Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rame-Rame Keluar Partai: Habitus dan Pentingkah Sekolah Politik PDIP?

19 Januari 2024   18:14 Diperbarui: 19 Januari 2024   22:12 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah-langkah politik menjelang Pilpres menarik diikuti.  Ada tokoh-tokoh  keluar dari partai,ada sekelompok simpatisan  berikrar untuk pindah dukungan  dari calon satu ke calon yang lain. Walaupun keluar masuk partai menjadi suatu yang biasa, lebih-lebih  saat ini musim kampanye, namun ada yang perlu dicermati,  itu terjadi karena   elektabilitas kandidat yang tinggi menjadi incaran  untuk mengamankan diri  di masa depan. Aman dari sisi posisi  di birokrasi maupun aman dari sisi petualangan bisnis. Oleh karena  dunia medsos pun meriah, isu menjadi viral, dapat meningkatkan elektabilitas.

Loncat dukungan  membawa persepsi  baru yakni  habitus politik pada  wilayah dimana dia berlabuh, entah di partai lain, maupun di kandidat  capres lain.  Habitus adalah konsep yang dikemukakan oleh Aristoteles, yang bermakna  cara orang memandang dan merespons dunia sosial yang mereka tinggali, melalui kebiasaan, keterampilan, dan watak pribadi mereka.

Oleh sebab itu, kejadian paling anyar adalah, Maruarar Sirait hengkang dari PDI Perjuangan. Kemanapun dia berlabuh dia akan   membawa seperangkat kemampuan dan logistik mereka ke ranah yang baru.  Dan menunggu  arahan Jokowi , seperti yang dia ucapkan sesaat setelah berpamitan dari PDIP usai mengunjungi kantor DPP partai banteng di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (15/1/2024) malam. Dia menambah deretan kader  engkang, karena dipecat atau dikeluarkan dari PDIP, seperti Budiman Sujatmika,  Boby Nasution, dan lain-lain.

Habitus politik tentu akan mewarnai paslon atau partai  yang menerima mereka sebagai rumah baru  yang didukungnya. Disini akan terjadi interference yang saling menguatkan, atau sebaliknya. Tergantung kemampuan kader itu berbuat pada konstituen pemilih mereka.

Di terminal itu,  habitus tetap menjadi konsep yang perlu ditelaah pada mereka yang mengalihkan dukungannya. Lalu sebuah pertanyaan muncul,  apa motivasi mereka keluar itu? Idealisme atau memang pragmatisme? Entahlah.

Dalam suasana hiruk pikuk dukungan yang semakin mendekati hari pencoblosan. Semuanya berhitung, Langkah yang tepat harus diambil sekarang. Banyak yang mengikuti nasihat   Pesan Dale Carnegie dalam mengambil keputusan, "Ambil kesempatan. Semua hidup adalah kesempatan. Orang yang melangkah paling jauh biasanya adalah orang yang mau melakukan dan berani." Seakan kata-kata itu, memotivasi banyak orang untuk mengambil Langkah tepat  saat ini.  Tetap menjadi tunas, atau berkembang di rumah lain.  Pergi memulai hidup baru atau , terjepit di dalam lama  tanpa ada harapan perubahan.

Dibingkai itu, Habitus  semakin menguatkan bahwa organisasi dapat disepadankan dengan organisme hidup.  Organisasi  lahir, tumbuh , berkembang , kalau tidak dipelihara dia bisa mati. Organisasi partai, juga demikian adanya. Lahir , hidup tumbuh berkembang, dan bisa mati.  Lalu akankah rumah lama yang ditinggalkan akan ambruk dan mati? Jawabannya bisa ya dan juga bisa tidak. Mengapa demikian?

Agar terus tumbuh dan  berkembang, makna  sinergisme komponen dalam suatu partai menjadi penting adanya, maka dalam  sistem partai berlaku fenomena sel hidup juga, yakni adaptif, demi kemajuan partai.  Di Dalamnya bisa mengalami osmosis dan like and dissolve like, dalam sitoplasma sel nya sehingga menjadi sesuatu yang benar-benar murni , bersih, sebab komponen penghambat dalam bentuk inhibitor itu, telah pergi dengan tekanan osmosis dalam sel, tekanan osmosis pada partai memungkinkan kader yang tidak solid  dan mbalelo, akan engkang, keluar system.

Dalam sistem yang liquid berlaku dalil "like and dissolve like", yang suka dan tidak suka tidak akan saling melarutkan. Air dengan tingkat kepolaran tinggi akan mudah bergabung dengan cairan sejenis yang memiliki kepolaran yang sama juga. Misal dalam tubuh partai yang dominan bersifat air, maka sifat minyak tidak akan saling bergabung. Kalau tidak sesuai dengan garis partai silahkan 'out'

Organisme dalam bentuk partai , tidak bisa lepas dari konsepsi  system.  Sifat-sifat dasar sebuah system organisme atau sistem hidup adalah sifat-sifat keseluruhannya tidak dimiliki oleh bagian-bagian. Sifat itu muncul karena adanya interaksi dan hubungan antara bagian-bagian. Jika kader mbalelo, artinya dia bisa jadi agregat sejenis kanker yang berbahaya bagi pertumbuhan partai itu.

Kekhawatiran  pemegang ideologi partai, Megawati, semakin menjadi menguat, sebab tesis William R. Thompson tentang "perluasan sistem politik global, dan lembaga-lembaganya, di mana transaksi antar-regional  perlu  dikelola dengan baik" Atas dasar tesis itu, Megawati terlihat kaku, dan terus berupaya menjadi King maker dalam Pilpres 2024 ini.

Keluar masuk kader  itu akan berate banyak kalau keteguhan memegang 'konstelasi pemilih terus dijaga, yang  menjadi mimpi buruk adalah, bila, tujuannya satu, " agar dipilih"  dan membuat sosok kandidat partai hanya menjadi pengemis politik   dan   mencari suara rakyat dengan segala cara, tanpa membangun literasi politik rakyat. Jika terjadi demikian, maka  dalilnya adalah  rakyat memang menjadi "raja" pada masa kampanye ini, setelah pemilihan, siap-siap untuk menjadi rakyat miskin kembali, diacuhkan  dan suara membela rakyat tak terdengar lagi, karena tertelan oleh keserakahan.

Inhibisi terhadap keserakahan, harus kita lirik dalil yang dikemukakan oleh   Hunter S. Thompson dalam artikelnya yang berjudul " Politics is the art of controlling your environment'(Politik adalah seni mengendalikan lingkungan). Kontrol terhadap lingkungan agar lingkungan dapat melihat , tiga hal pada calon pemimpin atau wakil rakyat, yang menjadi pilihannya, yaitu" pengetahuannya, sikap, dan perilaku/tindakannya.

Orang mudah dikontrol dan meniru pemimpinnya, bila  sang pemimpin memiliki pengetahuan, Pertanyaan kita adalah, apakah pemimpin kita memiliki kecakapan, pengetahuan yang luas, dan harus menjadi model dalam banyak hal. Karena pemimpin, "Pemimpin dibuat, mereka tidak dilahirkan. Mereka dibuat dengan usaha keras, yang merupakan harga yang harus kita semua bayar untuk mencapai tujuan apa pun yang berharga."

Setelah  Maruarar Pamit dari PDIP, orang lalu banyak mengatakan bahwa dia dibuang, dia sudah tidak dipakai lagi, nampaknya bisa jadi ia, tentang Ara ini, ulasan artikel , Ishak Pardosi di kompasiana, https://www.kompasiana.com/pardosi/5ce03c2395760e3734655a95/maruarar-sirait-gagal-ke-senayan-lalu-melenggang-ke-istana,  lima tahun silam sudah jelas, apa kekeliruan Ara, dalam konstelasi PDIP-ketika  hiruk pikuk pencalonan capres  ketika itu, Ara ini adalah yang getol menerabas, untuk menggolkan  Jokowi. Dan berhasil, namun dia dipandang melawan arus, Ketua Umum, ketika itu. 

Atas kejadian ini tergambar jelas pakem atau kreativitas para kader. Nampak perlu diberi ruang untuk memajukan partai. Saya ingat pesan Presiden AS, Joe Biden, yaitu Jika Anda berpolitik dengan cara yang benar, saya yakin, Anda benar-benar bisa membuat hidup orang lebih baik.

Pada posisi inilah , Sekolah Politik yang dimiliki PDIP menjadi sangat berarti, memiliki kader berkompeten dan kompetitif  dalam perpolitikkan di Indonesia, sehingga  banyak dilirik oleh partai lain, seharusnya,  Gibran atau Budiman dan yang lain tidak perlu dipecat, atau Maruarar Sirait tidak disisihkan di internal PDIP, namun seyogya  terus diajak berkomunikasi, dan kita harus bangga lulusan sekolah itu mampu menyebarkan ideologi politik PDIP.  Demokrasi pun tumbuh baik, seperti juga harapan   dari  Charles W. Pickering,  Politikus Partai demokrat AS,  "A healthy democracy requires a decent society; it requires that we are honorable, generous, tolerant and respectful-Demokrasi yang sehat membutuhkan masyarakat yang layak; itu menuntut kita untuk terhormat, murah hati, toleran, dan penuh hormat. Moga bermanfaat ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun