Ornamen seperti mahkota, rambut, lonceng ditambahkan untuk menonjolkan sosok megahnya. Seorang penari akan bertugas sebagai kepala barong, dan seorang lagi bertugas menarikan bagian belakang barong. Mereka harus memiliki koordinasi yang baik, agar karakter dan gerak tubuh Bangkung secara keseluruhan dapat bergerak secara natural.
Awalnya ngelawang merupakan kegiatan ritual sakral yang sebagian orang menyebutnya sebagai ritual magis. Dikategorikan sebagai Tari Wali atau pertunjukan tari suci. Makhluk mitologi, berkaki empat, berambut hitam, dan mukanya mirip babi hutan. Namanya Barong Bangkung. Masyarakat Bali mempercayai Barong sebagai makhluk mitos, representasi Tuhan, untuk melindungi alam semesta dari murka Dewi Durga
Ngelawang Barong Bangkung dilakukan sebelum atau sesudah Kuningan dan sebelum Galungan. Di sela-sela dua hari suci tersebut, anak-anak dan remaja berkeliling desa dan memainkan tari Barong Bangkung.
Dalam tradisi Ngelawang, suara Barong Bangkung dan gamelan digunakan sebagai media utama untuk menolak roh jahat. Mereka berharap semoga Bhuta Kala dengan segala kekuatan yang dimilikinya dapat kembali ke tempatnya tanpa menimbulkan kerugian apapun di dunia.
Konon, Ngelawang berawal dari mitologi Dewi Ulun Danu yang berubah menjadi Barong Bangkung (sosok babi barong) berbentuk raksasa. Dia membantu penduduk desa di Bali mengusir roh jahat dan menyembuhkan wabah. Dahulu, ritual ini bersifat sakral. Apabila bulu-bulu barong tersebut berserakan, maka warga akan memungutnya sebagai barang pembawa keberuntungan.
Dalam Ngelawang Barong Bangkung, Barong berbentuk Bangkung (babi tua) dimainkan oleh dua orang. Musiknya agak berbeda dengan musik tari barong lainnya di Bali. Musik dalam Ngelawang Barong Bangkung cenderung berirama dan dinamis.
Ngelawang Saat Ini
Dalam perjalanannya, kesenian Barong Bangkung maupun ngelawang berkembang tidak hanya sebatas seni tari sakral, tetapi juga sebagai seni pertunjukan. Sang seniman menggunakan Barong Bangkung buatan adat bukan peninggalan pura.
Di beberapa kawasan wisata kita bisa melihat penampilan Barong Bangkung yang dipentaskan dalam bentuk street performance. Para penarinya tak lain adalah siswa sekolah seni terdekat. Mereka memanfaatkan momen tersebut untuk melatih rasa percaya diri dan keterampilannya dalam menari, hingga membiasakan tampil di depan publik.
Latihan menari di tengah keramaian akan membuat mereka akrab dengan penontonnya; Sehingga kelak mereka bisa melaksanakan ibadah dengan baik (Ngayah) pada saat upacara keagamaan. Ada juga yang melakukannya untuk mengisi waktu luang sepulang sekolah, atau untuk mencari uang saku tambahan.
Sebagai Tari Balih Balihan, Ngelawang adalah pertunjukan yang serius namun bisa dinikmati dengan santai. Penonton tidak perlu duduk kaku di tempatnya. Mereka mungkin berjongkok, berdiri, bersentuhan atau bahkan terlibat bersama sambil menikmati alam bebas bersama artis. Hampir tidak ada jarak antara artis dan penonton, semuanya melebur dan menyatu. Kehadiran seni pertunjukan tidak terikat oleh tempat, ruang dan waktu