Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Membangun Kemandirian pada Anak-Anak

29 Juni 2024   16:22 Diperbarui: 29 Juni 2024   17:05 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu saya bertemu teman, lama tak berjumpa, bertemu tak terduga  di bandara.

Teman ini bekerja di Luar negeri, tepatnya  di kapal pesiar sudah amat lama, sejak sebelum menikah, tamat D1 pariwisata dia sudah fokus untuk bekerja keluar negeri. Alasannya sederhana, agar cepat bisa punya sesuatu, bisa memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.

Hasilnya ya, dalam hitungan beberapa kali berangkat,  dia sudah mampu menyulap keluarganya, bak memiliki ibu peri' , semua berubah total, Rumah, mobil dan sebagainya, terbeli. maklum gajinya besar kalau kalau dipakai hidup di Indonesia, khususnya di bali pedesaan yang daya beli masih relatif murah ketika itu.

Sungguh berbeda kalau dibandingkan dengan teman yang kuliah S1 keguruan ,  tamat masih, ngonor di sekolah, jangan tanya ketika itu gaji honorer, beli sabun tak cukup. Mengabdi, benar mengabdi. harapannya satu semoga ada pengangkatan bisa jadi PNS.  Dihormati oleh anak-anak didik sudah merasa bahagia.

Jadi guru benar-benar,  seperti lagu Iwan Fals "Umar Bakri' bawa sepeda gayung, yang kerap disalip oleh murid yang dijemput orang tuanya dengan mobil bermerek. Itu dulu, kini ada perbaikan sedikit. Guru sudah mulai banyak memiliki sepeda motor, bahkan mobil, kerap makan  ke restoran paling tidak tiap semester, atau juga liburan ke Singapura sudah umum bagi guru.

Kembali ke taman saya tadi, teman saya ngobrol dia masih bekerja  di luar negeri, dan nampak terus belum bisa cabut, karena harus membiayai  anak-anaknya dan cucunya.  Saya salah asuh, ketika banyak duit dulu, saya memanjakannya, semua kemauan anak-anaknya diikuti, akhir  mereka malas berusaha, malas belajar, karena sudah dapat kiriman dari  saya , selaku ayahnya,  saya buatkan rumah, belikan mobil satu-satu keempatnya, rumah satu-satu, sampai biaya nikah, semuanya.

Mereka hanya bisa meminta, mereka semua tak serius bekerja dan mereka tak bertanggung jawab pada hidupnya. Begitu dia menyesali dirinya.

Belajar Tabuh , Melatih kemandirian (Dokpri)
Belajar Tabuh , Melatih kemandirian (Dokpri)

Seseorang telah menjemputnya, Ini siapa tanya saya, saya sewa tukang jemput, di rumah ada mobil, anak-anak ada mobil, namun mereka untuk menjemput ayahnya tidak mau, padahal saya membanting tulang bekerja  agar mereka hidup nyaman. Saya salah asuh,  semua keinginannya  dipenuhi, tidak merasakan bagaimana susahnya mencari uang.

Sekarang, hidup  mereka sangat tergantung dari saya, memang semua biaya saya yang menanggungnya,  dari dulu apapun yang dia minta saya membelikannya, tak pernah ada tantangan, saya siapkan, akhirnya anak-anak saya tak bisa mandiri, kini walaupun sudah menikah dan punya anak di tetap tergantung pada saya, akhirnya saya pun untuk memenuhi kebutuhannya harus terus bekerja dan berangkat ke kapal. Saya benar-benar menjadi orang tua yang terkuras, justru yang menguras adalah anak-anakku.  Dia mengucapkan selamat perpisahan  moga bisa ketemu  di lain waktu

Saya dalam perjalanan pulang, pun merenung, pola asuh, memanjakan, menuruti keinginan sang anak, tanpa tantangan, maka mereka akan menjadi tidak mandiri. menjadi orang tua dengan pola asuh yang baik, yang dapat menghasilkan anak-anak mandiri tidak ada sekolahnya. memberi segala sesuatu apa yang dia minta, membuat anak tidak sehat,  memenuhi keinginannya secara membabi buta, justru sama dengan menjerumuskan sang  anak.

 

Oleh karena itu, saya pikir anda tidak melatih kemandirian pada anak anda,  rasa kasihan dan mendidik memang kelihatannya sama, namun memanjakannya identik dengan menjerumuskannya.

Dokpri
Dokpri

Mencintai anak tidaklah cukup, yang terpenting adalah anak-anak menyadari bahwa mereka merasa dicintai orangtuanya.

Mentransformasikan perilakunya bukan hal yang mudah disanalah titik kritisnya. Perkembangan anak-anak dari menjadi raja, terus untuk menekan  egonya dia harus dibuat menjadi pembantu, lalu menjadi teman, dan sahabat, kemudian menjadi orang tua kita. Itulah siklus yang selalu terjadi

Kita akan sangat merindukan ketika kita membayangkannya  betapa lebih mudahnya hidup ini jika anak-anak Anda mengambil barang sendiri, menyiapkan makanan ringannya sendiri, mengemas bekal makan siangnya, dan berkumpul di sekitar rumah. Namun, mengajari mereka cara menjadi mandiri tidak hanya membuat hidup Anda lebih mudah; hal ini juga akan menempatkan mereka pada jalur menuju warga negara yang bertanggung jawab. Inilah pendidikan generasi yang sangat baik.

Perlu diingat bahwa, mengajari mereka untuk mandiri terkadang agak rumit. Untungnya, bila anda membantu anak menjadi mandiri adalah proses yang penting dalam perkembangan mereka. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk membantu anak Anda menjadi mandiri:

1 Memberikan Tanggung Jawab Sesuai Usia  Berikan tanggung jawab yang sesuai dengan usia anak. Mulailah dengan tugas-tugas kecil seperti merapikan mainan atau membersihkan meja mereka sendiri. Hal ini membantu mereka belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Dan sampaikan juga mengapa anda melakukan itu dan kemukakan sampaikan harapan anda. Anak-anak biasanya berusaha bangkit untuk memenuhi ekspektasi orang dewasa, asalkan ekspektasi tersebut jelas dan masuk akal. Jika Anda berharap terlalu banyak, kemungkinan besar mereka akan menyerah. Namun jika ekspektasi Anda terlalu rendah, Anda tidak akan menantang mereka untuk melakukan hal-hal yang mampu mereka pelajari.

  • Jadi berusahalah untuk menciptakan ekspektasi yang masuk akal sambil menyadari bahwa prosesnya memerlukan sedikit percobaan dan kesalahan.

  • Jika Anda tidak yakin apa yang dimaksud dengan ekspektasi yang masuk akal, buatlah ekspektasi yang sedikit lebih tinggi dari apa yang Anda lihat saat ini. Dan perhatikan anak Anda berusaha bangkit untuk memenuhi harapan Anda.
  • Perjelas ekspektasi Anda dengan mengatakan hal-hal seperti, "Saya berharap Anda bisa berpakaian dalam waktu kurang dari lima menit," atau "Saya berharap Anda meletakkan piring Anda di wastafel setelah selesai makan."

2. Biarkan Anak Mengambil Keputusan: Beri mereka kesempatan untuk membuat pilihan sejak dini, misalnya memilih pakaian mereka atau makanan apa yang ingin mereka makan. Ini membantu mereka memahami konsekuensi dari pilihan yang mereka buat. Untuk ini, anda harus mengnvestasikan waktu untuk mengajar mereka

Lebih mudah melakukan sebagian besar tugas sendiri daripada mengajari anak Anda cara melakukannya. Dan tidak pernah mudah melihat anak Anda kesulitan melakukan sesuatu yang sebenarnya bisa Anda lakukan sendiri dengan mudah.

Namun pikirkan waktu yang Anda habiskan untuk mengajari anak Anda cara menyelesaikan tugas secara mandiri sebagai investasi. Jika Anda meluangkan waktu untuk menunjukkan kepada anak Anda cara membersihkan dapur atau cara menyedot debu di ruang tamu sekarang, Anda akan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk melakukan tugas-tugas tersebut sendiri.

3. Ajarkan Keterampilan Hidup Sehari-hari: Ajarkan anak keterampilan praktis seperti memasak makanan sederhana, menjaga kebersihan diri, atau mengelola uang saku mereka sendiri. Keterampilan ini akan membantu mereka menjadi lebih mandiri di masa depan., serta Terapkan  Rutinas

Kebanyakan anak-anak melakukan yang terbaik ketika mereka memiliki rutinitas. Rutinitas yang baik akan membantu mereka mengetahui apa yang perlu mereka lakukan dalam urutan tertentu.

Rutinitas pagi, misalnya, mungkin melibatkan:, Berpakaian, Menyisir rambut mereka, Mencuci muka mereka, Makan sarapan, Menyikat gigi Mengemasi ransel mereka,

Rutinitas sepulang sekolah mungkin melibatkan: Makan camilan Menikmati waktu layar 30 menit, pekerjaan rumah, Melakukan pekerjaan rumah, Memakan makan malam, Memainkan permainan, Mandi Mengenakan piyama Menyikat gigi Membaca buku, Pergi tidur

Tetapkan rutinitas yang jelas yang akan membantu anak Anda mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya. Menciptakan lebih banyak keteraturan dan struktur menghilangkan stres dan kekacauan yang mungkin Anda alami saat semua orang terburu-buru menyelesaikan sesuatu.

4. Dorong Kemampuan Problem Solving: Berikan kesempatan pada anak untuk mencari solusi atas masalah mereka sendiri, baik dalam hal konflik dengan teman atau menyelesaikan tugas sekolah. Dukung mereka untuk berpikir kreatif dan menemukan solusi yang efektif.

5. Berikan Dukungan dan Dorongan: Tunjukkan bahwa Anda mendukung kemandirian mereka dengan memberikan pujian dan dukungan ketika mereka berhasil menyelesaikan sesuatu sendiri. Ini akan meningkatkan rasa percaya diri mereka.

6. Jadilah Contoh yang Baik: Anak-anak sering meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Jadi, tunjukkan perilaku mandiri dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari Anda agar mereka memiliki contoh yang baik untuk ditiru.

7. **Beri Waktu dan Kesempatan**: Bersabarlah dalam proses ini. Setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Beri mereka waktu dan kesempatan untuk belajar dan berkembang secara mandiri.

8. Berikan insentif, Hadiahi anak Anda karena mandiri. Buat bagan stiker dengan anak prasekolah yang sedang berusaha tidur di tempat tidurnya sendiri. Mendapatkan stiker setiap pagi mungkin merupakan insentif yang cukup untuk membantu memotivasi mereka menjadi seperti anak besar.

Untuk anak yang lebih besar, tawarkan hadiah mingguan. Anda dapat berkata, "Jika kamar Anda bersih dan pekerjaan rumah Anda selesai sebelum makan malam setiap malam, Anda dapat mengundang seorang teman untuk datang pada hari Sabtu."

Jika Anda menawarkan hadiah yang mengharuskan anak Anda melakukan sesuatu selama beberapa hari berturut-turut, mereka mungkin akan melakukan kesalahan pada hari kedua dan menyerah begitu saja sepanjang minggu. Sebaliknya, pertimbangkan untuk menawarkan hadiah yang sama setelah melakukan sesuatu selama beberapa hari yang tidak berturut-turut. Misalnya, Anda dapat mengatakan, "Saat Anda menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum makan malam, Anda dapat menggunakan laptop selama satu jam di malam hari."

Kesimpulannya adalah "Jangan membatasi anak-anak Anda pada pembelajaran Anda sendiri, karena mereka lahir di waktu lain Seorang anak yang dididik hanya di sekolah adalah anak yang tidak terdidik. Dengan memberikan kesempatan dan dukungan yang tepat, Anda dapat membantu anak Anda mengembangkan kemandirian yang kuat dan siap menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Moga bermanfaat****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun