Para Belanda Indonesia kulit warna-warni zaman kemerdekaan sekarang ini pada masa kecil mereka baru merasa gembira kalau sedang asyik ngadu jangkrik atau sedang nonton tarung ayam jago. Mereka juga bergairah besar kalau sedang mengadu ikan cupang. Mereka suka berpura-pura menjadi para petinju. Jotos-jotosan.Â
Ketika sudah besar sekarang ini kesukaan dan hobi yang sama tetap mereka nikmati. Cuma jangkrik, ayam jago dan ikan cupangnya mereka ganti dengan insan-insan Indonesia yang tak punya kemampuan berpikir kritis sehingga mereka mudah diadudomba. Gairah dan syahwat mereka baru tersalur penuh kalau mereka berhasil membentrokkan agama-agama, etnis-etnis dan budaya-budaya Indonesia.
Mereka berkaok-kaok antiasing, anti-Amerika, anti-Barat, yang mereka cap sebagai para penjajah. Padahal penjajah tulen NKRI sekarang adalah mereka sendiri, orang-orang WNI sendiri. Mereka sedang memerangi sesama warga negara sendiri.Â
Kalau pakai teori Proxy War, ya mereka cuma bidak-bidak catur yang sedang dimainkan oleh sejumlah grand masters. Anda cari tahu sendiri siapa dan berada di mana para grand masters mereka itu. Ada yang berdiam di dalam negeri dan ada juga yang berdiam di mancanegara.
Salam,
Ioanes Rakhmat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H