Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melihat dari Dekat Tanaman Bambu: Sunari dan Serat Termoplastik

6 Juni 2024   12:46 Diperbarui: 7 Juni 2024   00:48 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari berbagai sumber 

Bambu kuning (Bambusa vulgaris var. striata) adalah salah satu jenis bambu peliharaan / budidaya. Bambu jenis ini memiliki ciri batang yang beruas-ruas, tinggi, dan batangnya berwarna kuning. Biasanya, bambu jenis ini hidup di lingkungan tropis. Di kawasan Asia Tenggara, bambu jenis ini banyak dibudidayakan. Ia sering dijumpai di desa-desa, di pinggir-pinggir sungai, dan sebagai tanaman hiasan di perkotaan. Rebung adalah batang (batang) bambu yang masih muda. Beberapa spesies dapat dimakan, bergizi, dan bermanfaat bagi banyak orang.

Bambu merupakan tanaman yang banyak diteliti penelusuran lewat  frase  (Bambusa vulgaris*) , lewat google scholar  telah ditemukan  sebanyak 19.600   buah artikel, sedangkan paten  tentang bambu, sebanyak 100.000 paten, sedanagkan paten dengan bambu Indonesia sebanyak 2,506  buah. Luar biasa riset paten bambu telah dilakukan. 

Di Bali,  yang kental dengan tradisi, salah satu bambu kuning, dibuat sarana upacara  sebagai  salah satu sunari. Apakah yang dimaksud dengan Sunari dan apa makna dalam tradisi  Bali? 

Sunari berasal dari kata su dan nari. Su artinya baik atau taksu dan nari artinya widyadara dan widyadari. Menyitir pendapat beberapa sumber,  sunari atau sunar berarti sinar. Atau ada pendapat lain menyebut sunari sama dengan sundari yang artinya buluh perindu atau wanita cantik. Dalam bahasa Sansekerta, sundarigama berasal dari kata sundari yang artinya terang dan gama artinya pentunjuk atau jalan.

Jadi, sunari merupakan salah satu uparengga atau pelengkap yadnya agama Hindu. Umumnya digunakan dalam upacara ngenteg linggih, ngusaba desa, ngusaba nini, pangerorasan atau mamukur, ngrasakin dan mabiukukung di sawah. Penggunaan sunari dalam upacara yadnya bertujuan agar para widyadara-widyadari atau para dewa turun dari kahyangan menyaksikan dan menganugerai kesejahteraan serta keselamatan pada upacara yang sedang berlangsung. Penggunaan sunari di sawah yakni ngarad Dewi Sri atau dewanya padi dan Dewa Rare Angon atau dewa pengembala agar padi tumbuh subur dan berhasil baik. Begitu pula terhadap ternak,

Sunari dipasang di parahyangan bersamaan dengan upacara negtegang beras dan menstanakan Dewa Rare Angon. Dikatakan, sunari dibuat menggunakan bambu yang ruasnya panjang dan kulitnya tipis seperti bambu buluh gading. Kemudian dihiasi dengan wujud kera dibuat dengan ijuk, sebagai simbol Sang Hyang Maruti atau Hanoman (Dewa Bayu atau Dewa Angin). Kemudian diisi dengan klangsah kelabang mantri dari daun kelapa dan kain putih kuning.

Agar menghasilkan suara nyaring, ruas-ruas bambu tersebut dilubangi dengan teknik khusus. Jika diterpa angin akan menghasilkan suara. Ada tujuh lubang yang dibuat dari atas ke bawah. Lubang paling atas berbentuk segitiga sama sisi melambangkan nada atau bintang. Lubang kedua berbentuk bulat atau nol melambangkan windu.

Lubang ketiga berbetuk bulan sabit melambangkan ardha candra. Lubang keempat berbentuk tegak lurus (elu) perlambang purusa atau lingga. Lubang kelima berbentuk lubang lesung, melambangkan yoni atau predana.

Lubang selanjutnya berbentuk swastika simbol keseimbangan. Terakhir, lubang segi empat melambangkan bumi. 'adi semua lubang itu memiliki makna. Sunari adalah suatu pelengkap upacara (uparengga) yang dibuat sesuai plutuk beserta upacaranya. Terutama pada waktu upacara ngenteg linggih di parahyangan dan saat mabiukukung di sawah.

BEBERAPA BAMBU KUNING DI BUDAYA BALI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun