Negara-negara Asia telah mengkonsumsinya selama ribuan tahun. Rumpun tersebut menghasilkan banyak tunas muda, namun tidak semuanya dapat tumbuh dan berkembang menjadi batang bambu. Tunas mudanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan hortikultura komoditas karena biasanya dipanen dan dikonsumsi sebagai sayuran untuk beberapa masakan.
Semua spesies bambu menghasilkan rebung. Padahal rebung mengandung HCN (sianogenik glikosida) yang berkontribusi terhadap rasa pahit . Meskipun konsentrasinya bergantung pada spesies, umur panen, ketinggian tempat, curah hujan, suhu, dan porsi tunas. Meski rasanya sedikit pahit, tapi memang begitu mudah dihilangkan dengan beberapa cara seperti perebusan, perendaman, pengeringan, dan fermentasi.
Dari segi rasa, rebung yang rasanya sangat pahit seperti Gigantochloa apus, yang rasanya manis seperti Dendrocalmua asper, D. latiflorus, Phyllostacys aurea, dan mempunyai rasa agak pahit, kasar seperti Bambusa vulgaris var. striata, B. vulgaris v. vitata, B. blumeana, B, maculata. Salah satu spesies bambu Umumnya penghasil rebung adalah bambu ampel kuning (B. vulgaris var. striata).
Bambu ampel kuning (B. vulgaris var. striata) dibudidayakan oleh masyarakat sekitar Desa Banyumeneng dan sekitarnya, kecamatan Meranggen, Kabupaten Demak. Jenis bambu ini banyak ditanam di pekarangan atau kebun yang berbatasan dengan hutan lindung, pada lahan yang tidak subur, dan pada kawasan yang sering tergenang air.Â
Spesies dari Bambusa toleran terhadap daerah banjir  dan masyarakat di daerah ini telah menanam dan membudidayakan tanaman tersebut untuk menghasilkan rebung. Kondisi ini menunjukkan bahwa jenis bambu ini dapat bertransformasi menjadi kurang produktif lahan marginal menjadi lahan yang lebih produktif. Budidaya bambu ampel kuning untuk produksi tunas dapat dimanfaatkan untuk pengembangan agroforestri di lahan marjinal, terutama di sekitar hutan lindung, dan hal ini dapat mengurangi tekanan perambahan hutan.Â
Dari lahan marginal, budidaya rebung juga dapat dikembangkan pada hamparan lahan secara komersial bisnis. Produksi rebung dalam skala komersial saat ini sangat terbatas. Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan informasi teknik budidaya bambu untuk produksi rebung dan belum tersedianya informasi keuntungan bisnis. Hal ini kemudian menghambat pemilik modal untuk berinvestasi di sektor ini.Â
Oleh karena itu, dalam  suatu usaha komersil, informasi teknik budidaya dan kelayakan ekonomi rebung produksi diperlukan. Diperlukan untuk  menganalisis kelayakan finansial budidaya bambu ampel kuning (Bambusa vulgaris var striata) sebagai sumber rebung.Â
POHON BAMBU KUNING
Bambu kuning dapat diperbanyak dengan cara stek (rhizoma, rumpun, atau cabang), cangkok, dan kultur jaringan. Namun, cara termudah dan sering dilakukan adalah stek rumpun atau cabang.Umumnya, rumpun yang akan distek adalah rumpun yang tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua. Rebusan pada bambu ini mengandung saponin dan flavonoida. Tidak hanya itu, bambu kuning ini mengandung sumber potassium yang rendah kalori, serta memiliki rasa manis yang terkenal sebagai sumber protein dan nutrisi yang baik bagi tubuh. Bambu ini memiliki khasiat mengobati bermacam jenis infeksi dan pencegah hepatitis.
Bambusa vulgaris, bambu biasa, merupakan jenis bambu bertipe rumpun terbuka. Tanaman ini berasal dari Bangladesh, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, dan provinsi Yunnan di Tiongkok selatan, namun telah dibudidayakan secara luas di banyak tempat lain dan telah dinaturalisasi di beberapa wilayah. Di antara spesies bambu, bambu merupakan salah satu yang terbesar dan paling mudah dikenali.
SELAYANG PANDANG TANAMAN BAMBU