Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melihat dari Dekat Tanaman Bambu: Sunari dan Serat Termoplastik

6 Juni 2024   12:46 Diperbarui: 7 Juni 2024   00:48 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari berbagai sumber 

Bambu termasuk dalam kelompok famili Gramineae yang termasuk dalam jenis rumput-rumputan seperti rumput liar, padi, jagung, dan tebu. Selain itu, bambu mengandung genus, seperti Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Schizostachyum, Holttumochloa, Kinabaluchloa, Maclurochloa, Melocanna, Chusquea, Phyllostachys, Soejatmie, Sphaerobambos, dan Thyrsostachys, dll., dalam sub-famili ini.

Budidaya bambu mudah dan cepat, jumlahnya juga banyak. Bambu subur di daerah lembab karena banyak menggunakan air sebagai zat pertumbuhan. Oleh karena itu, di Semenanjung Malaysia yang beriklim lembab, bambu ini mudah ditemukan di daerah dekat sungai, di hutan, di semak-semak, dan di daerah terlantar. Daerah seperti rawa dan daerah berlumpur tidak cocok untuk ditanami bambu karena faktor genetiknya yang tidak dapat terendam padahal bambu membutuhkan air untuk tumbuh.

Statistik yang telah disusun menunjukkan bahwa sekitar 200 spesies bambu ditanam atau tumbuh secara liar di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Myanmar, Indonesia, dan Papua Nugini. Di Semenanjung Malaysia, terdapat sekitar 63 jenis bambu yang ditanam secara sistematis atau ditanam secara liar .

Dari 63 jenis bambu, hanya 13 jenis yang dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai produk secara komersial atau tradisional. Saat ini pemanfaatan dan produk bambu sudah sejalan dengan teknologi modern di milenium baru. Produksi produk seperti papan laminasi, papan partikel, dan bambu lapis, serta jenis B. vulgaris (Bambusa vulgaris) dan G. scortechinii (Gigantocchloa scortechinii), cocok dibandingkan dengan jenis bambu lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian evaluatif komprehensif terhadap semua jenis bambu dalam berbagai bentuk produk akhir.

Anatomi Pohon Bambu

Anatomi pohon bambu adalah daun, batang, akar, rimpang, cabang, dan pucuk. Ada beberapa jenis bambu seperti Phyllostachys Elegans dan Phyllostachys edulis 'Moso' yang menghasilkan bunga secara spontan.  Fenomena pembungaan (sporadis) terjadi karena faktor lingkungan sekitar, bukan faktor genetik. Pada umumnya pohon bambu ini tumbuh memanjang dan tidak mempunyai lateral dibandingkan dengan pohon lainnya. Biasanya, struktur bambu ini kadang-kadang menutupi batang berongga yang disebut 'buku'. Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan anatomi bambu dan struktur morfologi batang bambu. Isi bambu ini terdiri dari parenkim, ijuk, pembuluh, dan tabung ayakan.

 Setiap struktur bambu terdiri dari 50% parenkim, 40% serat, dan 10% wadah dan tabung ayakan. Kandungan serat bambu, sepertiga dinding bambu, dan batang bagian atas mempunyai kandungan serat paling tinggi jika dibandingkan dengan bagian bambu lainnya. Selain itu bambu juga mengandung selulosa dan pektin (lapisan lilin) pada permukaan luar batang bambu. Bahkan kandungan silika juga terdapat pada batang bambu yang lebih banyak terkonsentrasi pada bagian tepi batang.

KOMPOSIT TERMOPLASTIK POLIMER YANG DIPERKUAT BAMBU

Banyak peneliti telah melakukan penelitian untuk melihat potensi serat bambu dalam memecahkan berbagai masalah besar seperti masalah lingkungan, kemampuan daur ulang, keterbasahan, liabilitas, dan keterjangkauan serat bambu. Menurut Aji dkk.  dan Torress dan Diaz, penelitian ini bermaksud untuk mencapai kesimpulan berorientasi berdasarkan komposit untuk aplikasi produk. Sifat-sifat ini disebabkan oleh distribusi serat, umur serat, dan metode budidaya, dan ekstraksi serat dapat berkontribusi terhadap pengaruh sifat komposit. Oleh karena itu, faktor distribusi atau kesejajaran serat juga penting karena dapat mempengaruhi sifat komposit..

Saat ini penggunaan serat alam mulai diminati oleh berbagai industri, seperti industri otomotif, tekstil, dan furnitur, dimana serat alam mempunyai kekuatan yang tinggi dan ramah lingkungan. Serat alam seperti serat bambu juga dinilai memiliki kekuatan mekanik yang baik. Sifat mekanik komposit bambu biasanya diuji misalnya melalui uji tarik, lentur, dan impak. Pengujian tarik merupakan gaya yang diberikan pada tingkat maksimum suatu komposit bambu untuk menguji kemampuan ketahanannya sebelum patah. 

 Kekuatan lentur digunakan untuk menguji kemampuan komposit bambu dalam mendorong bentuk di bawah tekanan yang diberikan, sedangkan kekuatan impak digunakan untuk mengukur gaya penyerapan dan kehilangan energi ketika gaya diterapkan secara tiba-tiba pada komposit bambu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun