Stroke dapat disebabkan oleh gumpalan yang menghalangi aliran darah ke otak (disebut stroke iskemik) atau oleh pecahnya pembuluh darah dan mencegah aliran darah ke otak (disebut stroke hemoragik). TIA (transient ischemic attack), atau "mini stroke", disebabkan oleh bekuan darah sementara.
Gejala stroke umumnya terjadi di bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak. Gejala yang dialami penderita stroke bisa meliputi: Lemah pada otot-otot wajah yang membuat satu sisi wajah turun, Kesulitan mengangkat kedua lengan akibat lemas atau mati rasa, Kesulitan berbicara, Disartria, Kesemutan, Kesulitan mengenal wajah (prosopagnosia)
Penyebab stroke secara umum terbagi menjadi dua, yaitu adanya gumpalan darah pada pembuluh darah di otak dan pecahnya pembuluh darah di otak. Penyempitan atau pecahnya pembuluh darah tersebut dapat terjadi akibat beberapa faktor, seperti tekanan darah tinggi, penggunaan obat pengencer darah, aneurisma otak, dan trauma otak.
Mengapa Tempe cocok mengatasi stroke?
 Penderita stroke dengan diare membutuhkan asupan zat gizi yang adekuat untuk penyembuhan. Tempe merupakan makanan tradisional yang tekstur mudah cerna dan mengandung protein yang cukup tinggi serta mempunyai zat yang bersifat anti bakteri. Ada kandungan enzim fibrolitik
 Enzim fibrinolitik merupakan golongan protease dapat mendegradasi bekuan fibrin. Obat-obatan yang mengandung enzim fibrinolitik paling efektif untuk pengobatan trombus (Arunachalam et al., 2011). Enzim fibrinolitik dapat dihasilkan dari berbagai sumber, antara lain hewan, tumbuhan, bakteri dan jamur (Kotb, 2012).
Beberapa protease telah ditemukan dalam makanan fermentasi dan berfungsi untuk mendegradasi trombus. Salah satunya adalah Natto, makanan fermentasi dari kedelai asal Jepang, yang difermentasi oleh bakteri Bacillus natto. Nattokinase adalah protease yang terkandung dalam Natto yang mempunyai aktivitas trombolitik (Sugimoto et al., 2007).
Enzim fibrinolitik adalah agen yang melarutkan bekuan fibrin. Akhir-akhir ini banyak ditemukan enzim fibrinolitik yang berasal dari makanan pada berbagai makanan tradisional Asia. Enzim fibrinolitik dapat ditemukan dalam berbagai makanan, seperti Natto Jepang, Tofuyo, kecap Korea Chungkook-Jang, tempe dan jamur madu yang dapat dimakan. Enzim telah dimurnikan dari makanan ini, dan sifat fisiokimianya telah dikarakterisasi. Terasi fermentasi, bumbu populer Asia, terbukti memiliki aktivitas fibrinolitik yang kuat. Enzim fibrinolitik baru yang berasal dari makanan tradisional Asia ini berguna untuk terapi trombolitik. Mereka akan memberikan tambahan untuk enzim fibrinolitik mahal yang saat ini digunakan dalam mengelola penyakit jantung, karena enzim dalam jumlah besar dapat diproduksi dengan mudah dan efisien. Selain itu, enzim ini memiliki potensi signifikan untuk fortifikasi makanan dan aplikasi nutraceutical, sehingga penggunaannya dapat mencegah penyakit kardiovaskular secara efektif.
Lebih lanjut, Enzim Fibrinolitik yang dihasilkan oleh Rhizopus oryzae FNCC 6078 telah dievaluasi pada  fermentasi solid state. Kedelai telah digunakan untuk menghasilkan enzim fibrinolitik melalui fermentasi pada tempe. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan kondisi optimum untuk fermentasi. Parameter kondisi adalah volume inokulum, masa inkubasi dan suhu. Kondisi optimal ditentukan oleh aktivitas fibrinolitik maksimum. Aktivitas fibrinolitik diukur menggunakan spektrofotometer pada 274 nm. Hasil untuk setiap kondisi optimum untuk menghasilkan enzim fibrinolitik adalah volume inokulum 1,5 mL suspensi Rhizopus oryzae dalam 25% T, 42 jam untuk masa inkubasi dan 35oC untuk suhu inkubasi.
Lebih jauh di Indonesia, trombosis dapat berupa penyakit jantung koroner atau stroke yang merupakan penyebab kematian nomor satu, lebih sering dari penyakit infeksi (Bakta, 2007). Trombus merupakan bekuan darah yang komponen utamanya adalah fibrin. Sampai saat ini plasminogen aktivator dan urokinase masih banyak digunakan dalam terapi trombolisis, meskipun memiliki harga yang mahal dan efek samping yang tidak diinginkan, seperti perdarahan internal dalam saluran usus saat diberikan secara oral (Kotb, 2012).
Terdapat juga produk makanan yang difermentasi oleh Bacillus lain yang menghasilkan enzim fibrinolitik yang berasal dari Korea yaitu, Chungkook-jang, Doen-jang, Kamahi dan produk fermentasi ikan (Yoon et al., 2002). Analog dengan fermentasi kedelai, Tempe merupakan makanan fermentasi berbahan baku kedelai dari Indonesia difermentasi oleh jamur berfilamen seperti Rhizopus sp., Sumi et al. juga melaporkan bahwa ekstrak air dari tempe menunjukkan adanya aktivitas trombolitik (Sugimoto et al., 2007). Produksi enzim fibrinolitik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain volume inokulum, kondisi fermentasi (suhu dan waktu inkubasi) (Sher et al., 2011).