih bisa dibuat mengkilap dengan cara dibraso, namun orang-orang Komunis fikirannya itu seperti batu, tak bisa jika hanya dibraso, tapi masih tetap bisa diubah dengan cara diasah, dipahat, dan digerinda setelah itu baru terbentuklah wujud yang baru. Mudah-mudahan anda tidak termasuk orang yang fikirannya seperti batu.”

Tentu saja, ada berbagai tujuan dan latarbelakang KZ membuat pernyataan-pernyataan semacam itu. Bisa untuk mengalihkan isu besar lain dari perhatian publik, bisa juga untuk menunjukkan KZ tak sejalan dengan pemerintahan Presiden Jokowi yang sedang mencari kebenaran dan mengupayakan rekonsiliasi nasional terkait G30S, alias KZ mau membangkitkan kembali suatu rezim lama yang sudah almarhum, atau bisa juga KZ dkk sedang mulai menjalankan “suatu rencana besar lain” yang masih belum jelas benar. Apapun juga, kali ini saya tidak mau menyoroti motif dan latarbelakangnya; orang lain pasti ada yang akan atau sudah menganalisisnya. Saya hanya mau menyambut dengan positif ajakan KZ untuk kita perang! Total war!

Pak Kivlan, serius loh, ada jauuuh lebih banyak musuh kita bersama, alih-alih PKI yang sudah jadi sebuah mendiang partai. Bukankah Bapak juga tahu kalau komunisme sudah ambruk di sebagian besar kawasan dunia?! Sosialisme (Marxis) bertahan kini paling kuat hanya di Korea Utara, sebuah negara yang terkategori negara gagal jika diukur dari standard keberhasilan sebuah negara di dunia modern sekarang ini.

Meskipun komunisme mungkin akan tetap menjadi ideologi abadi RRC, dalam mengelola kehidupan ekonomi, moneter, bisnis, industri, manufaktur dan perdagangan RRC sudah dan sedang menggabung sejumlah elemen kapitalisme pasar bebas dengan sosialisme dan pemerintahan tangan besi yang progresif. Untuk bisa menang dalam melawan kartel Barat G-7 (Jepang, Kanada, AS, Itali, Prancis, Inggris, Jerman), RRC dengan jitu menyerap unsur-unsur kapitalisme dan berinisiatif membangun kartel non-Barat yang dikenal sebagai BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa). Indonesia kini berada di medan strategis gaya tarik antara magnit G-7 dan magnit BRICS. 

Musuh yang Pak Kivlan bayangkan, hemat saya, hanyalah ide-ide yang sedang banyak diwacanakan belakangan ini di negeri kita. Tapi Pak, ide-ide bisa didebat dan dikalahkan hanya lewat ide-ide tandingan yang lebih baik, bukan lewat bedil laras pendek atau bedil laras panjang untuk membunuh manusia sebagai makhluk pemikir.

Orang yang berpikir bisa dimusnahkan, Pak Kivlan, tapi semua pemikiran tidak bisa dibunuh, baik pikiran yang dibangun di zaman kuno atau di masa lalu maupun yang disusun di masa kini, dan terus di masa depan tanpa batas.

Ada pikiran yang bisa lenyap, tentu saja, tapi bukan karena si pemikirnya dibunuh, tetapi karena orang melupakan pikirannya dengan sengaja karena pikirannya salah atau tidak relevan lagi, atau, karena sesuatu hal, terlupakan untuk kurun yang sangat lama, atau karena tidak sempat dipublikasi dan dipelajari dan dirawat dan dibarui, atau karena sumber-sumber utama yang menyimpannya lenyap ditelan berbagai bencana (alam atau buatan) atau perang. Tetapi pikiran sebagai pikiran tidak bisa lenyap. Pikiran yang terbukti salah pun tidak bisa lenyap; bahkan banyak kali membantu para pemikir ulung untuk membangun berbagai pikiran baru bertolak dari pikiran yang salah ini. 

Juga kita perlu tahu, jagat raya yang tanpa batas ini memuat pikiran dan ide, atau informasi, yang tidak terbatas yang menunggu kita gali dan temukan dan sinkronisasi dari waktu ke waktu, sampai akhirnya melahirkan sebuah mahateori. Nah, mahateori ini akan bisa menjelaskan interkoneksi segala hal, berbagai wujud materi (padat, cair, gas dan plasma) dan energi, juga puluhan ekstradimensi, yang ada dalam alam semesta kita atau dalam multiverse atau jagat-jagat raya paralel. Mahateori ini dinamakan the theory of everything, yang kini sedang diupayakan disusun para fisikawan lewat sebuah persamaan matematis yang cukup simpel.

Dalam dunia kita, begitu sebuah ide besar terbentuk, ide ini segera berubah menjadi sebuah “meme” kultural yang terus menjadi viral, tersebar tanpa kendali ke seluruh Bumi. Dulu di era pra-Internet persebarannya sangat, sangat lambat. Kini di era Internet, sebuah meme kultural segera saja dalam hitungan detik dan menit menyebar ke seluruh dunia.

Karena ide-ide besar dewasa ini sangat cepat tersebar lewat Internet, ide-ide ini segera saja lepas dari tangan si pemikirnya yang semula, lalu menjadi milik semua orang di dunia ini, menjadi milik dunia, bahkan akan juga pada saatnya di masa depan menjadi milik peradaban Matahari, peradaban galaksi-galaksi, dan peradaban jagat-jagat raya. Tentu saja di dunia modern kita masa kini ada UU hak cipta yang membuat si pencetus ide-ide cemerlang tetap diakui sumbangannya bagi umat manusia dan peradaban, dan namanya tetap dirujuk dan dikenang abadi. 

Dengan cara inilah, ide-ide besar makin mustahil untuk dimusnahkan kendatipun para pencetus ide-ide ini sudah wafat atau buku-buku tradisional yang terbuat dari kertas yang semula menyimpan ide-ide ini di planet Bumi semuanya sudah dibakar dan dimusnahkan.

Kita semua mengakui bahwa genosida itu keji dan biadab. Tetapi librosida atau pemusnahan buku-buku juga tidak kurang biadabnya plus sangat dungu! Hanya orang dungu yang mau memusnahkan sebuah peradaban lewat pemusnahan buku-buku. Alih-alih peradabannya yang lenyap, si pelaku librosida inilah yang akan musnah dari himpunan manusia-manusia besar segala zaman.  Atau, malah kenangan atas dirinya juga sirna selamanya dari antara orang-orang kecil petani, nelayan atau pekerja pabrik kecil di perkampungannya yang kecil di suatu sudut terpencil di suatu kawasan yang tak luas. 

Harus dicatat, di era Internet nyaris mustahil mengurung apa lagi memusnahkan sebuah ide. Jika seseorang mau mengerangkeng ide-ide besar yang sedang bebas menyebar lewat Internet, yang lazim terjadi malah hal sebaliknya: orang itu jadi terkurung, dan dituding telunjuk milyaran netizen global dengan nyelekit.

Pak Kivlan tentu sudah tahu, ide-ide apapun yang sudah dituangkan ke dalam e-books sudah sangat sulit atau bahkan mustahil untuk dimusnahkan, karena tidak lagi berbentuk lembaran-lembaran kertas yang disimpan dalam ruang-ruang papan atau berdinding beton yang mudah sekali dibakar. Sekali lagi saya tekankan, ketika orang membakar atau memusnahkan buku-buku berbahan kertas (atau sejenis kertas, papirus misalnya), yang mereka bakar atau musnahkan adalah tumpukan kertas yang bertimbun-timbun, bukan pikiran-pikiran atau ide-ide besar yang dituangkan dalam buku-buku kertas itu.

Jika halnya demikian dengan ide-ide yang ditulis pada buku-buku kertas, apalagi dengan ide-ide yang sudah dituangkan ke dalam e-books. Kita semua tahu, e-books tidak disimpan dalam ruang real kamar belajar Pak Kivlan, tapi di dunia virtual yang bebas perbatasan fisik bahkan tak lama lagi juga akan mengisi angkasa luar yang jauh dari planet Bumi tanpa tepi. Internet membuka ruang lebih luas lagi untuk ide-ide besar apapun bertahan abadi.

Tapi, saya ulangi, saya sepakat dalam satu hal dengan Pak Kivlan Zen: kita memang harus bersatu untuk berperang sekarang ini!

Tapi musuh-musuh kita yang real sekarang ini jauh lebih berbahaya dan jauh lebih mematikan dibandingkan PKI. Jika kita tidak memerangi musuh-musuh real bersama kita sekarang ini, NKRI nanti bisa hanya tinggal nama yang dikenang. Menjadi almarhum. Begitu juga Pancasila, Pak Kivlan! Tak berlebihan jika saya menyatakan bahwa kini kita sedang berada dalam kondisi “SOB” karena musuh real kita kini sangat banyak, menjalar, pandemik dan mematikan, mengepung kita di mana-mana! 

Kreasi sendiri: kolase 15 realitas mengerikan dalam negeri Indonesia yang harus diatasi, diperangi!.
Kreasi sendiri: kolase 15 realitas mengerikan dalam negeri Indonesia yang harus diatasi, diperangi!.
Nah, foto-foto terlampir di atas ini menampilkan sejumlah realitas yang menjadi musuh bersama kita yang mengerikan dan menginfeksi segala sesuatu, dan sedang mengepung kita di semua sudut dan semua jalan, dari Sabang hingga ke Merauke dan lebih jauuh lagi!

Mari, Pak Kivlan, kita perangi semuanya bersama-sama, bukan dengan bedil atau bambu runcing atau politik devide et impera, atau stigma-stigma ideologis, tapi lewat pembangunan dan penataan kembali kota-kota, desa-desa dan NKRI, dan semua bentuk kehidupan dan aktivitas di dalamnya, dengan menggunakan metode-metode modern yang cerdas, efektif, efisien dan konsisten, serta dilandasi moral dan jiwa yang agung para pemimpin dan guru bangsa dan semua rakyat negeri luas ini. 

Untuk keperluan perang multidimensional ini, Pak Kivlan, kita juga memerlukan, antara lain, mesin-mesin fisik berteknologi tinggi dan juga banyak jenis peralatan fisik berat untuk pembangunan rumah dan gedung dan berbagai kawasan lain. 

Kita butuh bukan hanya palu untuk memantek paku pada papan-papan dan tembok-tembok bangunan-bangunan sekolah yang jauh lebih kuat dari sebelumnya. Juga bukan hanya arit dan ani-ani untuk pengelolaan lahan-lahan persawahan secara tradisional. Tapi juga mesin-mesin modern yang besar-besar dan alat-alat berat untuk mengubah tanah-tanah kering dan tandus untuk menjadi kawasan-kawasan perumahan kokoh bersusun untuk rakyat, sawah-sawah luas yang subur, dan untuk menjadi padang-padang bersungai yang ditumbuhi rerumputan hijau yang rimbun untuk menjadi makanan sapi-sapi yang kita ternak sendiri sehingga kita tidak perlu lagi mengimpor daging sapi puluhan ton setiap bulan dan tahun.

Palu, arit dan ani-ani jadinya sudah harus diganti dengan mesin-mesin dan alat-alat berat berteknologi tinggi di zaman kita sekarang ini! 

Perang kita adalah perang real semesta yang tanpa gentar, dan dengan nyali yang besar, dan dengan otak yang cerdas dan otot yang kuat, harus kita kobarkan! Bedil hanya boleh negara gunakan kalau sedang terlibat perang real militeristik di dalam atau di luar negeri, untuk menggempur aksi-aksi teror misalnya. Tapi PKI sudah lama musnah, juga ideologi sosialisme Marxis sudah tak laku lagi, bahkan sudah jadi puing-puing dan tulang-belulang saja. Aneh bukan kalau kita menggempur mayat, puing dan tulang? Partai apapun, apalagi yang sudah almarhum, dan juga ideologi apapun, yang laku atau yang tidak laku, ya tidak bisa diberondong peluru.    

Oh ya, satu hal penting perlu saya kemukakan di akhir tulisan saya ini. Menurut para guru kebijaksanaan segala zaman, musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri sehingga setiap manusia wajib memerangi dirinya sendiri lewat disiplin ketat pemeriksaan diri, pemeriksaan akal, pikiran, suasana hati, kalbu, suara batin, watak jiwa, kelakuan, sikap serta perbuatannya sendiri. Filsuf beken segala zaman, Sokrates, lewat mulut muridnya yang paling cerdas, Plato, menegaskan bahwa seorang insan tak layak menjalani suatu kehidupan jika kehidupannya ini tidak dikaji lewat introspeksi.

Selain itu, hidup ini memang sebuah pertempuran yang harus kita menangkan di jalan kebenaran. Nah, mengalahkan diri sendiri jauh lebih berat ketimbang mengalahkan seribu musuh. Begitu juga, menemukan kesalahan pikiran sendiri dan memperbaikinya sangat jauh lebih sulit ketimbang menemukan kesalahan pikiran orang lain dan berusaha memperbaikinya. Kata Gautama Buddha, “Apa yang kamu pikirkan, itulah dirimu yang sebenarnya. Sebuah pepatah Zen menyatakan, “Kepada pikiran yang teduh dan tenang, jagat raya menundukkan diri.

Saya berdoa, semoga Pak Kivlan Zen di masa pensiun dan usia lanjut ini dapat memiliki pikiran yang teduh dan tenang; alhasil, hidup jadi agung, sehat dan umur bisa sangat panjang.  

Jakarta, 25 Mei 2016
ioanes rakhmat
Sang Sunyi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun