Hari panas, namun angin berhebus sejuk,
Sang bayu itu melintasi sawah-sawah menghijau,
Menarik hati membuncah sukma
Dawai kerinduan kembali terusik  dalam senar-senar getaran hati
Semburat getaran aneh melintas tanpa suara.
Hati  terkesiap, sebentar ada orang berkerumun
Pinggir jalan ada Bangunan  toko gagah  tempat menjual barang kelontong
Lalu lalang, banyak orang membeli , dan pergi.
Getaran Sunyi semakin menguat, tanda-tanda keganjilan.
Beberapa saat , seorang pengendara  sepeda motor kaget , jatuh mencium bumi
Sebelumnya dia sempat Berteriak ketakutan,
lalu tak sadarkan diri, untuk beberapa saat
Aku melihat sesuatu, besar dan hitam, kata orang itu  dengan mata terbelalak dan liar
Ada yang berdiri di tempat itu,  telunjuknya mengarah  ke arah  toko itu
Aku takut membuka mata. Matanya berarir dan terus berteriak.
Hantarkan aku pergi dari tempat ini.
Semua orang sigap membantu, menghantarnya menjauh.
Tersiar kabar , dan bisik-bisik
Toko itu ada penunggunya, atau menggunakan penunggu
Tuk menarik  orang pada mau membeli
Kejadian demi kejadain aneh silang sengkarut
Orang pada saling toleh, tuk berbicara dalam senyap
Begitulah kabar sebelum kejadian itu,terus bergumul  menjadi simpul-simpul terkait
Sebab siapapun yang dikasi hadiah baik makanan atau uang
Orang itu sakit, Â lama, dan ada yang sampai meninggal.,
Banyak orang curiga, pemilik toko menggunakan pesugihan
Usahanya lancar, dan pemilik nya  cepat kaya.
Dan terus terjadi , aneka mobil baru terus terbeli, walau zaman susah.
Kian lama, lagu bisik tetangga kian santer
Banyak  orang berpikir ulang untuk menginjakkan kaki di warung itu.
Bayangan  sepi menyelimuti suasana  toko itu,
Dan orang bisik-bisik lagi
Jangan-jangan  pemilik  toko itu memiliki" brerong  ...?
(Singaraja  , 20 Juni 2024)
catatan : Brerong (bahasa bali) = pesugihan Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H