Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Menelisik Awan Gelap Pasangan Prabowo - Gibran

27 Oktober 2023   19:37 Diperbarui: 27 Oktober 2023   20:48 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Ketika Gibran bersedia menjadi Cawapres Prabowo Subianto dan mendaftar ke KPU, gempa politik terasa demikian kuat.  Masyarakat pun riuh pro dan kontra hadir sebagai hiasan kehidupan. Yang kontra berhamburan kosa kata menjelekkan Jokowi, dengan berbagai istilah yang tidak sedap, menuduh Jokowi dan Gibran  berkhianat dan tak beretika serta tidak bisa membalas budi ke partai yang pernah mendukungnya. 

Gempa politik itu, membuat para analisis berkutat memberikan teori-teori konspirasi dan teori politik klasik sampai modern, dari beragam mazad idealisme, Marciavillian,  sampai pragmatsime pun berhamburan di ruang publik, baiknya literasi politik rakyat semakin meningkat, sehingga masyarakat tumbuh menjadi dewasa dalam berdemokrasi. Dan masyarakat perlahan tapi pasti memahami apa sesungguhnya demokrasi, yakni demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. Landasan demokrasi mencakup kebebasan berkumpul, kebebasan berserikat dan kebebasan berbicara, inklusivitas dan kebebasan politik, kewarganegaraan, persetujuan dari yang terperintah, hak suara, kebebasan dari perampasan pemerintah yang tidak beralasan atas hak untuk hidup, kebebasan, dan kaum minoritas. 

Kini di Indonesia demokrasi tumbuh bergerak dalam suasana nitesizen +62 yang memang sangat garang, kecaman dan hinaan, berbalas dengan pujian, dan kekaguman terus diramu. beradu dalam wadah untuk menghasilkan sebuah persenyawaan baru, yang kita sebut ' demokrasi yang beradab. Perbedaan pilihan wajar, jangan sampai menghilangkan silaturahmi, kata Presiden Jokowi.

Sebuah pertanyaan muncul, Apakah yang meragukan dan mengecam Pak Jokowi memang memiliki etika dan moralitas untuk bangsa ini? Orang luar begitu kagum dengan Presiden ini, nampak banyak diantara kita berada areal antara waras dan tak waras. Banyak keingina,  kita memang berharapkan ini dan itu, ketika keinginan tak terpenuhi kita marah, jengkel dan sifat negatif lainnya. Tentu berbeda yang ditunjukkan oleh Jokowi, dia berusaha berada di semua pihak karena yang dibutuhkan adalah sosok Presiden memang tak harus berpihak. Namun, orang sudah mulai kalap dengan adegan drama, yang dibikin oleh influencer untuk mendorong agar ada di salah satu pihak, kalau tidak sesuai keinginannya,siap-siap sisi negatif diumbar dengan dalil, kuman diseberang lautan dilihat namun gajah dipelupuk mata tak tampak.

Saya mengajak untuk keluar dari ketakutan untuk menatap cara berpikir Jokowi dengan jauh lebih bijak, sebab kekhawatiran harus dilawan. Kekhawatiran untuk sesuatu yang lebih besar untuk rakyat Indonesia mulai diperlihatkan oleh Jokowi, untuk ini saya ingat pesan Nelson Mandela, "Saya belajar bahwa keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan. Tetapi mereka berhasil menang atas itu. Orang berani bukan mereka yang tidak pernah merasa takut, tapi mereka yang bisa menaklukkan rasa takut itu.

Pasangan Prabowo Gibran memang masih memiliki beberapa sandungan yang ada di nalar publik, Timnya harus bisa menghilangkan melakukan dua poin ini, (1) mengusir awan gelap kekhawatiran terhadap Prabowo subianto, yang kedua Gibran harus bisa meyakinkan pemilih muda, untuk memilih dirinya bahwa Gibran adalah generasi muda yang siap menerima tongkat pemimpin bangsa.

Pada dimensi yang dapat diketahui dari beberapa kekhawatiran dan awan gelap yang menyelimuti latar belakang Prabowo yang tidak bisa dilupakan dibawah sadar rakyat Indonesia antara lain.

Pertama, beberapa orang yang saya temui menyatakan pendapat mereka bahwa mereka pada takut kalau Prabowo jadi presiden, dengan latar belakang yang pernah menjadi menantu Cendana, dan Kini Mbak Titik mulai ada rasa CLBK, cinta lama bersemi Kembali, lalu orang tidak mau balik ke zaman orba, dengan segala hiruk pikuk bisnis keluarganya, karena fasilitas yang pernah dinikmati sehingga kini mereka kaya tujuh turunan. Pasangan Prabowo Gibran haruslah bisa 'meng clear ' dengan membuat bahwa kondisinya sungguh berbeda dengan kondisi masa lalu.

Kedua, Prabowo pernah memiliki catatan hitam dicurigai sebagai penculik diera Orba, namun kini orang-orang yang pernah diculik, sudah mulai bersuara, bahkan dedengkot yang pernah diculik " andi arief dan Budiman sujatmika ada dipihaknya. Dari kedua mulut orang ini, kita tahu bagaimana posisi Prabowo saat itu. Tim kampanye Prabowo -Gibran saat ini terus memberikan klarifikasi

Ketiga, mempraming negative, dari PDIP adalah Jokowi renggang dengan megawati karena usulan tiga periode ditolak? Ini cukup membuat public , khususnya saya ngeh , apa benar Jokowi 3 periode? Padahal ini sering ditolak oleh Jokowi? Apakah Jokowi memang rakus kekuasaan, perlu diketahui, Jokowi tidak berniat untuk 3 periode, sehingga penjelasan Adian napitupulu, menuai penolakan. Artinya Jokowi kekuatan dukungan Jokowi itu, bisa mengalir ke Prabowo Gibran. Apa lagi Ketika ditanya peluangnya menjadi ketua umum PDIP, dia hanya berkata, dia lebih ingin pulang ke Solo menjadi orang biasa. Dan untuk ketum PDIP dia lebih baik serahkan pada yang muda-muda, seperti Prananda Prabowo dan Mbak Puan Maharani.

Keempat, Partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu adalah koalisi gemuk, disana ada banyak dedengkot ahli strategi ada Pak SBy, yang legowo tidak yang membuat mangkrak, dan yang lain-lain. Yusril Isa Mahendra , Golkar segudang orang pintar dengan pengalamannya. Koalisi dalam sistem pemerintahan presidensial menjadi penting ketika lembaga eksekutif dan lembaga legislatif memiliki ruang intervensi terhadap kerja pemerintahan seperti di Indonesia. Fondasi kestabilan pemerintahan telah dibangun dasarnya saat ini alasannya Dan pemerintah wajib perlu membangun koalisi yang mampu menstabilkan dan memuluskan kebijakan dan kerja pemerintahan, dan itu ada pada Pasangan Prabowo Gibran.

Kelima Ketika tokoh tua berkata bahwa cawapres Gibran yang belum dewasa dan pengalaman memerintah, kini menanggung beban yang lebih luas, yaitu negara. Artinya pengalaman menjadi titik krusial dalam hal ini, justru pelecehan seperti itu, menjadi bumerang', Gibran merasa dizalimi, dan rakyat khususnya sungguh tak rela diberi predikat demikian, perlu diingat pemilih kaum muda (millennial and gen Z) . Pasangan Prabowo Gibran ini, akan menang bila bisa meraup suara di jawa tengah dan jawa Timur, dan golongan muda, perlu diketahui bahwa Jumlah total pemilih dalam DPT yang telah ditetapkan oleh KPU sebanyak 204.807.222 pemilih. Dari jumlah total pemilih itu, jumlah pemilih muda yang masuk kategori milenial dan Gen Z sebanyak 113,6 juta (pemilih millennial 66,8 juta dan pemilih Gen Z 46,8 juta). Kalau dipresentasikan sebanyak lebih dari 55 persen. Untuk itu pendekatan ke kaum muda perlu dilakukan dengan cermat, dengan melihat karakteristik karakter Milenial yang melek teknologi, dan Gen Z mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam kehidupan mereka. Teknologi ini digunakan sama alaminya layaknya mereka bernafas.

Dibingkai itu Presiden Joko Widodo pernah berpesan, Pemuda itu pilar kemajuan bangsa, mereka adalah aset berharga." Oleh karena berharganya, Bung Karno memberikan algoritma yang sangat bijak, Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."

Keenam, awan gelap lain yang masih menjadi penghalang, harus di bersihkan yakni, Prabowo dulu dikenal dekat dengan faksi intoleran, maka perlu ada jaminan bahwa Ketika dia berkuasa maka FPI dan HTI tidak lagi kembali merajalela di Indonesia. Apakah itu, Inilah tugas berat para tim sukses Prabowo Gibran untuk menguraikan menjadi ' sejelas jelasnya. Namun situasi dimana Ada sebuah kekhawatiran di hati sebagian orang, kalau Prabowo berkuasa, maka dia dan kelompoknya bisa menimbulkan instabilitas negara, maka percepatan pembangunan Indonesia maju akan terganggu. Ini yang dipikirkan Jokowi, pada sisi ini Jokowi memang lebih mementingkan Indonesia bukan dirinya. Apapun ada di benak lawan politiknya , dia sadari, namun dia tak pernah berhenti untuk berusaha.

Ketujuh, Pasangan Prabowo Gibran, kejadiannya sangat diduga penuh rekayasa, ada dugaan ini cara Prabowo untuk memisahkan dengan PDIP, lewat rekayasa MK, ini harus mendapat perhatian khusus bagi kelompok Prabowo -Gibran. Oleh karena itu. Kedepan, kita akan semakin diajarkan bahwa Prabowo telah berubah, dan memang berubah, semakin diajak untuk meyakini bahwa Jiwanya juga untuk pembangunan Indonesia untuk lebih cepat maju.

Kini semakin banyak para artis mulai melirik pasangan Prabowo Gibran, Dalam konsep politik, partai politik memiliki fungsi untuk melakukan pendidikan politik, komunikasi politik, serta perekrutan politik. Fungsi-fungsi tersebut seakan-akan kurang maksimal. Masuknya artis juga memperlihatkan tidaknya proses perekrutan yang baik. Seandainya partai politik mampu menjalankan fungsi perekrutan dengan baik, seharusnya mereka tak repot-repot menggotong para selebriti.

Faktor lain adalah masyarakat juga sudah sadar dan telah melek politik. Mereka lebih selektif dan menggunakan akal sehatnya dalam memilih wakil rakyat. Sehingga artis-artis yang terpilih kebanyakan selain mempunyai modal popularitas, juga punya modal sosial, finansial, dan juga intelektual. Artis-artis seperti ini biasanya akan terpilih kembali menjadi anggota dewan, bahkan tingkat elektabilitasnya mampu mengalahkan tokoh-tokoh politik yang berpengalaman.

Oleh karena itu tim sukses haruslah memahami peran Gen Z, yang fasih dengan teknologi gadget, maka Keterbukaan generasi Z dalam menerima berbagai pandangan dan pola pikir menyebabkan mereka mudah menerima keragaman dan perbedaan pandangan akan suatu hal.

Di era revolusi industri 4.0 ini, teknologi menjadi hal yang utama untuk menunjang segala aspek, salah satunya di dalam peran media. Anak muda atau generasi milenial dan generasi Z sebagai pengguna terbanyak internet mempunyai kecenderungan menyebarkan pengaruh mereka kepada sesama pengguna media sosial dalam partisipasi politiknya inilah yang perlu dicermati, Gibran hadir untuk simbol keberterimaan pasangan ini pada kaumnya.

Di bingkai itu Anak muda sebagai netizen yang paling banyak mempunyai kecenderungan memberikan pengaruh ke sesama pengguna media sosial dalam partisipasi politiknya perlu diantisipasi.

Partisipasi politik anak muda masa kini lebih terbuka dan dipengaruhi oleh media sosial yang mereka gunakan. Salah satu sebabnya karena intensitas yang besar dalam menggunakan media sosial. Tanpa disadari, sebagian besar kaum muda sudah membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan politik sehingga membuat mereka ingin mengetahui perkembangan politik terkini. Gibran telah menjadi inspirasi, dan meminjam pesan Pramoedya Ananta Toer, dia telah mampu beternak dirinya. Lebih jauh dia menulis " Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri." Moga bermanfaat.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun