Kini, paling tidak, dua permasalahan men arik dalam tantangan dunia global adalah Pertama, meningkatknya karbondioksida sehingga menimbulkan efek rumah kaca, Kedua, krisis energi, karena terbatasnya bahan bakar fosil. Kedua permasalahan ini menjadi fokus telaahan para peneliti, dengan solusi kajian pada Bioenergi khusus yang dipadukan dengan penangkapan dan penyimpanan karbon, yang merupakan elemen penting dalam  skenario mitigasi  untuk membatasi kenaikan suhu global dalam 1,5 C, yakni Syngas, yaitu menarik gas CO2 menjadi bahan bakar.
Indonesia sendiri menempati posisi ke-3 sebagai penyumbang emisi karbon terbesar setelah USA dan China. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya peningkatan suhu rata-rata bumi adalah membatasi emisi karbon dan mendesak pemanfaatan energi bersih sesuai dengan yang dimandatkan oleh Kesepakatan Paris dan yang sudah dijadikan UU nomor 16/2016. Para perusahaan negara tetangga semakin sadar akan perlunya bertindak sekarang untuk mengurangi total output karbon mereka dengan menerapkan berbagai istilah seperti karbon negatif dan karbon netral. (https://www.cleanomic.co.id/)
Dengan demikian, produksi bahan bakar karbon negative dan bahan kimia dari biomassa merupakan kunci untuk mempercepat dekarbonisasi global.
Karbon netral berarti emisi karbon yang dipancarkan ke atmosfer secara efektif diseimbangkan, dengan menghitung jejak karbon dan mengurangi jumlah yang setara dalam kegiatan lain hingga mencapai emisi nol. Kegiatan yang dilakukan bermacam-macam, salah satu diantaranya dapat dengan penanaman pohon. Penyeimbangan emisi karbon juga dapat dilakukan dengan tidak memancarkan emisi karbon sama sekali misalnya bersepeda daripada menyetir mobil.
Adapun istilah karbon negatif yang mengambil langkah lebih jauh dibandingkan karbon netral dengan menciptakan jejak karbon negatif. Perusahaan karbon negatif menghilangkan lebih banyak karbon daripada menghasilkannya. Sebagai contoh, IKEA--perusahaan peritel perabot rumah tangga--berkomitmen menjadi perusahaan karbon negatif dengan melakukan investasi 200 juta euro untuk membantu pemasok beralih ke sustainable energy dalam produksi serta mendukung pengelolaan hutan dan memulihkan lahan terdegradasi.
Sampah adalah salah satu biomasa. Sampah menjadi kian  menarik dibahas. Debat Cawapres, belum ada spesifik mengulas tentang penanganan sampah yang kian meningkat di Indonesia. Bertambahnya jumlah sampah di Indoensia dapat diketahui, Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 35,83 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Volume timbulan sampah tersebut naik 21,7% dibanding 2021, sekaligus menjadi level tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Dari total timbulan sampah nasional pada 2022, sebanyak 22,44 juta ton atau 62,63% di antaranya telah terkelola, sedangkan 13,39 juta ton atau 37,37% belum terkelola.
Dilihat dari segi jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional pada 2022 berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 40,7%, kemudian sampah plastik 18%, kayu/ranting 13%, kertas/karton 11,3%, logam 3%, kain 2,6%, kaca 2,2%, karet/kulit 2,1%, dan sampah jenis lainnya 7,1%.
Berdasarkan sumbernya, mayoritas atau 38,4% timbulan sampah nasional berasal dari rumah tangga, kemudian dari pasar tradisional 27,7%, perniagaan 14,4%, kawasan komersial/industri 6,2%, fasilitas publik 5,4%, perkantoran 4,8%, dan sumber lainnya 3,2%.
KONVERSI BIOMASSA MENJADI SYNGAS