Palu, arit dan ani-ani jadinya sudah harus diganti dengan mesin-mesin dan alat-alat berat berteknologi tinggi di zaman kita sekarang ini!
Perang kita adalah perang real semesta yang tanpa gentar, dan dengan nyali yang besar, dan dengan otak yang cerdas dan otot yang kuat, harus kita kobarkan! Bedil hanya boleh negara gunakan kalau sedang terlibat perang real militeristik di dalam atau di luar negeri, untuk menggempur aksi-aksi teror misalnya. Tapi PKI sudah lama musnah, juga ideologi sosialisme Marxis sudah tak laku lagi, bahkan sudah jadi puing-puing dan tulang-belulang saja. Aneh bukan kalau kita menggempur mayat, puing dan tulang? Partai apapun, apalagi yang sudah almarhum, dan juga ideologi apapun, yang laku atau yang tidak laku, ya tidak bisa diberondong peluru.
Oh ya, satu hal penting perlu saya kemukakan di akhir tulisan saya ini. Menurut para guru kebijaksanaan segala zaman, musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri sehingga setiap manusia wajib memerangi dirinya sendiri lewat disiplin ketat pemeriksaan diri, pemeriksaan akal, pikiran, suasana hati, kalbu, suara batin, watak jiwa, kelakuan, sikap serta perbuatannya sendiri. Filsuf beken segala zaman, Sokrates, lewat mulut muridnya yang paling cerdas, Plato, menegaskan bahwa seorang insan tak layak menjalani suatu kehidupan jika kehidupannya ini tidak dikaji lewat introspeksi.
Selain itu, hidup ini memang sebuah pertempuran yang harus kita menangkan di jalan kebenaran. Nah, mengalahkan diri sendiri jauh lebih berat ketimbang mengalahkan seribu musuh. Begitu juga, menemukan kesalahan pikiran sendiri dan memperbaikinya sangat jauh lebih sulit ketimbang menemukan kesalahan pikiran orang lain dan berusaha memperbaikinya. Kata Gautama Buddha, “Apa yang kamu pikirkan, itulah dirimu yang sebenarnya.” Sebuah pepatah Zen menyatakan, “Kepada pikiran yang teduh dan tenang, jagat raya menundukkan diri.”
Saya berdoa, semoga Pak Kivlan Zen di masa pensiun dan usia lanjut ini dapat memiliki pikiran yang teduh dan tenang; alhasil, hidup jadi agung, sehat dan umur bisa sangat panjang.
Jakarta, 25 Mei 2016
ioanes rakhmat
Sang Sunyi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H