Neraka Iklim, begitulah peringatan  Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kepada seluruh kepala daerah yang hadir dalam agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi di Gedung Istana Negara Jakarta, Jumat 14/6-2024) Neraka Iklim ditengarai  berpotensi mengganggu laju inflasi nasional, dan meminta pemerintah daerah untuk waspada.
Neraka Iklim  diduga terjadi karena pemanasan global  antropogenik, yang  berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil, penggundulan hutan dan polusi, juga kesehatan mental  dan penyakit rentan lain akan menyerang manusia.
 Pemanasan global kemungkinan besar akan menyebabkan hal-hal berikut ini meluas, yakni keadaan darurat: (1) panas ekstrem (peningkatan suhu rata-rata permukaan global, gelombang panas); (2) bencana air terkait perubahan iklim (CCRWDs) (banjir, angin topan, dan bencana pantai badai); (3) badai musim dingin, salju ekstrem, dan CAPE parah (yaitu, tersedia konvektif energi potensial) badai petir, angin puting beliung; (4) kekeringan; (5) kebakaran hutan.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan  250.000  tambahan kematian di seluruh dunia per tahun antara tahun 2030 dan 2050 . Menurut perkiraan, 80% populasi global terkena dampak kerawanan air dan pangan karena efek perubahan iklim.
 Bagi jutaan orang, perubahan iklim merupakan dampaknya ancaman kekurangan pangan dan air serta ketidakamanan fisik, dan hal ini memperburuk keadaan risiko penyakit diare, malaria, penyakit yang ditularkan melalui vektor dan penyakit sensitif iklim lainnya, seperti infeksi. Semuanya dapat menimbulkan dampak kesehatan mental melalui trauma terkait perubahan iklim.
Dalam tulisan ini akan diulas lebih dalam tentang perubahan iklim, kelaompok yang beresiko terhadap perubahan iklim, implikasi dan tantangan perubahan iklim terhadap kesehatan sistem pangan global.
Perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang. Pergeseran tersebut bisa saja terjadi secara alami, karena perubahan aktivitas matahari atau letusan gunung berapi yang besar. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bertindak seperti selimut yang menyelimuti bumi, memerangkap panas matahari dan meningkatkan suhu.
Gas rumah kaca utama yang menyebabkan perubahan iklim termasuk karbon dioksida dan metana. Misalnya, penggunaan bensin untuk mengendarai mobil atau batu bara untuk memanaskan gedung. Pembukaan lahan dan penebangan hutan juga dapat melepaskan karbon dioksida. Kegiatan pertanian, minyak dan gas merupakan sumber utama emisi metana. Energi, industri, transportasi, bangunan, pertanian dan penggunaan lahan merupakan beberapa sektor utama penyebab gas rumah kaca