Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menelisik Sengketa Hak Atas Air: Konflik antara Anggota Subak dengan Masyarakat Sekitar

21 Mei 2024   00:17 Diperbarui: 21 Mei 2024   09:03 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air bagian dari kehidupan. Kehidupan membutuhkan air. Air dengan gas karbondioksida didalam dapur kloroplas diolah denganadanya sinar matahari menjadi karbohidrat.

Ilmuwan Belanda Jan Ingenhousz pada tahun 1779, membuka tabir itu, yang kemudian disebut dengan reaksi fotosintesis. Tentu, tanpa air kita tidak akan merasakan lezatnya buah manga, buah padi dan buah-buah yang lain. Alam telah menunjukkan kecerdasannya yang maha dasyat untuk menyiapkan santapan bagi manusia. 

Air, suatu zat yang tersusun dari unsur kimia hidrogen dan oksigen dan berbentuk gas, cair, dan padat. Ini adalah salah satu senyawa yang paling banyak dan penting. Cairan tidak berasa dan tidak berbau pada suhu kamar, memiliki kemampuan penting untuk melarutkan banyak zat lainnya. 

Memang benar bahwa keserbagunaan air sebagai pelarut sangat penting bagi organisme hidup. Kehidupan diyakini berasal dari larutan air di lautan dunia, dan organisme hidup bergantung pada larutan air, seperti darah dan cairan pencernaan, untuk proses biologis. Pokoknya banyak deh... manfaatnya. 

Dokpri
Dokpri

Saking pentingnya air bagi kehidupan, masyarakat dunia membentuk World Water Forum, dan Bali menjadi menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10 pada tahun 2024 bersama World Water Council (WWC). 

Dalam satu sambutannya Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Kita harus bekerja sama untuk mendorong pengelolaan sumber daya air yang efisien dan terpadu sebagai bagian dari agenda kita; agar air dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umum.

Keberlanjutan sumber daya air telah menjadi isu mendesak bagi dunia. Kebutuhan air global meningkat tajam, sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri. Sementara itu, ketersediaan air yang berkualitas dan berkelanjutan semakin sulit akibat degradasi lingkungan dan perubahan iklim.

Dokpri
Dokpri

Bali memiliki pengelolaan air untuk irigasi, yakni Subak. Subak adalah sistem pengelolaan air (irigasi) untuk sawah di pulau Bali, Indonesia. Ini dikembangkan pada abad ke-9. 

Bagi masyarakat Bali, irigasi bukan sekadar menyediakan air untuk akar tanaman, namun air digunakan untuk membangun ekosistem buatan yang kompleks dan dinamis yang pada saat yang sama bersifat otonom dan saling bergantung.

Sistem ini terdiri dari lima sawah bertingkat dan kuil (pura) air yang mencakup hampir 20.000 hektar (49.000 hektar). Pura adalah fokus utama dari koperasi pengelolaan air yang dikenal dengan subak.

Subak adalah sistem irigasi tradisional yang berkelanjutan secara ekologis yang mengikat masyarakat agraris Bali di dalam bale banjar (pusat komunitas) desa dan pura di Bali.

Komponen subak adalah hutan yang melindungi pasokan air, landskap sawah bertingkat, sawah yang dihubungkan oleh sistem kanal, terowongan dan bendungan, desa, dan pura dengan berbagai ukuran dan kepentingan yang menandai sumber air atau jalurnya melalui pura.

Dalam perjalanan menurun untuk mengairi lahan subak. Beras, air yang dibutuhkan untuk menanam padi, dan subak, sistem kanal kooperatif yang mengontrol air, telah membentuk lanskap ini selama ribuan tahun terakhir. Air dari mata air dan kanal mengalir melalui candi dan keluar ke sawah.

Pada tahun 2019 jumlah subak diperkirakan mencapai 1.559 buah. Antara 50 dan 400 petani mengelola pasokan air dari satu sumber air.Jadwal tradisional mempunyai dampak penting pada pembagian air dan pengendalian hama. 

Logistik dari sistem pembagian air tradisional berarti bahwa para petani harus menyinkronkan tanaman mereka. Hal ini menciptakan periode baru yang singkat di wilayah yang luas dan menghilangkan habitat populasi hama, sehingga mengurangi jumlah hama secara signifikan. 

Keberhasilan masa bera sebagai teknik pengendalian hama bergantung pada luas dan durasi masa bera: semua lahan di area yang luas harus diberikan pada waktu yang sama; jika tidak, hama dapat berpindah dari satu lahan ke lahan lainnya. Namun pada saat yang sama, wilayah yang disinkronkan tidak boleh terlalu luas agar tidak menciptakan puncak kebutuhan air yang tidak berkelanjutan. 

Oleh karena itu, sistem subak mengoptimalkan keseimbangan antara pembagian air dan pengendalian hama. Solusi optimal untuk trade-off ini bergantung pada kondisi setempat: solusi ini berbeda-beda di setiap wilayah. 

Jika tersedia banyak air setiap saat, pola tanam yang seragam akan menghasilkan hasil padi tertinggi dengan meminimalkan kerusakan akibat hama. Namun jika air terbatas, penyesuaian tanggal tanam mungkin akan menghasilkan hasil terbaik.

Dokpri
Dokpri

Hal ini juga berarti bahwa kepentingan terbaik masing-masing petani juga merupakan kepentingan terbaik bagi semua petani di subak yang sama -- khususnya para petani di tingkat atas, yang tidak terbatas pada air namun memerlukan pengaturan waktu yang tepat dari para petani di hilir agar tanaman mereka tidak dilahap oleh air. 

Subak dengan segala kisah cerita menarik dan keunikannya, kini sistem itu semakin terdesak. Permasalahan subak di Bali mencakup beberapa tantangan utama antara lain: 

Pertama Menurunnya ketersediaan air: akibat ekstraksi berlebihan, perubahan iklim, dan polusi. Ektraksi berlebihan gara-gara mengmang peneydotan air tanah berlebihan untuk kebutuhan pembangunan pariwisata , villa dan lain sebagainya. Kondisi demikian dapat dilihat dari menurunnya permukaan danau. 

Selain itu, hutan-hutan penyangga air di bali memang terancam karena populasi manusia dan wilayah resapan yang semakin sempit karena pembangunan pemukiman. 

Perubahan iklim yang ditengarai karena kemarau Panjang, dan kadang hujan sampai banjir tidak terkontrol di bali. Dan tak kalah penting polusi ke badan-badan sungai akibat limbah plastic dan limbah polutan lain yang berbahaya bagi kelangsungan sistem subak, khususnya tanaman padi palawija dan lain-lain. 

Kedua, Infrastruktur yang semakin kurang layak (bobrok): sistem irigasi yang sudah tua memerlukan perbaikan dan modernisasi, sehingga pembangunan perlu diperbaharui, untuk mencegah keausan, karena kebocoran air memang membuat petani tidak mampu melakukan penyaringan air.

Mengatasi kerusakan irigasi dengan segera dan efektif sangat penting untuk menjamin pengelolaan sumber daya air yang efisien dan berkelanjutan untuk kegiatan pertanian dan pelestarian lingkungan.

Ketiga, hilangnya pengetahuan tradisional: generasi muda kurang tertarik pada praktik pertanian. Dalam menyelesaikan konflik hak atas air antara subak dan masyarakat, pertimbangkan: Memahami konteks sejarah: Mengakui sistem pengelolaan air tradisional di subak.

Keterlibatan masyarakat: Mendorong dialog dan kolaborasi untuk menemukan solusi yang saling menguntungkan. Mengatasi Masalah Menurunnya Minat terhadap Praktek Pertanian Tradisional di Kalangan Muda: 

Ada beberapa hal penyebabnya, yaitu

(a) Kurangnya kesadaran: Banyak generasi muda yang tidak menyadari pentingnya praktik pertanian tradisional dalam melestarikan warisan budaya dan keberlanjutan.

(b) Penyelahgunaan /Gangguan teknologi: Dengan kemajuan teknologi, daya tarik metode pertanian tradisional mungkin tampak ketinggalan jaman atau kurang menarik bagi generasi muda. Oleh karena itu perlu, dilakukan mekanisasi pertanaian.

(c) Urbanisasi dan perubahan gaya hidup: Meningkatnya urbanisasi telah memutus hubungan generasi muda dengan kehidupan pedesaan dan praktik pertanian, sehingga menyebabkan kurangnya minat terhadap pertanian.

(d) Tidak dianggap menguntungkan: Kaum muda mungkin memandang pertanian tradisional kurang menguntungkan dibandingkan pilihan karier modern lainnya, sehingga berdampak pada minat mereka untuk menekuninya.

(e) Pendidikan dan promosi: Memperkenalkan program dan kampanye pendidikan untuk menyoroti pentingnya pertanian tradisional dapat memicu minat dan retensi pengetahuan.

(f) Pengalaman langsung: Memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk terlibat dalam kegiatan pertanian, yang praktis dapat membantu mereka menghargai nilai dari praktik tradisional.

Disini diperlukan peningkatan nilai tawar pertanian dengan pertanian modern, menggunakan aflikasi, menanam tanaman yang dibutuhkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pertanian yang tidak boros air, misalnya sayur mayur organik untuk kebutuhan kota, melon , semangka dan lain-lain yang membutuhkan keterampilan tinggi dengan menggunakan aplikasi. 

Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan kesadaran, menawarkan pengalaman langsung, dan menjembatani kesenjangan antar generasi sangat penting dalam melestarikan pengetahuan pertanian tradisional dan menumbuhkan minat di kalangan generasi muda untuk mulai bertani dengan modern, menggunakan teknologi entah IT, bioproses, fermentasi untuk meningkatkan penghasilan berlipat. 

Keempat, dampak terhadap produksi padi: hasil panen dipengaruhi oleh kekurangan air dan irigasi yang tidak efisien., menyebabkan panen menurun, atau perlu dilakukan analisis dengan menggunakan sistem IT, untuk memastikan debit air, lalu dilakukan pengubahan musim dan jenis tanaman yang benar-benar sedikit air namun hasilnya melimpah. 

Salah satu analisis terhadap gangguan pada siklus air, yang mempengaruhi produksi. Perlu diketahui bahwa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk polusi dan perubahan iklim. 

Untuk mengatasi masalah ini, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:

(1) Memantau kualitas air secara teratur: Periksa tingkat pencemaran dan kebersihan air untuk mengidentifikasi masalah potensial.

(2) Konservasi air: Praktikkan penghematan air dengan cara seperti memperbaiki keran bocor dan mengurangi penggunaan air selama mandi.

(3) Mengurangi limbah dan pencemaran: Hindari pembuangan sampah dan bahan kimia berbahaya ke perairan untuk melindungi ekosistem.

(4) Mendukung penanaman pohon: Pohon dapat membantu menjaga siklus air alami dengan menyimpan air dan mencegah erosi tanah.

(5) Mengedukasi masyarakat: Perlu disosialisasikan pentingnya menjaga siklus air yang sehat dan berkelanjutan agar semua orang dapat berkontribusi. 

Dengan langkah-langkah ini, kita dapat membantu menjaga kesehatan siklus air dan lingkungan secara keseluruhan.

Kelima, Sengketa hak atas air: konflik antara anggota subak dan masyarakat sekitar,kerap terjadi. Misalnya, Subak Pulagan merupakan salah satu Subak tertua dan mempunyai atribut kultural serta spiritual penting di Pulau Bali sehingga ditetapkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Persoalan sengketa air yang dihadapi oleh Subak Pulagan mencerminkan persoalan kekinian yang dihadapi oleh komunitas-komunitas Subak di Bali pada umumnya.

Peningkatan industry wisata secara dramatis yang diikuti dengan krisis air tersebut semakin menyulitkan petani yang tergabung dalam berbagai komunitas Subak di seluruh pedesaan Bali untuk mempertahankan eksistensinya (Lorenzen & Roth, 2015).

Dampak dari perubahan sosial yang dihadapi oleh Komunitas Subak Pulagan adalah mereka harus bersengketa dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gianyar dalam pemanfaatan mata air yang berada di dalam Pura Tirta Empul. Mata air tersebut dinilai termasuk paling suci dalam kepercayaan Hindu Bali. 

Komunitas Subak Pulagan mengklaim bahwa berkurangnya debit air dari Tirta Empul yang mengairi areal persawahannya sejak tahun 2015 lalu mengakibatkan kekeringan karena pengambilan air yang berlebihan oleh PDAM Gianyar.

Pihak Subak mencurigai PDAM Gianyar menaikkan pengambilan debit air secara sepihak serta menyalurkannya keluar Desa Tampaksiring untuk memenuhi kebutuhan fasilitas industri wisata yang semakin banyak bermunculan. Disini contoh konlik muncul.

Para Petani sudah lebih dulu menggunakan sumber air, namun masyarakat karena karena jumlah pemukiman untuk penyediaan air bersih semakin mendesak Subak, inilah akar masalah konflik air itu terjadi. Tak sedikit yang melahirkan ketegangan dan instabilittas keamanan di suatu wilayah.

Sumber air menjadi wahana konflik disinilah kearifan dibutuhkan. Pemukiman dan fasilitas pariwisata dibuka tanpa melihat kemampuan sumber air, akibatnya menjadi rawan konflik, lalu bagaimana solusinya? 

Kerangka hukum: Mencari panduan hukum untuk memastikan distribusi yang adil dan perlindungan hak atas air. Praktik berkelanjutan: Mempromosikan langkah-langkah konservasi air untuk mengelola sumber daya secara efektif. Pembagian sumber daya: Menerapkan sistem untuk akses yang adil terhadap sumber daya air di antara semua pemangku kepentingan. Dengan memupuk pemahaman, kerja sama, dan praktik berkelanjutan, konflik dapat diselesaikan secara positif

Dalam menyelesaikan konflik hak atas air antara subak dan masyarakat, pertimbangkan: Pertama, Memahami konteks sejarah: Mengakui sistem pengelolaan air tradisional di subak. (2) Keterlibatan masyarakat: Mendorong dialog dan kolaborasi untuk menemukan solusi yang saling menguntungkan. (3) Kerangka hukum: Mencari panduan hukum untuk memastikan distribusi yang adil dan perlindungan hak atas air. (4) Praktik berkelanjutan: (a) Mempromosikan langkah-langkah konservasi air untuk mengelola sumber daya secara efektif. (b) Pembagian sumber daya: Menerapkan sistem untuk akses yang adil terhadap sumber daya air di antara semua pemangku kepentingan.

Pada akhirnya , dengan memupuk pemahaman, kerja sama, dan praktik berkelanjutan, konflik dapat diselesaikan secara positif. Untuk mengatasi permasalahan ini memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan peningkatan infrastruktur, pengelolaan air berkelanjutan, keterlibatan masyarakat, dan pelestarian warisan budaya untuk menjamin masa depan subak di Bali. Moga bermanfaat****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun