Keingintahuan dapat dianggap sebagai adaptasi evolusi berdasarkan kemampuan organisme untuk belajar. Hewan-hewan tertentu yang memiliki rasa ingin tahu (yaitu, corvida, gurita, lumba-lumba, gajah, tikus, dll.) akan mencari informasi untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan mempelajari cara kerja berbagai hal. Perilaku ini dikenal dengan sebutan neofilia, yaitu kecintaan terhadap hal-hal baru. Bagi hewan, ketakutan akan hal yang tidak diketahui atau hal baru, neofobia, lebih umum terjadi, terutama di kemudian hari
PENYEBAB MUNCULNYA RASA INGIN TAHU
Banyak spesies yang menunjukkan rasa ingin tahu, termasuk kera, kucing, dan hewan pengerat.Hal ini umum terjadi pada manusia di segala usia mulai dari masa bayi[9] hingga dewasa. Penelitian telah menunjukkan bahwa rasa ingin tahu bukanlah sifat yang tetap di antara manusia, melainkan dapat dipupuk dan dikembangkan.
Definisi awal rasa ingin tahu menyebutnya sebagai keinginan yang termotivasi akan informasi.Keinginan motivasi ini dikatakan berasal dari hasrat atau nafsu akan pengetahuan, informasi, dan pemahaman.
Gagasan tradisional tentang keingintahuan telah diperluas untuk mempertimbangkan perbedaan antara keingintahuan perseptual, sebagai perilaku eksplorasi bawaan yang ada pada semua hewan, dan keingintahuan epistemik, sebagai keinginan akan pengetahuan yang secara khusus dikaitkan dengan manusia.
Daniel Berlyne, mengenali tiga kelas variabel yang berperan dalam membangkitkan rasa ingin tahu: variabel psikofisik, variabel ekologi, dan variabel kolaboratif. Variabel psikofisik berhubungan dengan intensitas fisik, variabel ekologi berhubungan dengan signifikansi motivasi dan relevansi tugas. Variabel kolatif melibatkan perbandingan antara rangsangan atau fitur yang berbeda, yang mungkin benar-benar dirasakan atau yang dapat diingat dari ingatan. Berlyne menyebutkan empat variabel kolaboratif: kebaruan, kompleksitas, ketidakpastian, dan konflik (meskipun ia menyatakan bahwa semua variabel kolaboratif mungkin melibatkan konflik). Selain itu, ia mempertimbangkan tiga variabel yang melengkapi kebaruan: perubahan, kejutan, dan ketidaksesuaian. Akhirnya, rasa ingin tahu mungkin tidak hanya timbul oleh persepsi terhadap beberapa stimulus yang terkait dengan variabel-variabel yang disebutkan di atas ("eksplorasi spesifik"), tetapi juga oleh kurangnya stimulasi, karena "kebosanan" ("eksplorasi diversif").
BEBERAPA TEORI RASA INGIN TAHU
Seperti keinginan dan kebutuhan lainnya yang memiliki kualitas nafsu makan (misalnya makanan/kelaparan), rasa ingin tahu dikaitkan dengan perilaku eksplorasi dan pengalaman akan penghargaan. Rasa ingin tahu dapat digambarkan dalam bentuk emosi positif dan perolehan pengetahuan; ketika keingintahuan seseorang telah dibangkitkan, hal itu dianggap bermanfaat dan menyenangkan. Menemukan informasi baru mungkin juga bermanfaat karena dapat membantu mengurangi ketidakpastian yang tidak diinginkan daripada merangsang minat.
Teori-teori muncul dalam upaya untuk memahami lebih jauh kebutuhan untuk memperbaiki keadaan ketidakpastian dan keinginan untuk berpartisipasi dalam pengalaman perilaku eksplorasi yang menyenangkan. Berikut beberapa teori tentang rasa ingin tahu.
TEORI DORONGAN RASA INGIN TAHU (Curiosity-drive theory
)